"Karena cinta itu tak butuh alasan tapi butuh balasan"
-Zaidan Arandinata04.55 WIB
Jam beker itu tak berhenti berdering, membuat Aurel kesal dan mematikannya. Aurel segera mengambil wudu dan melaksanakan shalat subuh. Masih lama untuk sekolah dan matanya tak lagi mengantuk. Aurel memutuskan untuk turun ke dapur.Bi Marni sepertinya masih tidur, buktinya tidak ada suara yang terdengar dari tadi. Aurel membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan untuk dimasak.
"Wih, ada udang. Apa gue bikin tempura aja ya buat bekel?" setelah berpikir Aurel memutuskan membuat tempura dan nasi goreng. Setelah setengah jam masakan Aurel sudah selesai dan sudah dimasukkan ke sebuah wadah.
Setelah bersiap Aurel segera pamit pada bi Marni. Aurel segera menaiki Angkot yang searah dengan sekolahnya. Setelah sampai ia memakai atribut yang diperintahkan kakak kelas dan mengucir rambutnya menjadi dua. Untunglah ia belum telat, jadi dia bisa berjalan tanpa buru-buru.
Sesampainya dikelas, suasana sudah tidak sepi. Aurel pun memasuki kelas, namun lagi-lagi seseorang menabraknya.
"Aww, siapa sih? Main tabrak aja, emang segitu kecilnya gue sampai gak kelihatan?" dan lagi-lagi yang menabraknya adalah Zai. Dengan wajah tanpa dosa Zai cengengesan, membuat Aurel sangat ingin mencakar mukanya."Iya, lo terlalu kecil sampai gak kelihatan di mata gue. Udah hush, gue mau masuk" Zaidan menjulurkan lidah dan membuat Aurel mengepalkan tangan depan wajah Zai. Aurel segera duduk.
Tak lama kemudian para kakak kelas yang terdiri dari Robin yang manis, Bena yang baik, dan Diani yang judes. Aurel baru ingat, kemarin ia menstalk IG kak Diani dan dari situ dia tahu bahwa diani adalah dayang setia kak Yuni yang kemarin marah-marah pada siswa bernama Sandra.
"Oke semua, kalian sudah bawa semua yang kita suruh kemarin kan?" semua serempak menjawab iya. Kak Bena tersenyum.
"Nah sekarang kalian ke lapangan ya, bawa alat tulis sama buku catatannya. Jangan lupa topi bolanya dipake, soalnya nanti siang panas. Sekarang kita mau upacara dulu" Aurel segera membawa buku dan tempat pensilnya. Saat ia menyusuri koridor bersama Dhea dan Mia, seseorang menepuk bahunya dan membuat Aurel berteriak kaget.
"Biasa aja kali, gak usah teriak-teriak kan bisa. Suara lo itu ngerusak telinga gue" Zai mengeluh sambil mengelus telinganya. Aurel menoyor kepala Zai.
"Salah lo sendiri ngagetin gue, lagian lo mau apa sih? Ganggu gue mulu" Mia dan Dhea saling bertatap, kada yang aneh' batin mereka.
"Se-kurang kerjaan itu kah gue sampe gangguin lo? Gue kesini cuma mau minjem pulpen" Aurel mendengus, ia membuka tempat pensilnya dan mengeluarkan sebuah pulpen berwarna pink. Zai tersenyum dan mengucapkan terima kasih lalu berlari menuju lapang. Aurel yakin kini kedua kawannya sangat ingin menginterogasinya.
"Rel, lo deket sama si Zai?" Mia bertanya sambil membenarkan letak kaca matanya. Aurel hanya mengangkat bahu acuh.
"Lo suka ya sama Zai?" pertanyaan Dhea membuat Aurel berhenti melangkah dan menatap Dhea tak percaya.
"Gue suka sama Zai? Mana mungkin gue suka sama dia? Dia kan nyebelin banget. Mana mungkin gue suka" Dhea mengangguk. 'Gue gak suka kan? Cuma suka liat muka cowok yang sedikit genteng gak salah kan?' batin Aurel Sedikit ragu.
Seorang kakak kelas menegur Aurel, Dhea, dan Mia. Membuat mereka berlari terbirit-birit lalu ikut berbasis. Upacara ini hanya berisi pidato pak kepala sekolah yang panjangnya gak ketulungan, membuat Aurel menguap ngantuk berkali-kali. Aurel melihat jam tangannya untuk mengecek pukul berapa saat ini.
09.21 WIB
Matahari sudah mulai naik, membuat Aurel Silau dan kepanasan. Pak kepada sekolah pun menghentikan pidatonya dan membuat para murid baru bersyukur dalam hati. Robin pun naik dan membuat mata Aurel tak bisa berpaling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, and You
Teen Fiction[Cover by: Crayel] "Cinta dan benci itu hanya terpisah garis tipis" Gadis SMA yang hanya ingin lulus dengan nilai tertinggi diusik oleh seseorang yang membuat ketenangan yang dimilikinya hilang. Selalu membuat gadis itu pun, dipenuhi masalah, dan me...