Dua

5.9K 741 101
                                    

"Cepat berikan! SE-KA-RANG!"

Suara bariton Pak Guru menggema, memenuhi ruang dengar Jihoon juga setiap inci kelas. Membuat pemuda mungil itu semakin ketakutan.

Ingatan tentang kejadian tujuh tahun lalu, ketika kedua orang tuanya memaksa merebut Hoshi untuk dibuang, kembali melintas.

Jihoon menggeleng kuat-kuat. Mendesiskan kata tidak beberapa kali lantas memeluk Hoshi semakin erat. Kedua mata semi sipitnya terpejam. Tak ingin melihat apa dan siapa pun di depan sana yang menurutnya sangat menakutkan saat ini.

Sebutir kristal bening menitik perlahan dari ujung mata kiri Jihoon dan jatuh tepat mengenai wajah Hoshi. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja kelas menjadi sangat hening dan diselimuti hawa dingin.

Jihoon penasaran tapi masih enggan membuka mata.

Sesuatu yang hangat dan basah membelai lembut pipi kiri pemuda mungil itu. Disusul sebuah suara rendah yang amat dikenalnya menyapa kemudian, "Hei, kau baik-baik saja?"

"Hoshi-ya?!" seru Jihoon ketika membuka mata melihat Hoshi sedang menyeka air matanya dengan lidah. Hoshi tersenyum. "Aku takut! Pak Guru ingin merebutmu dariku," imbuhnya kemudian memeluk erat-erat leher pemuda jangkung di depannya.

Hoshi dalam wujud manusia memang lebih tinggi dari Jihoon, sangat berbeda dengan Hoshi dalam wujud boneka yang hanya sepanjang empatpuluh senti meter, hingga pemuda mungil itu harus berjinjit.

"Tenanglah. Tidak akan ada yang bisa memisahkanmu dariku," ujar Hoshi setengah berbisik. Tangannya mengusap lembut punggung Jihoon. Melepas perlahan pelukan Jihoon untuk menangkup wajah berpipi chubby itu. "Percayalah, aku akan selalu berada di sisimu."

Jihoon mengangguk pelan. Berusaha menyusut air matanya.

"Jadi, apa yang telah kau lakukan pada mereka?" tanya Jihoon saat tersadar seluruh yang ada di sini dalam keadaan membeku. Tidak bergerak sama sekali. Semua. Termasuk Wonwoo, Pak Guru, dan teman sekelasnya.

Alih-alih menjawab, Hoshi nyengir lebar melihat gurat-gurat kebingungan di wajah bulat Lee Jihoon. Pamer sepasang gigi hamsternya yang lebar-lebar itu lagi.

The Doll's Master

'Begitu kembali bergerak, mereka akan melupakan kejadian hari ini.'

Kalimat yang diucapkan Hoshi sesaat sebelum mengembalikan seisi kelas seperti semula kembali terlintas dalam benak Jihoon.

Saat ini, dia dan Wonwoo sedang dalam perjalanan pulang. Hoshi sudah diamankan dalam ranselnya.

Seperti janji Jihoon tadi, mereka hendak ke rumah pemuda mungil itu untuk melihat boneka yang selalu diceritakan Jihoon pada Wonwoo yang sudah sangat penasaran.

"O! Itu rumahmu, kan?" sahut Wonwoo dengan telunjuk menuding sebuah rumah berlantai dua dengan cat warna biru muda mendominasi. Jihoon mengangguk. Namun dalam hati bertanya-tanya, ini adalah pertama Kali Wonwoo berkunjung, tapi bagaimana bisa tahu yang mana rumah Jihoon tanpa diberitahukan. "Ayo, cepat! Aku sudah tidak sabar ingin melihat bonekamu," lanjutnya sembari menarik tangan Jihoon agar melangkah lebih cepat.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah sampai di dalam kamar Jihoon. Wonwoo langsung mengambil posisi duduk bersimpuh di dekat tempat tidur Jihoon yang masih mematung di depan pintu.

Tepat di hadapan pemuda berwajah emo itu, Hoshi duduk manis di atas bantal.

"Err, mau minum apa?" tanya Jihoon. Dia gugup. Tentu saja. Baru kali ini dia mengajak seorang teman ke rumahnya. Wonwoo menyebut minuman dingin tanpa mengalihkan pandangan dari Hoshi kemudian Jihoon pamit untuk ke dapur sebentar.

The Doll's MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang