Keluar dari zona nyaman?☔☔☔
Pelangi berkali-kali menghembuskan nafas. Menunggu dengan harap-harap cemas laki-laki yang masih terbaring itu bangun. Setelah menyelesaikan administrasi yang dibantu oleh driver ojek online, gadis itu langsung berterimakasih dan kembali menjaga laki-laki itu sampai bangun.
Pelangi menajamkan matanya ketika melihat pergerakan tibatiba dari laki-laki didepannya. Dia mengerang sambil memegang perutnya sambil berusaha untuk bangun.
"Jangan banyak gerak dulu. Biar gue panggilin suster." Ujar pelangi sambil beranjak pergi lalu kembali dengan seorang suster dan dokter.
"Syukurlah. Tusukannya tidak mengenai bagian vital. Anak ini baik-baik saja. Hanya perlu istirahat total sampai lukanya benar-benar mengering." Ujar dokter tersebut setelah memeriksa laki-laki itu.
"Terimakasih dok." Ujar pelangi lembut.
"Yasudah saya permisi. Nanti malam biar diberikan anti nyeri supaya bisa tidur nyenyak." Ujar dokter tersebut.
Pelangi mengangguk dan kedua orang itu segera pergi meninggalkan ruangan.
Laki-laki itu menatap pelangi malas. "Siapa yang nyuruh lo bawa gue kesini?"
Gadis itu membulatkan matanya tak percaya. Pelangi pikir kata pertama yang akan didengarnya dari laki-laki itu adalah terimakasih. "Trus gue harus bawa lo kemana kalo bukan kesini? Tenang aja. Setelah lo sehat, gue ngga keberatan sama sekali laporin lo ke polisi karna terlibat tauran."
Laki-laki itu menghela nafas jengah, "Lo bisa pulang sekarang. Tinggalin aja nomor rekening lo, nanti gue ganti biaya rumah sakit."
Pelangi sekali lagi dibuat takjub oleh sikap tengil laki-laki itu. Dengan sebal, pelangi mengambil tasnya secara kasar lalu beranjak berdiri. "SAMASAMA!"
Setelah berteriak sebal semacam itu, pelangi langsung pergi sambil membanting pintu.
Gadis itu berjalan dengan lunglai di trotoar. Bingung harus pulang naik apa karna uang simpanannya benar-benar ludes untuk biaya rumah sakit laki-laki yang bahkan tidak mau repot-repot mengucapkan terimakasih.
Melihat handphone-nya, pelangi mendesah lagi. Mati total. Benda pipih itu kehabisan baterai. Pasti seseorang sudah hawatir setengah mati menungguinya dirumah. Gadis itu lupa memberi kabar.
Pukul delapan malam, akhirnya gadis itu sampai di depan gerbang rumahnya. Motor besar yang terparkir dihalaman rumahnya sudah pasti membuat pelangi deg-degan setengah mati. Sambil menelan ludah dan menyiapkan mental, pelangi masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum." Ujarnya pelan.
Laki-laki yang tengah membunginya sambil memainkan handphone di ruang tamu sontak saja langsung membalikkan badannya. Terlihat sekali kelegaan dari wajah laki-laki itu dengan hembusan nafas yang terdengar sangat kentara.
Pelangi hanya menunduk setelah menutup pintu, tidak berani menatap seseorang yang masih sama berpakaian seragam seperti dirinya, "Aku--"
"Bersihin badan dulu. Aku tunggu di meja makan." Ujar laki-laki itu dingin.
Pelangi mengangguk dan berjalan melewati laki-laki itu untuk kemudian naik ke kamarnya melewati undakan tangga.
"Iya tante. Pelangi udah pulang. Maaf buat tante hawatir."
Samar-samar pelangi mendengar suara laki-laki itu yang dapat pelangi tebak sedang memberi kabar pada mamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Tak) Seindah Warna Pelangi
RomancePelangi itu indah Namun.. tak bisa hadir jika tak ada hujan Pelangi bagai anugerah Hingga tak masalah.. Jika hujan harus terjatuh berkali kali asalkan pelangi mau menampakkan warnanya. Bersisipan dengan hadirnya senja, pelangi membuat segalanya menj...