Hujan 2

55 1 0
                                    


#2 : "Aku benci matahari. Aku suka Yasmin pelangi amelia."~Reynaldi Hujan angkara.

☔☔☔

Bukan lelah karna terjatuh

Tapi lelah karna masih ada saja

Manusia yang menganggap

Hujan itu menyusahkan,

Aku datang untuk pelangi

Bukan untuk kalian...

"🎵Yang membuat lidahku, gugup tak bergerak.... ada pelangi dibola matamu, yang memaksa aku tuk bilang, aku sayang padamu....🎶"

Hujan tersenyum menutup permainan gitar dan lantunan nyanyiannya sambil menatap pelangi yang memberikan tepuk tangan antusiasnya.

"Bagusan aku yang main kan dari pada kamu." Ledek hujan.

Hujan lagi lagi tertawa melihat pelangi yang suka memutar bolamatanya ketika kesal untuk sekedar mengekspresikan rasanya.
Satu fakta yang hujan suka dari pelangi adalah warna bolamatanya yang biru laut. Hujan tidak tau, darimana pelangi mendapatkan warna mata itu. Seingatnya, Mama dan papa pelangi tidak memiliki warna bolamata biru seperti pelangi.
Ingatannya melayang kembali ke umurnya yang menginjak tujuh tahun saat pertamakali dia bertemu dengan pelangi yang saat itu selalu diejek teman teman seumuran mereka karna warna matanya yg berbeda itu. Perbedaan itu membuat banyak orang berpikir itu sebuah kelainan. Padahal hujan sangat suka warna bolamata pelangi. Namun karna hal itu pelanginya seakan mendapatkn trauma tersendiri yang membuatnya menutup bolamata indahnya itu hingga saat ini menggunakan benda bernama softlens yang membuat benda itu masuk kedaftar list kebencian seorang hujan. Selain matahari, hujan juga benci benda bernama softlens yang membuatnya tidak bisa menatap bolamata pelangi dengan bebas karna pelangi hanya akan melepaskan softlens nya saat dirumah saja atau malam hari.
Jangan harap dia bisa melihat bolamata biru pelangi saat matahari terbit.

Hujan langsung tersadar ketika merasakan tangan halus meraup wajahnya kasar, "Ish." Gerutunya ketika menyadari itu ulah pelangi.

Gadis berambut lurus dan lebat seperti bintang iklan lifeboy itu tertawa kecil, "Kamu suka banget ngelamun sih."

Alih alih menjawab, hujan malah berujar,"Besok aku nggabisa jemput kamu, nggapapakan?"

Pelangi mengangguk tanpa melihat si penanya dan sibuk dengan gitar yang sudah diambil alih dari hujan, "Nggapapa. Aku bisa naik angkot."

Sunyi. Sejenak hanya ada suara gitar samar samar yang seperti sedang dipelajari alunannya oleh pelangi untuk membentuk sebuah nada.

"Yas,"

Pelangi hanya bergumam pelan. Laki laki itu memang terkadang suka memanggil dirinya dengan nama depan.

"Tadi ada murid baru disekolahku." Laki laki itu seperti ingin bercerita.

"Oh ya? Cewek cowok?" Pelangi mencoba mengimbangi topik itu sambil terus sibuk dengan gitarnya.

"Cewek. Aku sebangku sama dia." Jawab hujan sembari menyibukkan dirinya dengan memainkan serabut sobekan celana jeans yang dipakainya.

Pelangi mengangguk angguk, "Dia yang ngasih kamu gantungan kunci yang ditas?"

Hujan ikut mengangguk, "Kamu udah liat?"

Gadis itu mengernyit, "Murid barunya? Ya belumlah."

"Gantungan kuncinya maksudnya." Ujar hujan sedikit kesal.

"Oh, udah. Bagus kok. Kamu udah nggak benci matahari lagi? Berati udah bisa ganti buku ku dong?" Pelangi memainkan alisnya menatap hujan.

Laki laki itu mendengus, "Tetep aja masih. Itu cuma ngga enak aja, dikasih masa ngga dipakai."

