Dia Menarik

41 7 4
                                    

"Jujur saja, kau tidak akan pernah bisa hanya menjadi 'teman' atas dia yang kau cintai."
-Nadine A. A.

BRAAK

Terdengar suara gebrakan keras yang berhasil mengalihkan atensi seluruh murid di kantin itu.

"Arah jam 3, gila," Randy bergumam.

Abyan mendongakkan kepalanya yang sedari tadi memainkan iPhone nya itu.

"Hm? Oh?" Abyan menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan.

"Arah jam 3, bodoh," Rian, salah satu teman seperjuangan Abyan, berkata pelan.

Abyan menoleh ke sebelah kanannya, kemudian menaikkan sebelah alisnya.

"Kambuh lagi dia," Abyan kemudian lanjut memainkan permainan di ponselnya itu.

"ARGHH!" Terdengar suara teriakan dari arah yang sama.

"Sejak kapan stressnya tambah parah?" Randy masih memperhatikan gadis yang sedang mengamuk itu.

"Huft," Abyan mematikan ponselnya kemudian ia taruh di saku jas seragamnya. Ia berdiri dan berjalan dengan santai menuju ke arah si gadis.

"Kenapa lagi, sih, Nad?"

"GUE PUSING! Ini banyak banget data yang mau diurus, belum lagi data-data OSIS, stress gue gini lama-lama," Nadine mencak-mencak mengeluarkan seluruh unek-uneknya, tentu saja diiringi dengan beberapa kata umpatan.

"Gitu doang udah lebay lo," Abyan berdecak jengkel.

"Lo ngomong mah enak," Nadine membalas dengan nada tinggi.

Abyan menyodorkan tangan kirinya, ia berkata, "Sini gue bantu."

"Ini data apa, sih?"

"Klub musik, tebel kan?"

"Lumayan, ini mau diapain?" Abyan bertanya sembari membaca satu per satu tulisan yang tertera.

"Robek," jawaban yang singkat, padat, dan jelas.

"Serius, gue robek beneran, nih."

"Janganlah bodoh, ngetiknya perjuangan itu. Lo susun aja sesuai abjad, udah kelar sampe huruf G. Lanjutin, kalo udah kasih gue lagi," Nadine berkata panjang lebar.

Namun, Abyan tetap terdiam sambil menatap Nadine.

"Apa lagi? Oh, iya. Tolong, ya," Nadine berkata sambil tersenyum manis yang terlihat dipaksakan.

"Oke," Abyan tersenyum kemudian duduk di bangku yang berada di depan Nadine. Duh, cara modus macam apa ini?

Hal ini cukup menarik perhatian penghuni kantin. Walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa Nadine menyukai Abyan, namun hal ini tetap saja menarik.

Melihat bagaimana sosok Nadine yang sesekali melirik ke arah Abyan, namun yang ditatap hanya bersikap acuh.

"Gue tau gue ganteng, tapi itu data lanjut susun dong," Abyan berkata sambil melirik singkat ke arah Nadine yang wajahnya sudah memerah.

"Nih, udah," Abyan menyerahkan setumpuk kertas itu ke Nadine.

"Mau ke ruang musik, gak? Sekalian bareng gue," Nadine menawarkan.

"Nanti, gue ke toilet dulu, udah di ujung," Abyan nyengir kemudian berlari terbirit ke arah dimana toilet berada.

Setelah selesai dengan urusannya, Abyan berjalan ke arah ruang musik yang terletak agak jauh dari toilet. Ia berhenti tepat di depan pintu ruang musik.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang