Bahagia itu Sederhana

22 2 0
                                    

Setelah tiba di puncak Prau, wajah kami berseri-seri karena sudah mendapat kesempatan untuk menikmati pemadangan alam yang memukau.

“Gimana…. Keren gak? Bagus gak?” Tanya Hanif menghampiri

“Bagus bangeeeeet” Balas Sherly

“Masa sih?” Tanya Farhan tak percaya

“Waaah beneran, kalian nyesel deh gak ikut ke sana tadi” Timpal Cinthya “Kayak foto di kalender”

“Mana coba lihat dong fotonya” Pinta Hanif lagi

“Nanti kalian iri” Balas Fitri sambil tersenyum usil

“Umam kemana? Bukannya tadi ikut yah” Tanya Riski

“Iya, kan lihat padang keren tuh jadi foto-foto eh pas mau jalan kalian sudah gak kelihatan”

“Trus langsung balik kesini?”

“Iya gak tahu jalan juga mau kesananya”

Cinthya membuka layar handphonenya, masuk ke gallery dan memperlihatkan pesona Gunung Sindoro dan gunung Sumbing saling bersisian. Teriakan kagum terdengar dari yang lain seolah paduan suara, mereka saling berdecak kagum.

“Kalian lihat fotonya saja kagum apalagi kami yang lihat dengan mata kepala sendiri” Ujar Cinthya

Bang Mada hanya tersenyum menatap kami bertujuh sedang membuat iri yang lainnya

“Aiiiiih nyesel banget gak ikut, yuk kesana lagi mau gak?” Ujar Hanif

Kami duduk bergabung dengan yang lainnya, sebagian rombongan kami ternyata sudah turun lebih dulu. Tersisa kami bertujuh ditambah Delisa, Umam, Hanif, Farhan, Ammy Hydo, juga ada Ian. Tiba-tiba dari tempat yang berbeda bang Mada yang memiliki rambut panjang bergelombang serta berangsur putih dibiarkan tergerai lalu ia mengikatkan kain coklat yang ia bawa pada kepalanya. Kami menatapnya geli, tampilan bang Mada saat itu tak berbeda dengan seorang dukun. Tak hanya itu, ia duduk bersila lalu mendongengkan kami semua cerita tentang asal muasal Kawah Sikidang.

“Legenda Kawah Sikidang……” Bang Mada membuka ceritanya

“Waaaah ayo bang cerita” Ujar Sherly

Bukan memulai cerita bang Mada menatap seorang pendaki yang berjalan ke arah kami duduk.

“Heiiii sini minum dulu” Ujarnya sambil menyodorkan segelas kopi “Ini minuman persahabatan”

“Gak bang, makasih” Jawab si pendaki sambil tersenyum

“Ehhhh minum, kalau gak jadi musuh” Bang Mada menggertak dengan gaya khasnya “Harus bilang enak yah” Tambahnya

Mau tak mau si pendaki pun meminum kopi tersebut “Wuuahh mantap nih” Ujarnya sambil mengembalikan gelas, setelah berjalan beberapa langkah “Gak enak woiii” Candanya.

Kami pun tertawa melihat tingkahnya bang Mada yang berteriak kepada pendaki tadi “Nyanyi dong, ‘Kopi boleh minta…..’” Bang Mada menyanyikan dengan nada sebuah iklan kopi yang sudah sering tampak di televisi.

“Bang ayooo dong ceritanya” Tagih Hanif yang duduk di sebelah bang Mada

“Kita rekam nih bang, ayo Kawah Sikidang” Tambah Umam

“Dahulu….. ada sebuah kerajaan yang makmur dan memiliki Ratu yang terkenal akan kecantikannya di tanah Jawi” Ia bercerita dengan gaya seorang dalang

Terdengar protes kecil dari pendengar “Jawi? Kok Jawi?”

Seperti biasa, dengan tenang bang Mada selalu memiliki jawaban atas semua pertanyaan meski kadang jawaban yang diberikan terkesan memaksa “Loooh Jawa itu kasar, kalau Jawi halus” Balasnya “Sawi halus, kalau sawah lebar”

Sontak tawa pecah seketika, mendengar jawaban bang Mada yang meluncur mulus dari bibirnya tanpa perlu pikir lama.

“Kenapa jadi ke sawi sama sawah sih bang” Protes Farhan

“Ayoo lanjut dong ceritanya” Tukas Ammy tak sabar dengan kelanjutannya

“Kawah Sikidang bang…… Kawah Sikidang” Timpal Teti

“Namanya Shinta Dewi” Dengan irama yang mengayun, cerita dari bang Mada sukses menyedot perhatian dari kami semua.

“Seorang pengawal menghadap Ratu lalu menyampaikan ada seorang tamu yang menunggu di pintu gerbang, ia bermaksud untuk meminang sang Ratu. Dikabarkan juga bahwa ia adalah Raja Kidang Garungan yang sakti juga sangat kaya raya, jelas saja Ratu begitu senang membayangkan calonnya. Tak lama kemudian Ratu keluar dan terkejut melihat calonnya dengan postur tubuh yang tinggi besar dan berkepala Kijang. Ratu tidak menyukainya namun juga tak berani menolak karena Raja itu terkenal sakti. Raja Garungan menyampaikan niatnya untuk melamar Ratu, tepat saat itu Ratu mengajukan syarat kepada Raja itu. Ia meminta Raja untuk menggali sumur yang amat dalam untuknya. Setelah menyetujui syarat yang diajukan tanpa berpikir Raja segera menuju lokasi dan setibanya Raja langsung menggali sumur dengan segala kesaktiannya”

Tanpa suara kami masih menikmati cerita yang disuguhkan bang Mada

“Raja bertanya kepada Ratu apa sumurnya sudah cukup dalam, namun Ratu mengatakan bahwa kurang dalam maka sang Raja kembali menggali lebih dalam lagi. Pada waktu yang sama Ratu memerintahkan para prajuritnya untuk menutup sumur. Tertimbunlah sang Raja di dalam sumur yang ia gali sendiri. Raja berusaha untuk keluar tapi gagal, ia marah karena sadar telah dikhianati. Akibat kemurkaannya timbul getaran dan terjadi letusan dahsyat dari dasar perut bumi memuntahkan lumpur panas  hingga permukaannya berlubang dan mengeluarkan asap dan  lumpur. Itulah yang sekarang di sebut Kawah Sikidang. Dan terjadi kutukan dari Raja ‘Kau dan semua keturunanmu akan berambut gembel’ Teriak sang Raja. Nah itulah sejarahnya rambut gembel dan Kawah sikidang sering ada letupan-letupan itu tandanya Raja masih berusaha untuk keluar. Cerita selesai” Bang Mada menutup ceritanya serta mendapat tepuk tangan dari kami pendengarnya.

“Bang kalau Kawah Sikidang punya cerita denger-denger Telaga Warna juga punya cerita kan? Cerita dong bang” Ujar Cinthya

“Oh iya masih banyak cerita yang ada di sini” Jawab bang Mada

“Cerita lagi bang, lanjut” Ujar Farhan

“Mau cerita lagi?” Tanya Bang Mada’
Serempak kami mengiyakan, namun ia menatap kami beberapa saat kemudian “Makanya ikut trip selanjutnya” Jawabnya

“Huuuuuu” Sorakan diselingi tawa membuat kami melupakan keinginan untuk turun gunung.

Bahagia itu sederhana, bersama menikmati alam, bercanda, saling berbagi cerita, untuk menciptakan senyum. Tak harus selalu tampak keren untuk mendapat bagian dari dunia, kita mampu melakukan banyak hal konyol untuk menciptakan kebahagian yang selalu menjadi bagian dari dunia fana.

Sayap di awan (true Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang