Pengalih yang Hebat

60 4 0
                                    

Kau mungkin tak mengerti betapa besar efeknya setiap kali kau melewati kelas ku, perasaanku membuncah dan tak dapat menahan senyum dan menyembunyikan wajah yang berakhir mendapatkan cubitan dari teman sebangku-ku.

Kau tak akan mengerti kemunculanmu telah membuat semua materi pelajaran itu luruh dan tergantikan pikiran tentang kamu. Kau tak akan mengerti betapa geram nya aku saat jam istirahat tak kunjung datang dan aku kehilangan waktu untuk setidaknya melihatmu.

Kedekatan kita biarpun sebatas teman sungguh berarti bagiku, kau memang sering bersamaku, tapi aku tau ruang waktu yang kausediakan untukku itu juga diisi dengan banyak orang dengan batas yang sama, dan sisa kosong nya mungkin hanya untuk perempuan yang waktu itu menghubungi mu di telpon dan kau balas dengan nada lembut nan manja, yang kau katakan padaku dia adalah calon pendamping-mu.

Suatu hari saat aku benar benar merasa kesal pada dunia ini, aku sengaja duduk menunggumu di meja yang bernaungkan pohon rindang, itu memang satu-satunya tempat saat kita berbagi cerita, hanya tempat itu, tak ada lagi.

Aku tau tanpa aku katakan padamu, kau pasti menghampiriku, kuceritakan keluh kesah ku padamu waktu itu, kau memang tak membantu banyak tapi saat bercerita padamu, aku merasa baik baik saja, kita habiskan waktu sampai senja dan langit berubah gelap.

Saat aku pulang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah kau bahagia dengan itu?

Tapi kenyataan menohok ku bahwa ini hanyalah tindakan bodoh nan sia-sia.

Aku pernah merasa sangat menyerah dengan segala hidup dan kebencian atas diriku sendiri, dan dipikiranku aku ingin berbagi cerita itu denganmu, tapi aku mendapati diriku tersedu sedan karna menyadari bahwa kau adalah sumber dari semua perasaan itu, menyadari bahwa aku dan kamu tak mungkin bisa jadi satu kalimat yang pantas disandingkan.

Seiring berjalan nya waktu aku mencoba baik baik saja tanpa kamu, aku mencoba biasa saja saat melihatmu dan menahan diriku sendiri agar tak menghampirimu, aku mencoba mengabaikan seruan temanku saat kau ada melewati kelasku.

Aku tak ingin lupa tentangmu, aku hanya ingin menghilangkan semua perasaan ini untukmu, walaupun itu adalah bagian tersulit nya, tapi pelan pelan sang hati menurut apa kata otakku, karna dia pun pelan pelan sudah hancur atas egoku sendiri yang memilih menyimpan rasa.

Aku memang memendam perasaanku padamu, tapi bukan berarti tak ada yang tau tentang itu, dan kau pun aku yakin tau, tapi kita berjalan seolah olah aku tak menyimpan rasa, dan itu baik untukku untuk menyembunyikan maluku padamu.

Sempat terlintas di otakku apa yang kau pikirkan tentang aku yang menyukaimu, tapi aku tak ingin peduli, asal kita tetap seperti ini, terserah padamu tentang perasaanmu tapi biarkan aku menyimpan rapih perasaanku.

Satu Rasa Sejuta KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang