TanteOlvie: Rha, kamu tunggu di pertigaan ya shay:* nanti tante jemput di situ.
TanteOlvie: Lima menit lagi sampai:*
Rhalika: Oke, siap! Aku tunggu!
Rhalika: Aku gasabar ><
Rhalika kembali menonaktifkan ponselnya, senyumnya terus mengembang seiring berjalan ke arah halte bus.
"Aduh, gue udah enggak sabar. Mau ngerasain kelembutan-kelembutan di mulut ini." gumam Rhalika seraya medudukan diri di tempat duduk besi halte.
Tin! Tin!
Belum ada lima menit, tapi bunyi klakson mobil jeep mewah yang di dalamnya ada wanita yang kiranya berumur 25 tahun itu sudah datang.
Olvie membuka kaca mobilnya sambil melambaikan tangan dan senyum-senyum girang ke arah Rhalika. Rhalika yang menyadari itu, langsung membalas senyumnya lantas bangkit.
"Haii sayang! Apa kabar? Ih! Kangen dech!" seru Olvie setelah Rhalika sudah mendekatkan dirinya ke mobil Olvie.
Rhalika menoleh, memberikan senyum manisnya lalu meraih tangan Olvie lantas ia ciumi, "baik ih tante... Tante sendiri gimana?"
"Sangat baik kalo ngeliat kamu." Olvie mencolek manja dagu Rhalika.
"Udah ah, ayo tan. Mulut aku udah gatel nih! Gak sabar deh, " seru Rhalika seraya mengguncang-guncangkan tangan Olvie.
"Hey! Udah gede ya kamu, udah bisa merintah-merintah tante!" Olvie membuka pintu, mengelilingi mobilnya. Lalu merangkul dan menyeret Rhalika agar masuk ke dalam mobil.
"Hahah! Emang, aku kan emang udah gede," seru Rhalika setelah mendudukan dirinya di jok samping kemudi.
"Terserahlah. Yaudah ayo kita jalan deh." Olvie menutup pintu mobilnya, sambil memasang sabuk pengaman untuk dirinya, dan juga untuk Rhalika.
Rhalika berbinar, "asik!! Siapin ruangan yang enak ya, Tan."
"Beres itu mah." Tanpa aba-aba lagi, mobil merah Olvie langsung tancap gas. Meluncur mengarungi jalan raya menuju tempat kesukaan Rhalika.
×××
Gilbran memarkirkan si silver di lahan parkir gedung hotel Plaza Gar—gar—gardian? Gandum? Gelondong?—ah entahlah apa itu namanya Gilbran tidak tahu dan tidak mau tahu.
Gilbran hanya ingin membawa gadisnya—eh(?) gadis pirang itu ke rumahnya dengan selamat, membebaskannya dari tante girang yang terlihat sangat kehausan akan anak-anak remaja unyu-unyu.
"Dia juga sering main-main ke hotel gitu ih, sama tante-tante girang."
Deg.
Gilbran menelan salivanya kelat, tiba-tiba ia teringat tentang gosip yang di sebar oleh ciwi-ciwi alay yang ada di sekolahnya. Gilbran jadi semakin khawatir, Gilbran takut jika kalau Rhalika di nodai oleh tante-tante itu.
Setelah bersemedi selama beberapa menit, akhirnya Gilbran memutuskan untuk mengikuti sang pujaan hatinya itu.
Gilbran mengendap-endap layaknya mata-mata profesional, lengkap dengan masker hijau sekali pakai dan kacamata hitam yang memang selalu Gilbran bawa ke mana-mana. Katanya takut saat di tengah jalan nanti ada yang mengenalinya dan memintanya foto. Kan bisa berabe!
KAMU SEDANG MEMBACA
FI[B] (ON HOLD)
Подростковая литератураBagi Gilbran Allana Putra, mengagumi gebetannya secara diam-diam adalah kebahagiaan tersendiri. Bukan-bukan! Ini bukan kisah yang menceritakan tentang seorang pengagum rahasia. Sebenarnya perempuan yang Gilbran cintai mengenalnya dan...., selalu ter...