"Tapikan berati bencinya udah nggak separah dulu. Kan biasanya liat aku bawa sesuatu gambar matahari aja langsung dibuang." Ujar pelangi.

Laki laki itu mengedikkan bahunya acuh, "Tetap aja nggasuka."

Pelangi meledek tanpa suara lalu kembali sibuk dengan gitarnya.

Hujan berdecak, "Ck, gitar muluk! Akunya kapan?"

"Iya tuh, La. Masak cowok ganteng dianggurin mulu."

Dua remaja berbeda gender itu reflek menoleh kebelakang dan mendapati mama pelangi sudah berada tiga langkah dari mereka dengan membawa nampan berisi lima kotak susu ultramilk rasa coklat.

Hujan sontak mengembangkan senyum melihat susu yang dibawa mama pelangi, "Masih ada tan? Katanya udah habis."

Mama pelangi mengernyit, sambil menaruh nampan itu ditengah tengah mereka berdua yang tengah duduk di undakan keramik teras rumahnya."Kata siapa? Lala? Tukang bohong dipercaya sih. Dia suka ngomel kalau susu dikulkas dihabisin kamu."

Laki laki itu melepas gigitan sedotannya, matanya beralih menatap pelangi,"Bener, yas? Yaela nanti aku ganti lima kardus."

"Kamu waktu itu juga bilang gitu. Tapi mana? Kalau ditotal kamu udah janjiin belasan kardus sama aku." Ujar pelangi sebal sambil menusuk susunya dengan sedotan.

Mama pelangi hanya bisa tertawa melihat dua kedelai malika kesayangannya yang sedang beradu mulut itu, namun kemudian berangsur menghentikannya sebelum perang dingin terjadi, "Ara nggak pulang? Apa mau nginep disini? Udah jam sembilan."

Ara. Adalah panggilan sayang dari mama pelangi untuk hujan. Berasal dari kata Angkara, yang lalu dipotong menjadi tiga huruf agar lebih singkat oleh mama pelangi yang malah terkesan seperti nama perempuan.

"Tuh! Nyadar udah diusir." Ketus pelangi.

"Lalaa!" Ujar mama pelangi memperingati.

"Tidur sini tan. Besok jam lima aja aku pulang." Laki laki itu berujar santai.

"ish! Aku nggamau tidur sama kamu. Tidur disofa pokoknya." Ujar pelangi ketus lalu mengambil gitar dan beranjak pergi.

Hujan mengelus dadanya, menatap kepergian pelangi.

"Jadi berasa suami lagi diusir istri ya, ra?" Kekeh mama pelangi.

"Yaudah cepet masuk, sebelum pintu kamarnya di kunci sama lala." Tambahnya lagi.

Laki laki itu mengangguk dan menyedot susunya hingga habis dengan sekali nafas lalu menaruh kotaknya dinampan lagi sebelum kemudian meninggalkan mama pelangi yang masih saja tertawa geli.

Yang terjadi selanjutnya, ketika hujan sudah didalam kamar dia langsung naik keatas ranjang dan memeluk pelangi dari belakang lalu menaruh kakinya dibadan pelangi seperti guling.

Sontak saja gadis itu beringsut menggeliat mencoba keluar dari pelukan hujan, "Aku tadi bilang apa? Tidur disofa!"

"Sssst! Ngantuk, yas. Tadi kita nggak bobo siang." Ujar hujan sambil merapatkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher pelangi yang sudah berganti posisi menyamping menghadap dirinya, meringkuk seperti seekor koala yang mencari kehangatan.

Pelangi hanya bisa mendengus kita merasakan nafas hujan mulai berhembus teratur dilehernya yang menandakan laki laki itu mulai terlelap. Hujan tidak sadar jika pelangi suka merinding walau kegiatan seperti ini sudah sering terjadi.
Malah kadang laki laki itu dengan sadar mengecupi lehernya sebelum tidur.

Pelangi sudah pernah bilang kan?

Hujan itu menyebalkan!

☔☔☔

(Tak) Seindah Warna PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang