Tak henti melihat gumpalan awan yang seperti bersedia ku peluk dari atas penerbangan ini. Gumpalan awan yang menjadi buram, sayangnya, karena kotornya jendela. Semua menjadi tidak jelas, tidak dapat terfoto dengan rapi.
Mungkin sama halnya denganmu. Tak hentinya aku melihat akun instagrammu agar aku merasa sedang terbungkus oleh hadirmu. Tapi sayang, tak pernah aku merasa yang nyata. Karena sapaan tak pernah muncul diantara kita. Semua menjadi tidak jelas, tidak dapat disimpan dalam memori.
Beda halnya ketika di igstory muncul namamu. Gundah menghilang, resah terhapus. Senang, karena dirimu masih baik-baik saja. Meskipun aku tahu kau tak mau ku rengkuh.
Seperti aku pada awan. Aku senang melihatnya, tapi aku tahu ia tak akan mampu menahan bebanku ketika aku jatuh di atasnya.
●
Jakarta, 16 Juli 2017
17.02 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper - Bawa Perasaan
PoesíaAku kembali pada menulis, terutama saat kau juga kembali padaku. Aku kembali mendamba, tanpa alasan sebenarnya dan tanpa rencana. Teruntuk kamu, yang selalu berjarak 🌹 . . Konten sama seperti yang ada di blog handsstory.wordpress.com :)