Bab 4 🌻

4.6K 279 3
                                    

"Kamu nyebelin."

Lira mengamati sekitarnya dengan tatapan malas. Ia bukan pecinta kopi dan ia malas nongkrong di kedai kopi, meski Bella dan Tika sering mengajaknya nongkrong di coffee shop. Biasanya ia dan Vera pergi ke toko buku yang berada dalam mall, sementara duo centil itu nongkrong di coffee shop.

Meskipun mereka satu geng, tapi mereka punya kebiasaan yang berbeda. Lira dan Vera memiliki IMBT yang sama yaitu introvert, sedangkan Bella dan Tika adalah ekstrovert. Terkadang Lira dan Vera merasa lelah dengan kegiatan yang dilakukan oleh Bella dan Tika. Duo centil ini bisa dengan betah seharian di mall, berbeda dengan Lira dan Vera - bagi mereka, dua jam berada di mall sudah cukup melelahkan.

"Nyebelin kenapa?" Raka menanggapi santai keluhan Lira, sambil menyuap roti bakar.

"Bisa nggak sih nggak usah kepo."

"Kan, kita teman."

"Teman juga nggak harus tahu segalanya."

"Dan aku menyimpan satu rahasiamu." Raka mengulas senyum culas.

"Kamu mengancam aku?"

Mata Lira menyorot tajam. Si penyanyi Doraemon abal-abal ini berani mengancamnya. Lira memberengut kesal. Ugh, inilah akibatnya jika orang asing mengetahui rahasiamu dan menjadikan rahasiamu sebagai senjata untuk mengancammu sewaktu-waktu.

"Teman kan, juga berbagi rahasia?" Raka tersenyum simpul, sangat santai menghadapi emosi Lira. "Ouw, sepertinya kamu menyimpan rahasiamu dari Geng Syantikmu. Apa jadinya ya, kalau mereka tahu kamu dan Ruby bersaudara tiri? Kira-kira persahabatan kalian bakal goyah atau siapa tahu mereka mau menerima Ruby?"

Rahang Lira mengeras. Menghadapi Raka sama emosinya seperti ia menghadapi Ruby. Benar-benar menekan sabar. Garpu di tangan bahkan tanpa sadar digenggamnya erat. Jika ia punya kekuatan super mungkin garpu ditangannya sudah hancur lebur.

"Kan, asyik punya saudara yang seumuran."

"Oh, ya?" Lira menyahut jutek.

"Menurutku Ruby bukan cewek nakal."

"Oh, yaaa? Kamu sering ke kelab malam?"

"Sering."

Sorot tajam mata Lira membeliak kaget.

"Lihat di film," lanjut Raka, tersenyum ringan karena berhasil menggoda Lira.

Mata membeliak Lira kembali menyorot tajam. Kekesalannya dua kali lipat dari sebelumnya.

"Kamu tahu apa yang dilakukan di kelab malam?"

Lira mencebik, membuang muka, sama sekali tak minat.

"Aku juga nggak tahu. Karena aku masih di bawah umur, jadi dilarang masuk. Hm, Ruby juga masih di bawah umur. Memangnya dia boleh clubbing, bersenang-senang, memakai pakaian minim, parfum yang menyengat, menggoda om-om, bermesraan, dan berakhir--" Raka sengaja menggantung ucapannya dan membiarkan Lira berimajinasi sendiri mengisi kalimatnya.

Lira tercenung diam menatap Raka. Laki-laki ini punya kalimat yang blak-blakan, pemilihan katanya terlalu vulgar, bahkan membuat otaknya berkelana tanpa bisa ia hentikan.

Tetaplah di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang