Duabelah

2.9K 423 88
                                    

"Peek-a-boo!" seru seseorang dari arah belakang.

Memaksa Wonwoo yang sedang duduk di atas batu besar, sambil membaca sebuah buku tebal bersampul kulit, untuk menoleh karena terkejut. Lantas berseru tak kalah kencang pada bocah berkulit tan di belakangnya yang sedang tergelak puas melihat ekspresi kaget di wajah Wonwoo.

Astral muda bermarga Jeon itu lantas mendelik. Melayangkan sebuah pukulan ke pundak bocah tersebut. "Gila! Kau mengejutkanku, Hitam!" sungutnya. Menggeser duduk agar bocah yang dipanggilnya hitam bisa ikut duduk.

Bocah berkulit gelap itu kembali tergelak. Sepasang iris hitam legamnya melirik intens pada Wonwoo yang sudah kembali membaca buku. "Mianhae. Aku tidak bermaksud," ungkapnya dengan wajah bersalah.

Cuping hidung Wonwoo bergerak halus ketika mendengar pengakuan barusan. "Hah? Tidak bermaksud? Kau baru saja mengejutkanku dan mengaku tidak bermaksud? Gila!" Bocah bertubuh kurus itu merotasikan bola matanya. Merasa sebal dan tidak percaya pada pengakuan barusan. "Kau pasti sudah merencanakannya. Itu sudah pasti, Kim Mingyu-ssi."

Bocah bernama Kim Mingyu menggeleng kuat-kuat meski Wonwoo tidak memerhatikannya. Dia menggeser duduknya lebih dekat dengan Wonwoo. Menopangkan dagunya ke bahu kiri astral bermarga Jeon tersebut. "Aku serius. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu tadi. Hanya saja,"

"Hanya saja?" Wonwoo tak sabar dengan kelanjutan kalimat Mingyu sehingga tanpa sadar menyambung cepat kalimat tersebut. Menoleh ke sisi kiri membuat puncak hidung mereka bertemu. Pandangan Wonwoo terkunci oleh pandangan sepadang manik hitam legam milik Mingyu.

Keduanya terdiam sejenak.

Angin berembus pelan, membelai ilalang di hadapan mereka. Juga daun-daun di pohon yang mereka jadikan tempat berteduh saat ini.

Wonwoo yang duluan tersadar dari keheningan tersebut. Dia berdeham lantas menarik wajah berikut bahunya menjauh dari Mingyu yang masih menatap intens.

Kecanggungan sempat menahan kekata mereka. Namun segera diusir oleh Kim Mingyu dengan sebungkus cookies coklat, kecupan singkat pada pipi Wonwoo, dan seruan, "Selamat untuk kelulusanmu! Kau memang hebat!"

Wonwoo mengerjap, sedikit kaget tapi banyak senang karena kecupan tiba-tiba tadi bahkan wajahnya sampai bersemu merah karena malu juga, lantas merebut cookies tersebut dan tak lupa melayangkan tatapan sinis pada Mingyu yang tergelak lepas.

Kemarin astral biasa bermarga Jeon itu memang telah berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat menengah dengan predikat terbaik. Hal yang cukup membanggakan sekaligus membahagiakan di kalangannya. Mendapat ucapan selamat dari sosok yang spesial tentu akan menjadikan moment tersebut lebih bermakna. Namun, bagi Wonwoo, menunjukkan langsung rasa bahagia tersebut bukanlah keharusan.

Sehingga lebih memilih tetap bersikap biasa saja, dengan wajah datar yang khas lantas mengucap terima kasih seperlunya, meski dalam hatinya rasa bahagia sedang meletup-letup tak keruan.

Keduanya lantas terdiam kemudian. Menikmati cookies yang dibawa Mingyu sambil sesekali tertawa karena lelucon.

Wonwoo dan Mingyu adalah dua astral muda yang sedang dibalut untaian benang merah muda bernama asmara.

Hampir setiap hari mereka bertemu di sini, di padang ilalang yang menjadi perbatasan antara daerah asal Wonwoo dan juga Mingyu. Karena Wonwoo yang tergolong astral biasa dari pinggiran Dunia Sana tidak memiliki keberanian untuk menyeberang ke daerah asal Mingyu yang merupakan astral menengah atau keturunan kerajaan.

Satu hal yang disukai Wonwoo dari Mingyu sejak pertama jumpa adalah sikap rendah hati. Meski terlihat bodoh bahkan aneh karena sering senyum-senyum sendiri, astral bermarga Kim itu tidak pernah menggunakan kekuasaan ayahnya untuk melakukan penindasan sebagaimana banyak dilakukan pangeran astral menengah lainnya.

The Doll's MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang