01. Ia Dalam Mimpi

33 0 0
                                    

Memang hanya mimpi yang menjadikan semua itu terkesan nyata. Tak terkecuali sesosok yang tak pernah sekejap terlihat oleh mata lagi. Semua otot dalam tubuhmu menjadi lemah ketika sosok itu mendekat dan mendekap erat. Padahal bukan hangat yang nyata, tapi mengapa begitu terasa?

Berkali kau ucap ini buah dari khayalmu sendiri. Tapi seluruh sel tubuhmu seperti tak percaya. Kau lebih percaya hangat yang terkesan nyata itu. Kau mempercayakannya pada suatu sugesti yang entah muncul darimana. Sebuah kepercayaan diri yang tidak berdasar.

Yang dapat menamparmu hanya satu. Ketika kedua mata terbuka dan mendapati kamarmu kosong tanpa hangat yang kau baru saja sentuh. Hangat yang menjadi nyata hanya sewujud air mata. Lalu pandanganmu mengabur ketika sadar mimpi itu menghilang.

Dapatkah kau kembali ke hangat yang terasa ada? Kau berkali-kali bertanya bagaimana caranya kembali ke mimpi. Cara terbaik untuk sampai ke pelukannya. Satu-satunya yang menenangkan.

"Apa memang cara menyentuhmu hanya melalui mimpi?" Ucapmu yang menguap begitu saja.

Kau tak pernah tahu ia dimana. Sama halnya kau tak pernah tahu bagaimana ia merasa padamu. Lantas, semua ketidakpastian ini tidak membuatmu berhenti. Karna memang hanya ia yang kau rindukan. Kau tahu bahkan sejak pertama kali bertukar pandang.

Kau hanya ingin dirinya. Dan kau ingin ia menginginkanmu.

Tapi nyata tak selalu sesuai angan. Bahkan tamparan keras harian tak mampu membuatmu sadar dan berhenti berkhayal. Kau tahu ia hilang tak terjangkau, tapi hatimu tak bisa berhenti. Kau menyerahkan semua pada sosok yang tak pernah jadi milikmu.

Sosok yang juga hilang bersama mimpimu. Sosok yang memberi hangat dalam anganmu. Sosok yang memilih menghilang ketika perasaanmu terungkap. Sosok yang berhasil membuat pandanganmu tak beralih dan seluruh otot tubuh melemas. Ia sosok itu.

Ia yang tak pernah ada.

Sembari menunggu di suatu basement,

27 Agustus 2017

Baper - Bawa PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang