PROLOG

547 182 413
                                    


Author

"Gue telat," ucap gadis itu mengeluh. Pasalnya dia sebelumnya belum pernah yang namanya terlambat, tapi kali ini dia terlambat. "Pak bukain dong!" serunya sambil menatap pagar yang menjulang tinggi di depannya.

"Maap ni ya neng, Aurel. Bukannya bapak gak mau buka tapi eneng udah terlambat 10 menit," ujar pak Jamil, penjaga di sekolah SMA Negeri di Jakarta Selatan itu.

"Tapi pak, bapak kan tau kalo ini tuh Jakarta. Ya wajarlah saya terlambat, namanya juga macet." omel gadis yang bernama lengkap Ivona Aurelia Kinandita. "Jadi, boleh ya pak saya masuk?" tanya Aurel dengan memasang tampang sok sedihnya.

"Gak bisa atuh neng, nanti bisa-bisa bapak dipecat jadi satpam di sini," jawab pak jamil. "Tapi kalo neng mau masuk, bapak bisa bukain pagar belakang. Mumpung belum ada guru BK di sana." saran pak jamil yang membuat Aurel kebingungan.

"Apa bedanya sih, pak? Di sini juga belum ada guru Bk."

Satpam itu mengeluh, kenapa ada murid seperti Aurel, yang bodohnya enggak ketulungan. "Neng Aurel nampak gak, di situ kan ruang Bk? Masa' neng udah sekolah hampir 2 tahun kagak nampak?"

"Oh iya. Abisnya bapak, tinggal bukain pagarnya aja ribet banget. Pake lewat belakang lagi, udah kaya' maling saya." kekeh Aurel yang baru menyadari kebodohannya.

"Pak, cepatan bukanya!" desak Aurel ketika dia sudah berada di belakang sekolah. "Sabar atuh, neng."

Mata Aurel tiba-tiba melotot, ketika dilihat nya di ujung koridor ada seseorang perempuan paruh baya dengan penggaris kayu di tangannya yang sedang memarahi siswa yang masih keluar pada saat jam pelajaran berlangsung.

Ya dia Bu Ratna, guru Bk yang killer di sekolah ini. Dan sampai sekarang guru yang sudah menginjak umur ke-47 itu juga belum menikah. Alhasil dia selalu jadi bahan ejekan setiap murid. Berbagai macam ejekan yang selalu dilontarkan Siswa kepadanya. Dari gak laku, perawan tua dan banyak lagi.

"Yang bodoh siapa sih pak, bapak atau saya? Buka gini aja gak bisa." Aurel langsung mengambil kunci yang berada di tangan satpam itu. Lumayan lama bagi Aurel untuk membuka pagar dengan kunci yang sudah cukup lama tidak digunakan.

"Bisa berabe ni urusannya. Ya Allah tolonglah hamba mu ini." dalam hati Aurel terus berdoa dan mendumel tidak jelas, sampai-sampai dia tidak sadar bahwa si satpam telah pergi dari hadapannya. "Pak jamil kemana? Kok tiba-tiba gak ada, gue yakin pasti dia kabur." batin Aurel

"Ngapain kalian berdua?" mata Bu Ratna tidak lepas dari dua orang makhluk yang ada dihadapannya dengan pembatas pagar yang menjulang tinggi.

"Ha, berdua?"

Aurel melihat sekelilingnya, dan benar ada seorang cowok berdiri tepat di belakangnya dengan tangan yang di masukkan ke dalam kantung celananya.

"Ba-ra?" Kata Aurel terbata. Aurel terus menatap mata Bara yang juga sedang menatapnya dengan tatapan datar. Rasanya Aurel pengen nangis di sini, tapi itu tidak mungkin.

"Malah bengong lagi, cepat jawab ngapain kalian disini?" ucapan Bu Ratna membuat Aurel langsung mengalihkan tatapannya.

"Em... anu buk, saya-" ucapan Aurel terpotong ketika suara bu Ratna yang menggelegar sampai ke telinganya. "Ana-anu, kalo ngomong yang jelas!! Kalian telat kan? Ayo kalian ikut saya!" mau tak mau Aurel harus mengikuti bu Ratna menuju ruang Bk melalui gerbang depan.

***

"Lo kok bisa terlambat sih, Rel?"

