"Karena aku tahu, Allah akan selalu mengabulkan Doa tanpa aku harus memaksamu. Tapi, menikah berbeda agama akupun tak mau."
-Alina-A
Alina
JakartaAku sedang mempersiapkan bahan presentasi untuk meeting bersama Manager dan staff dari Super Junior. Email dua hari yang lalu tentang kerjasama ini dibalas dengan indahnya oleh Managernya, syaratnya hanya satu, yaitu Syuting Iklan dilakukan di Korea Selatan. Client menyetujuinya, lalu dipilihlah Pulau Jeju sebagai tempat yang tepat.
"Dek, sudah sampai mana?" Tanya Kak Dylan langsung masuk dan duduk di hadapanku tanpa permisi atau mengetuk pintu.
Aku menatapnya, melepaskan kacamataku sebelum menjawab, "Sudah hampir selesai kalau kakak enggak menggangguku." Jawabku.
"Kamu sama Fanny aja ya yang ke sana. Kakak sama Kak Naomi akan menemui client kita di Jepang. Kali aja ada project baru." Pintanya.
"Ketemu di sana aja deh kak, Seoul sama Tokyo kan gak jauh. Cuma dua jam doang."
"Mau bahas pernikahan juga dek, ini udah 2 bulan lagi."Aku lupa, sungguh. Kak Dylan dan Kak Naomi akan melangsungkan pernikahan mereka di bulan Juni, sedangkan sekarang saja mereka harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum mereka cuti hampir sebulan. Kak Dylan dan Kak Naomi ingin tinggal di Auckland, New Zealand selama itu.
"Handovernya jangan dadakan ya, kak. Kakak bisa minta aku atau Fanny yang mengurus."
"Kamu niat nikah kapan sih, dek? Kyuhyun masih beda agama ya?"
"Itu dia kak yang masih mengganjal. Aku sih gak pernah maksain dia buat pindah, tapi terkadang aku sering sih kaya ngasih tahu dan ngajarin."
"Nikah beda agama gak boleh, dek. Terlarang buat agama kita."
"Kak, bahas nanti ya. Aku selesaikan presentasi ini dulu. Lunch?"
"Lunch di luar ya."
"Oke."
Kak Dylan berjalan keluar dari ruanganku. Pembahasan ini yang selalu aku hindarkan sebenarnya. Aku tak pernah memaksa Kyuhyun untuk menjadi muallaf, tapi aku selalu berdoa kepada Allah agar ia dibukakan pintu hidayah agar dia bisa menjadi muallaf bukan karenaku, tapi karena dia sudah menemukan ketenangan dalam Islam.
Pintu ruanganku terbuka lagi, kali ini Baim yang tanpa persetujuanku langsung masuk dan duduk di hadapanku.
"Al, ada undangan." Kata Baim lalu menyerahkan undangan bermotif classic berwarna Navy dan Putih, persis undangan kekinian masa kini. Nama seseorang yang sangat ku kenal terpampang jelas di sana bersama nama kekasihnya setelahku. Ya, dialah mantanku. Mantan yang pergi meninggalkan aku karena tak kuat LDR serta Ayahnya yang tak merestui. Waktu itu, pekerjaan Ayahku hanya karyawan biasa dan ibuku yang jualan nasi uduk pagi dekat komplek kami dulu.
Siapa sangka, aku yang tadinya rumput liar akhirnya bisa beranjak menjadi bunga indah. Bukannya sombong, hanya saja kini aku lebih mandiri dan keungan keluarga terbantu. Kami pindah ke rumah yang kubeli hasil patungan dan tabungan selama kuliah di Jepang, serta mobil yang hasil keringatku dengan tambahan uang dari kak Dylan. Setidaknya aku bisa lebih percaya diri nanti ketika kondangan, ditambah kenyataan kalau Kyuhyun kini memang resmi menjadi calonku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYDREAM
Fanfiction"Apakah kau akan memperjuangkanku bila aku masih tetap mempertahankanmu? Apakah aku penting di dalam hidupmu yang terlalu sempurna itu? Apakah kau mencintaiku sebesar aku mencintaimu? Pertanyaan itu yang selalu aku tanyakan bila kau di sampingku...