Dia manis. Senyumnya. Tawanya. Sikapnya. Semuanya -karina
***
Pagi ini aku gelisah. Dari semalam aku tak berhenti memikirkan perkataan Fitri kemarin. Aku mengusap wajahku kasar. Aku butuh penyegaran. Dan aku tau aku harus kemana sekarang.
Ruangan ber-cat hijau ini terlihat sangat damai. Ruangan favoritku. Perpustakaan.
Mataku melihat satu demi satu buku novel. Kini aku mulai membaca sinopsis demi sinopsis yang ada. Ah, mengapa tak ada yang menarik perhatianku?
Aku mencoba menarik nafas panjang, menghembuskannya perlahan dan kembali mencari. Sampai akhirnya mataku bertemu pada novel berwarna biru muda. Aku meraih novel tersebut.
"Surat Kecil Untuk Tuhan."
Sebuah novel yang sudah difilm-kan. Dan sukses membuat hati peonton bergetar. Termasuk diriku. Aku mengambil buku motivasi tersebut. Membawanya ke penjaga dan meminjamnya untuk beberapa hari kedepan.
Dari novel ini aku mungkin akan banyak belajar. Dan memahami bagaimana ada di posisi keke.
Aku membawa novel itu kekelasku. Kesan pertama saat memasuki kelas adalah. Gaduh. Bagaimana aku bisa berkonsentrasi jika keadaan kelasku seperti ini? Aku jadi menyesal kenapa tadi tidak membaca di perpus saja.
Hanphoneku bergetar. Ada satu notification dari Fitri.
Fitri Syahbellek
Kekelas gue. Freeclass nih.
Aku tersenyum puas. Kebetulan sekali.
sama gue juga. Gue otw
Oiya gue mau baca novel jdi
Nanti lo jangan ngerecok.Aku memasukan ponselku ke dalam saku. Aku melangkahkan kaki ke luar kelas. Aku mempunyai kebiasaan menunduk saat berjalan. Namun karena aku harus menaiki tangga, wajahku terangkat.
"Novel apa nih?" Tanya seseorang di depanku. Tangan orang itu terangkat mengambil novel yangku pegang lalu berdehem.
"Ekhm.. inimah kan udah difilm-in. Ngapain lo baca?"
Tanya orang itu sambil mengangkat satu alisnya. Revan. Dia Revan.
Aku mencoba menetralisir degub jantungku yang selalu berdetak dua kali lebih cepat saat Revan muncul. Bibirku terangkat sedikit membuat senyum yang aku yakin sangat kaku.
"Gapapa. Gue cuma iseng si. Hehe"
Revan menganggukan kepalanya, lalu melangkah pergi meninggalkanku.
Udah?
Gitu aja?
Dateng? Berenti? Terus pergi?
Aku masih berdiri disini. Menahan senyum yang entah mengapa ingin mekar bak bunga. Bukanlagi senyum kaku. Lebih tepatnya senyum bahagia. Oh inikah namanya cinta? Hanya ditanya seperti itu saja mampu membuat kesenangan tersendiri di dalam dada.
Aku berlari menuju kelas Fitri. Sesampainya disana aku langsung di sambut oleh kata-kata tak sedap.
"Eh Cengcorang! Gue ngechat lo dari tadi."
"Ngechat? Gue ga ngerasa geter di hape gue perasaan. Kalo geter di dada si iya tadi."
"Najis alaynya kumat."
Aku terkekeh. Lalu membuka smartphoneku.
Fitri Syahbellek
Lha?
Brasa dewa lo
Lo gila apa gimana si?
Ya namanya freeclass pastikan
Berisik.
Gimana mau konsen di klas gue
Eh cengcorang!
Sempak kudanil!
Woy!
Kumis doraemon!
Eh behel nobita!.Aku terbahak membacanya.
"Seneng lo ye. Gue uda kesel duluan ngechatin lo dan lo malah ngakak. Bagus. Sip. Cukup tau gue."
"Lha lagi elo segala behel nobita di bawa-bawa. Sejak kapan nobita pake behel anjir."
"Sejak negara salju menyerang." Ucapnya sinis.
Berbincang dengan Fitri memang tak akan ada habisnya. Apalagi jika sudah curhat atau menggosip. Aku bahkan lupa dengan niatan membacaku. Dan tak sadar jika sudah memasuki istirahat ke 2.
Aku diam-diam berdoa dalam hati. 'Semoga saja tadi tidak ada guru yang masuk'. Aku melirik ke arah Fitri yang sedang meminum. Sepertinya dia lelah karena mengoceh terus dari tadi.
"Fit, gue balik kekelas ya. Nanti balik sekolah gue tunggu di kelas juga. Soalnya gue piket."
Fitri menganggukan kepalanya. Sementara aku pergi menuju kelasku.
Langkahku terhenti. Bukan. Bukan karena ada sesuatu yang tertinggal atau melihat sesuatu.
Langkahku terhenti karena ada seseorang yang menyentuh tanganku. Membuat tanganku terangkat dan menyatu satu detik dengan tangan seseorang.
Aku melihat senyum itu. Senyum yang belakangan ini memikat hatiku. Dan menciptakan getaran yang selalu hadir. Dia Revan. Ya, Revan yang melakukan hal itu. Lalu kemudian dia pergi meninggalkan aku yang masih terpaku karena perbuatannya.
Pertemuan singkat yang lagi-lagi mengukir senyum nyata diwajahku.
***
Cie salting wkwk..
Makasih udah bacaaa❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorize [REVISI]
Teen FictionPada akhirnya apa yang kamu rencanakan, apa yang kamu harapkan, memang tak selalu menjadi kenyataan bukan? Ini kisah tentang seorang Remaja di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan. Ya, kejuruan, bukan sekolah SMA/SMU. Karina, seorang gadis sederhana dan...