Tanya Elsa salah satu sahabatnya sambil membawa pesanan mereka ke meja.

Yap, mereka sedang berada di kantin karna cacing-cacing di perut mereka sudah berbunyi dan segera minta diisi.

"Ntah gak biasanya lo terlambat gini." timpal Lidya sahabatnya dari kecil.

Aurel menyeruput jus terong Belandanya kemudian mulai berbicara. "Tadi tu ya, si bibik dah bangunin gue. Tapi, gue juga gak gerak-gerak dari kasur. Dan dikira gue udah bangun padahal gue masih molor" ucap Aurel panjang lebar sambil mengaduk-aduk minuman kesukaannya itu.

"Elo sih, tidur dah kayak kebo." Lidya, gadis itu memang begini kalo ngomong, terkadang bikin sakit hati dan terkadang ngangenin karna tingkahnya.

"Macam lo enggak aja," balas Aurel yang tak mau kalah dengan perkataan sahabatnya itu. "Yes or no Sa?" tanya Aurel pada Elsa yang sedang memakan batagor miliknya.

"Yes," jawab Elsa yang membuat Lidya makin geram dengan kedua sahabatnya.

"Alay lo pada. Bahasa Indonesia aja belom tamat sok ngomong bahasa inggris lagi," ntah apa yang lucu dengan perkataan Lidya, sampai-sampai Aurel tertawa lepas.

"Kenapa lo ketawa? Kemasukan?" tanya Lidya pada Aurel yang masih menikmati tawanya, sampai ada beberapa pasang mata yang menatapnya heran.

"Lo, tuh lucu kalo lagi marah." Aurel mengusap air mata yang keluar dari ujung matanya.

"Daripada lo, gak ada yang lucu diketawain," balas Lidya yang membuat Aurel diam seketika. Elsa yang melihat Aurel diam langsung melarai.

"Kalian kok pada ribut sih, cepat makan 5 menit lagi bel masuk!"

Mereka pun makan dalam keadaan hening. Lidya yang merasa canggung langsung membuka suaranya.

"Rel, lo marah ya sama gue?" Aurel yang merasa namanya di sebut langsung menoleh ke Lidya dengan tatapan bingung. "Soal tadi gue bacanda. Lo kan tau kalo gue tu ngomong ceplas-ceplos aja, jadi harap maklum ya dan gue minta maaf ya atas ucapan gue tadi." sekarang Aurel baru sadar perkataan maaf apa yang dimaksud Lidya.

"Siapa juga yang marah," Aurel kembali terkekeh. "Gue kan udah kebal dengan omongan lo."

"Jadi lo gak marah? Serius? Lo baik banget sih sama gue." ucap Lidya dan langsung memeluk Aurel dengan sangat erat. Orang yang melihat dua orang itu hanya geleng kepala.

"Woy! Gak bisa napas gue," ujar Aurel yang mencoba melepaskan pelukannya.

"Oh ya, Rel. Lo tadi kan terlambat, jadi dapat hukuman apa dari Ratu(peRAwan TUa)?" tanya Lidya dan kembali duduk di tempatnya semula.

Lidya yang merasa omongannya tidak direspon kembali bertanya. "Aurel, gue lagi nanya kok lo malah bengong sih?"

Aurel langsung tersadar dan menatap Lidya dengan alis terangkat.

"Ah ya tadi gue itu disuruh bersihkan ruang BK." jawab Aurel bohong. Sebenarnya Aurel di suruh bersihin gudang.

"Sendiri?" lagi-lagi Aurel bengong. Lidya yang melihat perubahan raut wajah Aurel jadi bingung.

"Lo kenapa sih, Rel? Dari tadi melamun terus. Apa ada masalah?" tanya Elsa dengan hati-hati.

"Enggak kok, gue lagi gak enak badan aja." Elsa tau pasti Aurel telah berbohong padanya. Elsa tau dari ruat wajah Aurel yang seketika berubah. Tapi, Elsa enggak mau merusak suasana hati Aurel.

"Yaudah kalo gitu kita ke kelas aja." Elsa dan Aurel pergi ke kelas sedangkan Lidya harus membayar makanan pada ibu kantin terlebih dahulu.


✍✍✍


Hai para pembaca!!! Aku bawa cerita baru nih. Jangan lupa Vomment cerita ini ya😍😍

Precious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang