Chapter 5

119 8 0
                                    

Aldo POV

"A-Aldo ?" Dokter itu memanggil namaku ragu-ragu, aku lantas menatap wajahnya setelah sibuk mengamati tubuhnya yang terpental cukup keras tadi. Paras cantik itu tampak tak asing lagi bagiku...

"Yoora ?" Aku mengingat salah satu siswi yang berada di klub yang sama denganku saat SMA.

"Kupikir kau sudah tak mengingatku" Yoora tersenyum lembut padaku, senyum itu terasa mirip dengan seseorang tapi kesannya sangat berbeda.

"Kau berada di devisi apa ?" aku memulai percakapan ringan dengannya sembari mempersilahkan ia berjalan menuju ruanganku

"Ehmm, mereka menyebutnya bangsal VIP tapi entah kenapa terdengar seperti hinaan ditelingaku, kau sendiri ?"

"Aku berbicara dengan seleb ternyata, aku devisi.." aku menggantung kalimatku saat sudah sampai diruanganku. Yoora berhenti saat melihat papan nama ruanganku

Dr. Alfaldo Delcano
Spesialis Bedah Saraf
Devisi 1

"Kau devisi atas ?, jangan bilang kau putra Delcano, penerus rumah sakit ini" aku hanya menggidikkan bahu ku, tak minat dengan topik pembicaraan saat ini. Yoora terlihat terkejut bahkan ia menutup mulutnya yang menganga, aku hanya terkekeh pelan melihat ekspresinya.

"K-kalo bagitu aku pamit Al- maksudku Dok" aku terkejut saat Yoora tiba-tiba bicara formal denganku setelah mengetahui devisi yang kutempati, saat ia akan beranjak pergi, kutarik pergelangan tangannya sampai ia menghadapku. Kufokuskan pandanganku ke paras cantiknya

"Jangan sungkan kepadaku, tenang saja aku tidak berhak memotong gajimu. Saat kita berdua panggil aku seperti biasa" aku tersenyum saat ekspresinya melunak, senyum kakunya terganti dengan senyum lembut khas milik Yoora.

---

Tubuhku tersentak saat seseorang memelukku dari belakang, mungkin aku terlalu sibuk menata dan memilah berkas-berkas diruangan baru ku sampai aku tidak menyadari Yoona masuk keruanganku.

Kubalikan badanku agar berhadapan dengannya. Kududukan Yoona di meja marmer di ruanganku, dan berdiri dihadapannya dengan mencondongkan badan kearahnya, keduatanganku bertumpu di meja memperangkap tubuh kecil Yoona, mukanya sudah bersemu merah dengan jarak kita kurang dari 15 centi. Bahkan kita bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain

"Bagaimana bisa kau masuk ?, aku yakin sudah memasukkan password ke pintu ruanganku"

"Salahmu sendiri mengatur password dengan tanggal ulang tahunku"

Yoona tersenyum manis kepadaku. Memandangku baik-baik seperti ingin merekam wajahku di memorinya

Kutegakan badan, memperlebar jarak diantara kita. Yoona mendongak menatapku seperti ingin mengatakan sesuatu tapi begitu sulit

Cupp, aku mengecup bibirnya singkat

Aku terkekeh pelan melihat perubahan ekspresi Yoona, matanya membulat lucu dan pipinya merona hebat, sangat menggemaskan.

"Siapa bilang kau boleh menciumku ?"

"Siapa bilang aku perlu izin untuk menciummu"

ia mendengus dan membuang muka, menetralkan rona yang begitu jelas menghiasi pipinya.

"Ayolah Yoona, kita sudah berpacaran selama 2 tahun dan kau masih malu"

Aku menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan. Dia sangat menggemaskan saat gugup seperti ini.

---

Author POV

Mereka saling bertatapan cukup lama, Aldo tertekun sejenak melihat kekasihnya begitu sempurna malam ini walau gurat lelah sedikit terlihat namun tidak mengurangi kecantikan di paras mempesona itu. Mata lebar dengan pupil hitam pekat, begitu kontras dengan kulit putih pucat milik Yoona dan bibir tipis miliknya seakan memperlengkap daya tarik seorang CEO muda itu, tak heran jika seorang keturunan bangsawan spanyol bertekuk lutut pada Kayoona Mahendra. Aldo mengikis jarak dengan perlahan ia tidak mau kekasihnya terpaksa dalam melakukannya, jika Yoona menolak maka ia berhenti

My Dangerous LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang