"Ihh sayang yah.., padahal cantik, tapi sukanya sama yang cantik juga."
"Cewek kurang belaian jadi kayak gitu tuh!"
"Gue jadi kasian ama dua abangnya itu."
"Iya ya, jadi ikut-ikut kebawa jelek."
"Ehh, guru BP gaada yang tau kan?"
×××
Gilbran terus berlari sepanjang koridor, kini napasnya sudah terengah-engah dan kakinya sudah mulai melemah.
Sekarang sudah saatnya ia mulai bergerak, sudah cukup selama satu setengah tahun ini ia berdiam diri saja. Sudah cukup selama ini ia diam-diam mencintai si 'dia'. Waktunya ia bertindak, menerjang, dan maju. Untuk mengetahui sebuah gosip tentang dia, untuk mengetahui faktanya. Dia ingin mendengar langsung dari mulut gadis itu, benar atau tidaknya.
"Rhalika..." batinnya lirih.
Itu dia. Itu gadis yang ia maksud.
Buru-buru Gilbran membelokkan diri ke arah koridor kelas XII Mipa 3. Ia memperlambat laju kakinya, perlahan-lahan ia hentikan. Saat menyadari bahwa dirinya sudah dekat dengan 'dia'.
"A-anu! Rha-rhalika!"
Gadis itu menoleh. Gadis yang sudah amat sangat lama ia cintai. Akhirnya, ia bisa berbicara langsung dengannya.
"Eh, Gilbran? Ada apa ya?" Jawab Rhalika seraya melepaskan rangkulan teman perempuan yang berada di sebelahnya.
"Eum.., L-lo can-cantik banget deh! G-gue ngefans! Boleh minta tanda tangan gak?!"
Ini gue ngomong apaan si goblok?!?!- batin Gilbran.
Gilbran bagaikan sebuah permata kecil yang indah, ia ketua kelas, juga ketua OSIS yang di kagumi para umat SMA Raflesia High. Tapi, bila sudah berhadapan dengan gadis yang ia sukai. Ia akan menjadi sebongkah upil yang tidak ada artinya.
Rhalika menaikkan sebelah alisnya seraya berkata, "boleh kok! Boleh minta tanda tangannya. Heheh."
"O-oke makasih. By the way sebenernyaa...ada yang pengen gue tanyai lagi sih, " ucap Gilbran sambil menggaruk-garuk tengkuk lehernya. "Ini mungkin agak privasi. Ta-tapi gue penasaran!"
"Hmm..?" gumam Rhalika sambil memengglengkan kepalanya. "Tanya aja, gapapa kok."
Gilbran menarik napasnya dalam-dalam. Mengumpulkan segenap keberanian. Dalam satu tarikan napas Gilbran Berkata. "A-apa bener? Lo suka sama cewek?"
Krik
Krik
Krik
Tidak ada suara sama sekali setelahnya, mungkin kalau mereka sedang berada di sawah, suara jangkrik akan terdengar sebagai peramai.
Gue harus terima apapun jawabannya!. - batin Gilbran.
"Hmm? Kalo iya, emangnya kenapa?" jawab Rhalika seraya memamerkan senyum smriknya--bukan, bukan, itu tidak menyeramkan bagi seorang Gilbran. Tapi itu terlihat sangat imut di mata Gilbran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FI[B] (ON HOLD)
Подростковая литератураBagi Gilbran Allana Putra, mengagumi gebetannya secara diam-diam adalah kebahagiaan tersendiri. Bukan-bukan! Ini bukan kisah yang menceritakan tentang seorang pengagum rahasia. Sebenarnya perempuan yang Gilbran cintai mengenalnya dan...., selalu ter...