Part 4

23 1 0
                                    


☔☔☔

Angkasa terdiam melihat hujan dan pelangi sudah terlelap setelah adegan mesra yang sedari tadi mereka pertontonkan. Laki-laki itu merasa bersalah pada pelangi karna telah melukai hujan. Angkasa bisa melihat pelangi adalah sosok bidadari cantik yang berhati lembut dan sangat menyayangi laki-laki itu meski baru pertama kali angkasa melihat gadis yang selalu diceritakan awan sebagai ibu negara-nya hujan.

"Assalamualaikum." Dua orang laki-laki datang dengan suara nyaring yang langsung membuat semua orang menatapnya termasuk hujan yang langsung terbangun. Laki-laki itu memiliki kepekaan yang tinggi meski dalam keadaan tidur sekalipun.

"Ni pesenan lo orang." Ujar mars menaruh bingkisan di atas karpet yang langsung diserbu teman-temannya.

Fajar langsung mengambil duduk disebelah angkasa. "Nginep nggak?"

Angkasa mengangguk sekenanya.

Fajar, angkasa, leo, aldebaran, bintang dan mars adalah satu angkatan kelas dua belas sma cendrawasih, sedangkan awan adalah kelas dua belas sma merah putih. Hujan, orion dan satelit sendiri adalah angkatan kelas sebelas yang masuk jupiter karna memiliki hobi yang sama ditambah kakak kelas mereka itu tertarik melihat kemampuan yang mencolok dari ketiganya diantara siswa baru.

Hujan yang terbangun memastikan perempuan yang dipeluknya itu telah tidur lelap, kemudian memposisikan dirinya menyender tanpa melepaskan pelukannya pada pelangi. Setelahnya, laki laki itu mengambil minum diatas nakas untuk melepas dahaganya dengan satu tangan karna tangan yang lainnya digunakan bantalan pelangi.

"Lah bangun jan? Butuh apa?" Tanya satelit sambil mendekati ranjang.

Hujan menggeleng, merapikan selimut menutupi pelangi hingga terlihat rambutnya saja dan semakin merapatkan pelangi dalam tubuhnya. "Lo semua pada mau nginep?" Tanyanya mengalihkan pandangan pada setiap orang diruangannya.

"Iyalah. Memastikan lo nggak berbuat macem-macem sama ibu negara." Ujar satelit sambil iseng membuka bingkisan yang dibawa pelangi.

"Widiii susu stroberi cuy. Enak nih. Mintak ya jan." Pekik satelit heboh.

Hujan mengabaikan. Mengambil handphone dan mulai asik dengan game-nya setelah menghubungi mama pelangi agar tidak hawatir.

Mendengar suara berisik satelit, pelangi mulai terusik dan mendusel hingga tidur diatas dada hujan sambil memeluk laki-laki itu mencari kehangatan.

Hujan mencium sebentar ubun-ubun gadis itu sambil mengelusnya, tanpa mengalihkan perhatian pada game-nya. Diam diam laki-laki itu menghembuskan nafas lega karna lengannya sudah bebas dari bantalan pelangi, yang kini sudah tidur diatas tubuhnya.

"Itu siapa sih?" Mars yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik hujan bertanya penasaran.

"Pelangi." Ujar angkasa.

Mars sukses mengerut bingung, "Pelangi siapa? Pacarnya hujan?"

Angkasa mengedikkan bahu. Masih sibuk dengan handphone-nya.

"Jan. Ngga baek tidur begitu ama yang bukan muhrim. Ada setan lewat mampus lo." Ujar mars mengingatkan hujan.

"Lah dia sama pelangi dari rahim juga udah barengan. Ngga yakin gue mereka saling napsuan." Ujar awan.

"Lah biar gimanapun mereka tetep lawan jenis, wawan. Itu dilarang agama." Balas mars.

"Sshh.. brisik banget dah lo pada. Pelangi bangun gue lempar satu-satu lo." Ujar hujan tidak tahan.

"Tap--"

"Gue sama pelangi udah barengan dari kecil. Gue udah anggep dia adek gue sendiri. Pikir aja emang ada abang mau ngerusak adeknya sendiri?" Tanya hujan pada mars.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Tak) Seindah Warna PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang