Keesokan harinya, Nasha kembali ke perpustakaan karena petugas perpustakaan memanggilnya. Ia kembali disuruh meletakkan buku-buku itu ke rak. Sebenarnya ia bukan petugas perpustakaan, tapi ia mau-mau saja disuruh seperti itu. Katanya lumayan ia bisa melarikan diri dari orang-orang di kelas dan guru.
Kali ini Nasha tidak sendiri. Ia ditemani Riana yang dengan sengaja menawarkan diri membantunya. Pasalnya kaki Nasha belum benar-benar sembuh. Jalannya masih agak pincang dan terseok-seok. Ia khawatir kalau temannya ini jatuh lagi dan sakit di kakinya malah jadi parah.
Nasha meletakkan buku-buku itu di bagian rak yang bisa ia gapai. Untuk rak yang tinggi ia menyerahkannya pada Riana. Tubuh Riana lebih tinggi sepuluh senti darinya, jadi ia tidak perlu khawatir. Ia kembali ke tempat kemarin. Ia seperti melupakan sesuatu. Ia mencoba berpikir.
"Ah ya—"
"Ada apa, Sha? Lo bikin gue kaget. Sumpah!" Riana mengelus dadanya berusaha meredam detak jantungnya yang sempat melompat gara-gara Nasha.
"Ah, maaf." Nasha merasa sedikit bersalah. Namun, detik kemudian dia malah nyengir tidak jelas. "Gue lupa tadi mau ngomong apa."
Riana memutar bola matanya malas. Punya teman seperti ini cukup satu saja, batinnya.
"Oya... aku lupa sama Keyana," katanya lagi, tiba-tiba. Dan untungnya, Riana sudah menyiapkan jantungnya dengan baik ketika mendengar ucapan tiba-tiba dari Nasha.
"Keyana?"
"Iya. Kemarin, cowok kemarin itu—Siapa namanya?"
"Kevin," jawab Riana.
"Nah iya, Kevin. Lo inget kan waktu Keyana minta tolong gue bantuin dia bikin surat cinta itu?"
Riana mengangguk.
"Ternyata surat itu buat Kevin.'
Riana membulatkan matanya tidak percaya. "Serius, lo? Tau darimana?"
"Kemariiinn... disiniiii... Keyana nembak Kevin cobaaaa," teriaknya histeris. Detik kemudian ia langsung menutup mulutnya. Ah, ini di perpustakaan. Jadi mereka tidak boleh berisik.
"Seriusss?" tanya Riana lagi. Nasha mengangguk. "Pantes aja kemarin Keyana minta tolong sama Rian buat bantuin dia ngasih surat itu."
Nasha mangut-manggut. Ia berpikir keras. "Eh, btw kalian kenal sama si Kevin itu? Kok gue baru liat sih orangnya?"
"Yee... Makanya kalo orang cerita tuh didengerin. Lagian loh sibuk di OSIS, sih!" sindir Riana.
Nasha hanya nyengir. Ah, ia jadi lupa lagi dengan Keyana. Habis ini ia bertekad ke kelas Keya dan meminta maaf atas kejadian kemarin. Dan Riana lagi-lagi menawarkan diri untuk menemaninya. Walaupun Riana dan Keyana tidak terlalu dekat, baginya temannya Nasha adalah temannya juga.
***
Kevin melihat gadis yang ia tolong kemarin sedang berlari di koridor sekolah dengan Riana. Riana berteriak pada gadis itu supaya pelan-pelan. Ia menatapnya khawatir. Pasalnya kakinya belum benar-benar sembuh. Bagaimana kalau dia jatuh lagi dan bengkak di kakinya makin memebesar?
"Woy..."
Suara Rian menginterupsinya. Ia mengalihkan pandangannya dari gadis itu ke Rian dengan tatapan bertanya.
"Kalo jalan jangan ngela—"
Brukk...
Belum selesai Rian menyelesaikan kalimatnya, kevin sudah menabrak seseorang.
"Aww..."
Kevin kenal suara itu. Ini adalah... suara gadis yang ia selamatkan kemarin. Dan kali ini juga ia sudah menyelematkan gadis itu dengan menahan tubuhnya supaya tidak jatuh.
Gadis itu mengangkat kepalanya. Pandangan mereka saling bertemu menciptakan suara deru jantung yang berdebum keras. Jarak mereka hanya beberapa senti saja. Gadis itu yang sadar terlebih dahulu. Ia langsung melepaskan diri dari pelukan Kevin.
"Ma—maaf," katanya kaku. Kevin menggaruk tengkuknya untuk menghilang rasa gugup yang sudah menjalari dirinya. "Dan, terima kasih." Gadis itu memberanikan diri untuk menatap matanya. "Makasih buat hari ini dan kemarin."
Senyum gadis itu melebar. Kevin bingung mengapa gadis di depannya tiba-tiba tersenyum. Itu membuat semakin... gugup.
"Hmm." Dia hanya berdehem. Kevin bahkan tidak merasa berani untuk bersuara.
"Oya," teriak gadis itu mengagetkannya. Rian saja sampai terkejut mendengarnya.
"Ya Allah, lo bikin jantung gue copot, Sha!" gerutu Rian dan Riana kompak. Ah, bahkan Kevin baru menyadari kehadiran Riana.
Gadis itu hanya terkekeh pelan. Ia kembali menatap Kevin dan mengulurkan tangannya.
"Nasha Alfathunisa."
Walau sempat bingung melihat tingkah gadis itu, tapi Kevin tetap membalas uluran tangannya.
"Kevin Maulana Pratama," jawabnya.
"Kalau begitu, senang berkenalan denganmu, Kevin. Semoga tidak terjadi hal aneh diantara kita."
Setelah mengatakan itu, gadis yang bernama Nasha dan temannya-Riana- menghilang dari hadapan mereka. Namun, ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi setelah gadis itu mengatakannya. Hal aneh? Apa maksudnya?
***
"Kevin."
Kevin yang sedang membereskan buku-bukunya di atas meja langsung menoleh ke sebelah kanannya. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ada dia sendiri di kelas itu. Dia memang sengaja keluar lama karena harus membuat beberapa ringkasan tentang ekskul fotografinya yang akan diserahkan ke guru pembimbing ekskulnya setelah ini.
"Kevin."
Suara itu muncul lagi. Ia sengaja mengabaikannya. Mungkin ia salah dengar.
"KEVIN."
Ok, kali ini makin horor. Suara itu semakin keras memanggil namanya. Ia kembali celingukan mencari sumber suara.
"Disini." Kevin menoleh dan mendapati seseorang sedang berdiri di koridor luar kelas. Ia langsung menghembuskan napas lega karena yang memanggilnya adalah orang, bukan hantu. Ia pun langsung meresleting tasnya dan keluar kelas.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
Gadis di depannya berdiri kikuk seperti menunggu sesuatu. Ia kelihatan bingung.
"Mmm... tentang kemarin—"
Cowok itu langsung menepuk dahinya pelan. Ia lupa dengan gadis itu-Key- apalah namanya. Ini semua gara-gara gadis yang bernama Nasha itu yang sepenuhnya sudah menyita pikirannya.
"Mmm... maaf," jawab Kevin. Raut wajah Keyana langsung berubah sedih campur kecewa. Menyadari hal itu, Kevin pun langsung meneruskannya. "Maksud gue maaf atas kejadian kemarin. Gue mau terima lo," ralatnya cepat.
Raut wajah Keyana langsung berubah ceria. Matanya menatap binar ke wajah Kevin. Akhirnya, lelaki di depannya ini mau menerimanya.
"Kalau gitu, kita pulang bareng, ya!"
Tanpa menunggu jawaban Kevin, Keyana langsung bergelayut manja di lengan Kevin, kemudian menariknya ke parkir sekolah. Setelah ini pasti akan banyak beredar gosip tentang mereka berdua. Tapi, Keyana tidak tau pasti bagaimana gadis biasa sepertinya akan menghadapi fans fanatik Kevin a.k.a Kevinian. Mungkin itu bisa ia pikirkan nanti. Yang penting, saat ini ia bisa bersama-sama dengan orang yang dicintainya.
***
YOU ARE READING
THE OTHER SIDE
Roman pour Adolescents#the other series 1 Disini saya akan membahas tentang sahabat, arti cinta dan kasih sayang keluarga. Dan kamu akan kembali memikirkan apakah kamu masih harus bersedih ketika masalah itu datang padamu. Cerita ini juga mengajarkan kita untuk terus ber...