I LOVE YOU, DAD

23 7 0
                                    



Roy masuk kekamarnya seraya menghempaskan tas ke kasurnya. Hari ini ia benar-benar lelah hingga menjatuhkan dirinya ke kasur tanpa melepaskan sepatunya. Roy tertidur sesaat, ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk. Roy meringkuk dan terpaksa membuka matanya sembari mengambil ponsel disampingnya.

Panggilan dari Louis, Roy cepat-cepat mengangkatnya.

"ada apa Lou?" sahutnya malas.

"hei kau! Seberapa dekat kau dengan Stela?" ujar Louis diseberang telepon.

Roy mengernyit sembari bangkit dari tidurnya. "mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?"

"aku tanya, seberapa dekat kau dengan Stela sebagai teman?" Louis meninggikan suaranya.

"uhmm, cukup dekat sepertinya, karena aku dan dia selalu bertemu tiap kali latihan badminton," ujarnya sambil membuka sepatunya.

"aku ingin kau lebih dekatnya, seperti apa hobi nya, makanan kesukaannya, dan sebagainya. Yaa semacam itulah. Setelah kau mendapatkan informasi mengenai hal itu kau harus segera memberitahu ku" jelas Louis sambil tersenyum.

"apa kau menyukainya? Mengapa kau sangat tiba-tiba sekali?" Roy mengernyit sembari terkekeh pelan.

"kau tak perlu tau. Aku juga tau kau tertarik dengannya, jadi aku hanya akan menyuruhmu mendekatinya" ujar Louis.

"ya ya, terserah kau saja. Aneh sekali. Uhm kalau begitu aku tutup teleponnya ya, sialan hari ini, aku benar-benar lelah" Roy mengeluh.

Roy mematikan ponselnya dan segera tidur dengan nyenyak.

.....


Roy melintas ke meja makan dan mendapati ayahnya sedang menghidangkan makanan, ayah berbalik menghadapnya.

"oh? Roy? Mari makan, aku membuat udang goreng kesukaanmu" sahut ayahnya.

Roy mengangguk sembari duduk dimeja makan, ayah meletakkan nampan berisi semangkuk udang goreng dan semangkuk sup sayur.

"bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya ayah sambil meletakkan udang goreng ke piringnya.

"baik, yah" Roy sibuk mengambil tisu dan mengelap tangannya.

"Roy, aku minta padamu untuk baik-baik memikirkan pelajaranmu, terutama jurusan yang kau ambil. Aku ingin kau segera mengambil jurusan bisnis untuk kedepannya, jangan seperti ayah yang gagal seperti ini, aku ingin memberikan kesempatan padamu," jelas ayah sambil menatapnya lekat.

Roy segera terdiam memikirkan perkataan ayahnya, ia berhenti mengunyah.

"apa aku harus selalu mengikuti perkataanmu, yah? Aku sudah melakukan apa yang selalu kau perintahkan, masuk ke sekolah favorit yang ayah inginkan aku juga sudah melakukannya. Apa kau tidak memberikanku sekali saja kesempatan untuk mengikuti kata hatiku?" Roy mencoba mengatur napasnya yang makin sesak.

Ayah menghela napasnya dengan panjang. "Roy, kau adalah putraku. Aku ingin yang terbaik untukmu, memilih bisnis untung kepentingan keluargamu itu lebih baik daripada kau membuang waktumu untuk olahraga badminton. Aku juga ingin kau menjadi seperti murid yang normal, yang mana hanya fokus pada pelajaran sekolahmu, aku khawatir jika pada akhirnya kau memilih jalan yang salah dan gagal ditengah jalan" jelas ayahnya dengan tenang.

"aku fokus pada bidangku!! Dan akan aku buktikan jika aku mengikuti kata hatiku, aku akan berhasil!! Tidak seperti ayah!" Roy benar-benar tak dapat menahan emosinya, bangkit dan berdiri meninggalkan meja makan.

The Teenager's TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang