Three

10.1K 356 0
                                    

Sungguh Claret berharap ia tidak bermimpi. Entah mengapa, Daniel selalu mengagetkannya dengan perubahan sikap yang tiba-tiba.

Claret pikir setelah tidak menghubunginya selama dua minggu, Daniel akan membatalkan pertunangan mereka. Tapi ternyata, Daniel tiba-tiba muncul, mencium pipi Claret, mengajaknya makan malam, dan mengatakan bahwa ia akan berubah? Demi pertunangan ini? Demi Claret?

Daniel bersikap serupa dengan ini sepuluh tahun yang lalu. Saat dia tiba-tiba muncul di pintu kelas setelah bersikap dingin padanya di hari sebelumnya. Ia kemudian mengajak Claret masuk ke band-nya, mengajari Claret tampil percaya diri didepan banyak orang, dan melakukan hal yang tak pernah dilupakan oleh Claret hingga kini.

Tapi justru kenangan sepuluh tahun lalu itulah yang membuat Claret khawatir akan apa yang sebenarnya disembunyikan Daniel darinya. Apa sebenarnya yang sedang ia lakukan?

***

Daniel baru saja merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur ketika handphone-nya berdering. Ia mengerutkan keningnya ketika membaca caller id di layarnya.

Claret? Mereka bahkan baru berpisah setengah jam yang lalu, ketika ia mengantarkan Claret kembali ke rumahnya. Ada apa?

"Hei," sapa Claret lebih dulu, suaranya halus.

"Hei," balas Daniel. "Miss me already?"

Terdengar tawa kecil di ujung sana. "Papa mengajak kamu makan malam di rumah, besok. Bisa?"

Daniel tidak menjawab.

"Daniel?"

"Ya, tentu saja. Aku akan datang," sahut Daniel.

"Baiklah."

"And?"

"Dan aku mau mengucapkan selamat malam," ucap Claret.

Daniel sangat yakin di ujung sana Claret sedang tersipu-sipu. Claret benar-benar seperti anak SMA yang sedang kasmaran.

"Okay, good night, Claret."

"Good night, Daniel."

Daniel menghempaskan handphone-nya sembarang di samping tubuhnya. Dia memejamkan matanya. It's getting complicated, pikirnya.

Tak lama kemudian, handphone-nya kembali berbunyi.

"Ya, Claret? Anything else?" Tanyanya ketika menjawab telepon itu tanpa melihat caller id-nya.

"Siapa? Karlet?" Suara diseberang terdengar bingung.

Daniel lalu melihat layar handphone-nya, memperhatikan caller id yang tertera disana. Deandra.

"Andra, hei, it's you."

"Iya, aku. Siapa Karlet?"

"Ah, tidak penting. Cuma kenalan," jawab Daniel sekenanya.

"Masih nakal ya kamu?"

Daniel terkekeh. Ia bangun dari posisi tidurnya, lalu berdiri menghadap jendela besar yang mempertontonkan kerlap-kerlip lampu kota.

"Aku tidak nakal," sanggahnya. "How's London?"

"It's fun, banyak tempat bagus, dapat pengalaman baru, dan banyak pria tampan." Deandra terdengar antusias.

"Oh, jadi kamu melupakan aku begitu saja disana?" Daniel berdecak, menggoda Deandra.

"Justru kamu yang lupa sama aku," balas Deandra. "Kamu bahkan tidak menelpon semenjak aku sampai di London."

The Best JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang