Malam Minggu

17 0 0
                                    

"Baik, pelajaran sampai di sini saja. Ada pertanyaan?"

Hening.

"Oke, saya rasa tidak ada. Waktunya untuk pulang, langsung pulang ke rumah ya, jangan main ke rumah teman."

Keluarnya guru tadi menandakan usainya proses belajar mengajar. Para murid berhamburan keluar kelas, berlomba-lomba untuk kembali ke rumah mereka yang hangat.

"DIKAA!" Athena berteriak dari dalam kelas karena ulah Dika, ia mengambil buku catatannya yang baru saja di bagikan oleh sekretaris. Athena sedang sibuk memasukkan buku ke tas saat namanya dipanggil. Ketika ia menghampiri si sekretaris, "bukunya di Dika," mengembanglah senyum sadis Athena.

Alhasil, Athena mengejar Dika berlarian di koridor kelas 10 kemudian masuk lagi ke kelas. Bila buku itu tidak diambil, kemungkinan sangat kecil untuk dikembalikan oleh Dika. Dasar kleptomania!

"Balikin woi! Gue capek lari. Udah jam berapa ini? Gue mau pulang bego."

Dika dengan gesit memasukkan catatan Athena ke dalam tas Vano yang baru saja berjalan keluar kelas.

"Vano, diam di tempat!" Athena berteriak kepada Vano, yang diteriaki hanya menurut. Ia tidak ingin ikut campur.

Athena menghampiri Vano kemudian mengambil bukunya. "Nah, kan seru."

"Payah lo, Van," Dika menyenggol bahu Vano sebelum melanjutkan perjalanannya.

"Lo lama banget sih, gak keluar-keluar dari kelas," Arin masih setia menunggu Athena di dekat pos satpam.

"Itu si Dika tengil."

"Tengil-tengil awas, nanti jodoh mampus."

"Udah ah, gue mau pulang, nebeng ya? Gak ada yang jemput, lagi kering juga," Athena langsung menarik tangan Arin kearah parkiran.

"Nebeng mulu, Then, kerjaan lo."

"Oh iya, tadi gue liat Kak Abyan, pulang bonceng cewek, lumayan cantik. Pacarnya, ya?"

"Mana gue tau, nggak urus."

"Bercanda. Nge-tes guenya, lo kan kemarin gak mau bagi-bagi, tuh. Mana tau jadi galau," Arin menjawab dengan nada main-main.

"Buat apa?"

"Capek, ah, ngomong panjang-panjang sama lo, yang ada dijawab singkat mulu."

"Lo bahas yang gak penting terus, sih."

"Iya, terserah, dah."

*****

Hari ini adalah hari Sabtu yang berarti libur. Sinar matahari menembus masuk lewat celah jendela. Jam menunjukkan pukul 10.47, Abyan baru terbangun dari tidur lelapnya.

Tenggorokannya terasa kering dan haus, ia turun ke dapur. Rumah tampak sepi, tak ada siapa pun. Papanya kerja, Bi Idah masih pulang kampung, sedangkan Mamanya, entah pergi kemana.

Sambil minum, Abyan membaca post it kuning yang tertempel di kulkas.

'Mama ada urusan, beli makanan sendiri, uang di atas meja.'

Ia melirik meja makan, tergeletak selembar uang seratus ribu rupiah dan sendok diatasnya, mungkin untuk menahan agar uang itu tidak terbang.

"Rutinitas." Abyan melepas post it kuning itu dengan kasar, menggenggamnya dengan erat kemudian meluncurlah post it itu ke tempat sampah.

Abyan kembali ke kamarnya, mungkin melanjutkan tidur lebih baik.

Namun, yang di dapati saat ini adalah Abyan yang sedang bersiap-siap untuk pergi, rambutnya sedikit basah. Randy tadi menelponnya, "basecamp, 11.30. Telat? Eksekusi."

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang