"Lo darimana si, Kar? Katanya mau nyicipin masakan gue, tapi ga dateng ke ruang Kitchen" keluh Fitri saat bertemuku di perpustakaan.
Ah, bagaimana caraku menjelaskan kepada Makhluk astral ini?
"Em.. Tadi sebenernya gue udah ke ruang kitchen sih. Terus niatnya mau nyari lo. Tapi.." Aku menjeda ucapanku.
"Tapi apa?" Tanya Fitri penasaran.
"Tapi gue malah ketemu abang lo."
Fitri mengerutkan keningnya. Terlihat jelas bahwa dia sedang berfikir.
"Revan?"
"Iya."
"Bukan kaka beneran kali."
"Ya intinya dia abang-abangan lo."
"Berasa camp-campman gue ya, segala punya abang-abangan."
Aku terkekeh. Lucu memang saat mengingat bahwa Fitri yang dekat dengan Revan dan keduanya memutuskan untuk menjadi Adik - Kaka.
"Tadi emang lo ga nanya sama Revan gue ada dimana?"
Aku mengeleng. Karena memang Aku lupa. Dan malah makan berdua dengan'nya'.
"Yaudahlah ya. Udah terjadi jugakan Fit?" Ucapku akhirnya.
Fitri memutar bola matanya. Kemudian memilih membuka buku yang Ia bawa tadi dan terlarut di dalamnya. Keadaan seketika menjadi hening.
Sementara aku? Aku memang sedang memegang buku tapi tidak membacanya. Aku masih memikirkan Revan.
Revan yang baik. Terlihat cool. senyumnya manis. Dan satu hal yang dari awal aku fikirkan, dia adalah laki-laki yang sama. Laki-laki yang membuatku tertarik karena semaphore. Dan kali ini Aku kembali tertarik pada sosok Revan.
"Fit?" Aku mencoba membuka suara.
"Hm?" Sahutnya. Matanya masih ter - fokus pada buku. Dan itu membuatku geram.
"Liat gue dulu kek!"
"Males banget gue liatin lo." Kalian lihat? Dia sungguh menyebalkan.
"Lo gabakal naksir gue juga kali, Fit. Liat gue dulu gue mau ngomong."
"Dari tadi juga lo ngomong, Karina." Sekarang bolehkah aku menarik lengan sahabatku ini dan mendorong tubuhnya dari lantai 3?
Rasanya percuma berbincang dengan Fitri saat ini. Karena buku adalah objek paling menarik untuknya. Kadang aku berfikir, saat dia melepaskan status singlenya, apa dia akan mendiamkan kekasihnya saat dia membaca buku?
Aku bangkit dari tempat dudukku. Mood membacaku juga sudah pergi dari awal aku masuk ke ruangan ini. Revan benar-benar mengganggu konsentrasiku. Ah, ada apa dengan diriku ini?
"Lo mau kemana? Katanya mau ngomong?" Suara Fitri membuatku berhenti satu langkah.
"Lo ngeselin, males gue ngomong sama lo."
"Najis baperan amat lo."
Karina memutar bola matanya malas. "Gue badmood. Nanti aja gue ngomongnya pas balik sekolah.
***
Kriiingg..
Bel sekolah telah berbunyi. Semua siswa berhamburan ke luar kelas.
Hari ini Fitri piket, jadi mau tak mau aku harus menemaninya.
Aku berjalan menaiki tangga menuju lantai atas. Kelasku berada di lantai 2 sementara Fitri di lantai 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorize [REVISI]
Teen FictionPada akhirnya apa yang kamu rencanakan, apa yang kamu harapkan, memang tak selalu menjadi kenyataan bukan? Ini kisah tentang seorang Remaja di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan. Ya, kejuruan, bukan sekolah SMA/SMU. Karina, seorang gadis sederhana dan...