Chapter 4

105 8 0
                                    

"Terima kasih atas kerja keras kalian" senyum manis tergambar di paras dokter cantik tersebut.

Ia melangkah keluar dari ruang siaran, bibirnya kelu karena diharuskan tersenyum manis selama siaran berlangsung, menjaga sikap saat siaran itu diperlukan untuk menarik penonton. Walaupun semua orang pun tau jika hanya dengan paras dokter itu penonton sudah tertarik.

Attitude seseorang mencerminkan seberapa tinggi pendidikan seseorang tersebut

Kalimat itu yang selalu dipegangnya saat melakukan siaran acara tvnya.

Kayoora Mahendra, dokter cantik yang masuk dalam devisi bangsal VIP di rumah sakit swasta terbesar di negara ini. Bangsal VIP adalah sebutan bagi dokter-dokter muda yang memiliki paras diatas rata-rata, yang bekerja di depan kamera. Ada dokter yang bangga dengan predikat ini namun ada juga yang merasa terhina.

Kayoora lebih dikenal dengan nama Yooranna, itu sebabnya nama asli dokter cantik tersebut hanya orang tertentu saja yang mengetahuinya.

Yoora melangkah dengan anggun, ia berniat mengunjungi devisi bedah umum, memenuhi janji untuk membelikan roti subway saat makan siang setelah siaran berakhir.

"Oh Dokter Yoora, selamat siang" sapa salah satu residen yang tengah berisitirahat di rest room devisi bedah umum yang langsung berdiri dan membungkuk pada Yoora

"Hey jangan terlalu kaku, seperti dengan siapa saja, duduklah" Yoora meletakkan bawaannya di meja dan duduk disamping juniornya tersebut.
"Kau sudah semester berapa ?" tanya Yoora membuka percakapan

"Aku semester 6, 4 semester lagi aku resmi menjadi dokter spesialis" kata residen tersebut dengan cengiran khasnya

"Wah cepat juga, omong-omong dimana profesor ?" tanya Yoora sembari mempersilahkan juinornya untuk menyantap roti bawaannya.

"Profesor sedang menangani oprasi, kira-kira sudah 5 jam" jawabnya sembari melihat jam dinding yang terpasang dan menyambar roti dari seniornya tersebut. Yoora manggut-manggut paham

Menjadi dokter spesialis bedah umum, bahkan pernah di tugaskan di devisi UGD membuat Yoora sudah tidak terkejut dengan lamanya proses oprasi, bahkan devisi bedah saraf bisa menghabiskan harinya di ruang oprasi.

Tapi itulah kebanggaan seorang ahli bedah, berada diruang oprasi memakai pakaian steril, bahkan hanya bagian mata saja yang nampak, menghabiskan waktu di ruang oprasi walau pemandangan yang dilihat hanya berputar pada pisau bedah, organ manusia dan diiringi dengan bunyi alat perekam jantung. Karena itulah tugas utama seorang ahli bedah, bukan tersenyum di depan kamera dengan jas kebanggaan yang hanya menjadi pemanis fashion seorang dokter.

"Wooo siapa ini ?, kita kedatangan selebriti ternyata" celetuk Profesor Kim girang menyambut Yoora, bahkan ia masih menggunakan baju oprasinya. Dia salah satu profesor di devisi bedah umum yang memiliki darah campuran indonesia-korea.

"Wah jahat sekali, kau mau mengejekku dengan pamer baju oprasi ?"

"Ah maaf aku tidak bermaksud, aku hanya sangat lelah dan belum sempat menggantinya karena terlalu antusias mendengarmu datang" Profesor Kim merasa sedikit bersalah, karena ia juga paham apa yang terjadi pada Yoora, "Sudahlah Yoora, semua orang tau kau gagal interview untuk menjadi profesor bukan karena kemampuanmu tapi karena devisi atas yang mem--"

"Profesor Kim, ini masih di rumah sakit." suasana menjadi sedikit tegang saat jeda sesaat Yoora "panggil aku Dokter Yoora" Yoora menggembungkan pipinya, lalu mereka tertawa bersama. Ya ia hanya ingin mencairkan suasana.

-------------------

     Yoora melangkahkan dengan gontai, ia tidak mengira mengunjungi devisi bedah umum akan mengingatkannya pada kejadian menyedihkan itu.

Brruukk

"Aduhh sakit" Yoora mengaduh kala pantatnya bertabrakkan dengan lantai marmer secara tidak elitnya. Ia menunduk sembari memejamkan matanya sejenak, menahan sakit. Aku pasti bertubrukan dengan laki-laki sampai aku terpental seperti ini, pikir Yoora sembari mengelus pantatnya.

"Maaf Dok, apa anda terluka ?" suara bariton dari seorang laki-laki bertubuh jangkung itu menyapa telinga Yoora

Suaranya tidak asing,  batin Yoora

Saat ia mendongak matanya bertemu dengan mata abu-abu itu lagi, bertatap muka dengan jarak kurang dari 30 centi

"A--Aldo ?"

-----

*residen : Dokter umum yang melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis


Mohon kritik dan saran
Masih pemula :)
Kalo boleh minta vote sama komennya ya
Terima Kasih :)


My Dangerous LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang