Guru sejarah membagikan kertas ulangan kepada semua siswa dari depan hingga belakang. Sean duduk dengan rapi sambil menunggu gilirannya dibagikan kertas.
"Sean, kemana kertas ulanganmu?" sahut guru sambil mengerutkan dahi.
Sean terpelongo. "tapi aku sudah mengumpulkannya Bu, Christ saksinya" Sean menunjuk kearah Christ.
"benar bu" sahut Christ yang duduk disampingnya.
Guru menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "lalu mengapa saya tidak menemukan kertasnya?"
Sean dan Christ saling menatap pasrah sambil menghela napas.
"ya sudah. Sean, kau bisa ulangan lagi di ruanganku!" sahut guru padanya.
"oke semuanya, jam istirahat dimulai. Sampai jumpa minggu depan" sahut guru lagi sambil buru-buru keluar dari ruang kelas.
Seketika seluruh siswa di ruangan berhamburan keluar dan terdengar berisik. Jane dan Kara datang menghampiri meja Sean dan Christ.
"hei Sean? Bagaimana bisa?" Tanya Kara tiba-tiba.
Sean menghela napasnya panjang. "entah lah. Ini sudah yang kedua kalinya. Sialan! Apa dia guru?" ujarnya kesal.
"hei tenang. Mungkin saja kertas mu tercecer" Christ menepuk bahunya pelan.
"bagaimana bisa? Ini sudah dua kali dan dia masih melakukan kesalahan yang sama? Istilah nya, orang yang sudah jatuh di sebuah lubang tidak akan jatuh di lubang yang sama!" teriaknya kesal.
"hei, tenangkanlah pikiranmu. Bagaimanapun Bu Dessy juga guru kita." Ujar Jane.
"lebih baik sekarang kau ulangan susulan lagi, ini juga menyangkut nilaimu" Christ menepuk bahunya lagi.
Sean menghela napasnya pelan lalu mengangguk. "ya sudah, sampai jumpa" Sean langsung bangkit dari bangkunya.
"nah, itu baru temanku" sahut Jane sambil tersenyum tipis.
...
Alexa datang menghampiri Harry yang duduk terpaku ditaman sekolah, ia memegang bahunya dengan hati-hati, takut jika ia mengganggu ketenangan Harry.
"kau baik-baik saja?" Tanya Alexa pelan.
Harry tersenyum ketika menoleh kearahnya. "aku tidak apa-apa. Hanya sedikit stress"
"apa ini tentang Lacey?"
"umm" gumamnya pelan.
Alexa terdiam sesaat.
"aku merasa, aku lah yang membuatnya merasa buruk" ujarnya lagi.
Harry menatapnya tajam. "bagaimana bisa kau memikirkan itu? Aku lah yang salah dalam situasi ini. Tapi jika aku harus mempertahankan hubunganku dengannya sementara sikapnya buruk, aku benar-benar tidak tahan, maka aku mengakhirinya atas kemauanku sendiri. Jadi jangan merasa bersalah. Ingat, dia sudah merebut pacarmu dan juga selingkuh di belakangku, tapi sikapnya seakan aku lah yang paling bersalah dan harus bertanggungjawab atas perasaan buruknya" jelasnya dengan tegas.
Alexa hanya mengangguk pelan sambil tertunduk.
"dia sangat cantik. Tapi terkadang, sikapnya membuatku merasa.... Ya begitulah. Seperti kau merasa kesal terhadapnya" ujar Alexa.
"sekarang dia sudah di Amerika, jangan banyak membicarakannya" Harry berdecih pelan, lalu bangkit dari duduknya.
"mau kemana?" sahut Alexa yang masih duduk ditempatnya.
"ingin ke kelas! Mau ikut?" sahut Harry yang sudah jauh di koridor. Alexa mengangguk pelan sambil berlari-lari kecil kearahnya.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teenager's Trouble
Teen FictionMenjadi seorang remaja bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita ingin kembali ke masa kecil, tak mengenal tentang rasa sakit akibat cinta, persahabatan, ataupun keluarga. Menjadi seorang remaja sangatlah sulit, melakukan sesuatu yang salah yang diper...