-POV Adina Aprillia Putri-
"Sepandai-pandainya kamu menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga baunya," ucapku datar tanpa emosi. Berbeda dengan perempuan dihadapanku yang sedari tadi tertawa puas dan menatapku penuh kebencian. Setelah segala fitnah kejam yang Ashira tancapkan padaku, hanya kalimat peribahasa itulah yang terlontar dari mulutku. Aku tahu, tak ada gunanya untuk membalas.
Semua fitnah Ashira itu merubah 180 derajat hidupku. Tak ada lagi kasih sayang yang aku dapatkan dari kedua orang tuaku. Tak ada lagi yang mempercayaiku. Satu per satu orang pergi meninggalkanku. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Vino. Vino, sahabat kecilku yang sangat mengenal diriku, yakin bahwa fitnah dan tuduhan Ashira itu hanyalah kepalsuan. Karena Vino, aku bisa bertahan dan berdiri tegar di dunia yang kejam ini.
"Sekarang, cuma lo yang gue punya. Dan, ketakutan terbesar gue itu adalah untuk kehilangan lo, Vin," tukasku dalam dekapan erat Vino.
"Lo nggak perlu takut, Din. Untuk kesekian kalinya, gue janji, gue bakal bantu lo buat ngebuktiin kalau lo itu nggak seperti Adina yang mereka kenal selama ini dan gue janji untuk terus ada disamping lo kapan pun lo butuh gue." Vino mengusap lembut rambutku.
Walaupun hanya memiliki Vino disampingku, aku bahagia. Ia lebih dari cukup bagiku. Vino selalu bisa membuatku merasa aman dan nyaman bila bersamanya. Hal itu dibuktikan dengan prilakunya yang selalu meyakinkanku bahwa ia menyayangiku, menghiburku, menghapus air mataku, dan menemani kesepianku. Walau terkadang keusilannya membuat aku geram, aku sangat bersyukur karena memilikinya.
Namun, semua itu lenyap seketika. Tak ada lagi sosok Vino dalam hidupku. Perkataan lembut, tatapan penuh arti, usapan lembut, dekapan hangat, dan belaian manis dari lelaki yang sangat aku cintai itu seketika pudar dan berubah menjadi bentakan kasar dan sikap dinginnya padaku.
Hingga suatu hari, ketakutan terbesarku menjadi nyata. Vino benar-benar pergi meninggalkanku. Terlebih lagi, ia meninggalkanku tanpa alasan yang aku ketahui. Ia bertingkah seolah-olah tak pernah mengenal diriku. Kini, hari-hariku terasa sungguh sepi dan suram. Seakan-akan kebahagiaanku lenyap dan tingallah kenangan. Aku merasa benar-benar sendiri, dengan terus berpikir apa alasan Vino meninggalkanku. Bagaikan terombang-ambing di lautan bebas dan yang bisa kulakukan hanyalah menunggu tiba waktunya untuk tenggelam.
Satu-satunya alasanku untuk terus bertahan telah pergi. Lantas, untuk siapakah aku harus berjuang? Kini, aku sama sekali tak menemukan alasan untuk bangkit. Ralat, mungkin aku bisa membangkitkan diriku; bila Vino kembali padaku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Take My Pain Away
Подростковая литератураInsiden 7 tahun silam yang menimpa adiknya, Ashira, membuat hidup Adina berubah 180 derajat. Atas fitnah dan tuduhan Ashira terhadapnya, Adina diasingkan dan dijadikan sebagai kambing hitam oleh keluarga kandungnya sendiri. Vino, sahabat kecil Adin...