Chapter Four

84 11 0
                                    

"Jun"

"Ya, sayang?"

Wonwoo cemberut. Ia paling tidak suka dipanggil begitu oleh Jun. Karena wajahnya pasti akan merah. Dan itu membuatnya terlihat bodoh.

"Ahaha. Maaf, maaf. Ada apa, Jeon Wonwoo ku?" ralat Jun. Matanya beralih dari layar laptop ke mata Wonwoo.

"Kau tahu Kim Mingyu?" Jun mengerutkan kening.Lalu menggeleng.

"Tidak. Aku tidak tahu. Kenapa memangnya?" Kali ini Jun bertanya balik. Wonwoo yang hanya tersenyum membuat Jun makin bingung.

"Kau ini kenapa?" kata Jun sambil memegang dahi sahabatnya itu. "Kau tampak sehat".

"Aku memang tidak sakit, Junhui. Aku baik saja"

"Lalu? Siapa Kim Mingyu? Jangan bilang dia adalah pria tampan yang kau temui lalu sekarang kau jatuh cinta padanya" balas Jun cepat.

Mendengar hal itu, Wonwoo merengut. Lalu meninju bahu Jun pelan. "Yak. Jangan seenaknya".

Jun hanya tertawa melihat reaksi Wonwoo. "Lalu? Ceritakan padaku" ujar Jun mengubah posisi duduknya ke arah tempat tidurnya.

Omong-omong, sore ini Wonwoo sedang berada di apartemen Jun. Setelah selesai semua mata kuliahnya tadi, Wonwoo merajuk minta menginap di apartemen Jun karena kedua orang tuanya sedang ada bisnis di luar kota selama 2 minggu. Dan Wonwoo takut sendiri. Maka berakhirlah Wonwoo di dalam kamar Jun.

"Tadi pagi, aku bertemu Kim Mingyu. Pria itu menolongku membereskan lokerku". Wonwoo berhenti bercerita. Ekspresinya seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Jun justru takut melihat Wonwoo yang seperti itu. "Lanjutkan, bodoh. Kau membuatku takut. Hentikan ekspresimu itu".

"Sudah". Wonwoo mengakhiri cerita dengan duduk bersila di atas ranjang Jun.

Mendengarnya Jun terkesiap. "A..apa?" lanjutnya "sudah?"

Wonwoo mengangguk imut.

"Lalu apa istimewanya dia sehingga kau memikirkannya seperti ini, Jeon Wonwoo?"

Wonwoo terdiam. Bibirnya di poutkan lucu. Dahinya berkerut. Terlihat seperti sedang berpikir.

"Tidak ada" sahutnya cepat.

Jun termangu. Beralih dari sahabatnya, ia kembali menatap layar laptopnya.

"Kenalkan padaku besok". Wonwoo terkejut. Mata rubahnya membelalak menatap Jun dengan tatapan 'apa maksudmu?'

Jun berdecak "Kau jatuh cinta" lanjutnya "dan kau tidak boleh salah jatuh cinta lagi".

Pipi Wonwoo memerah dan bahkan ia sendiri tidak tahu harus berkata apa. 'Masa iya aku jatuh cinta?'

Batinnya berperang. Ia bahkan belum tahu siapa Kim Mingyu. Dan Jun memutuskan bahwa dirinya jatuh cinta. Semudah itukah?

Bahkan Wonwoo sendiri masih tidak tahu dengan perasaannya pada laki-laki di hadapannya ini.

ʕ•ﻌ•ʔ

Mingyu menoleh ketika Seungcheol berteriak. Dilemparnya pulpen miliknya ke arah Seungcheol dan jatuh tepat di atas kepala Seungcheol.

"Sakit, bodoh!" balas Seungcheol dengan melempar kembali pulpen hitam itu. Mingyu melempar tatapan tajam pada Seungcheol.

"Salah sendiri. Ini kamarku. Rumahku. Jangan seenaknya berteriak-teriak. Kalau tiba-tiba ada mobil rumah sakit jiwa menjemputmu, jangan salahkan aku". Mingyu kembali fokus pada gambarnya.

Seungcheol mendengus kesal. Ia juga kembali fokus pada pertandingan bola yang ditontonnya.

"Kemana Soonyoung?" tanya Mingyu.

Seungcheol berdecak. "Kau sendiri yang menyuruhnya menjemput Minseo 15 menit yang lalu. Dan sekarang kau sudah lupa".

Mingyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ah iya" ujar Mingyu pada dirinya sendiri.

"Ingatanmu sungguh buruk, Kim Mingyu". Seungcheol mengubah posisi duduknya menghadap ke meja Mingyu.

Mingyu masih melanjutkan menggambarnya. "Gara-gara kecelakaan sialan itu" desisnya pelan.

Seungcheol menatap Mingyu dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia berdiri. Tangannya menepuk-nepuk pundak Mingyu perlahan. "Tapi kecelakaan itu membuatmu kuat kan, Kim Mingyu?"

Kim Mingyu hanya menampakkan senyum tipis yang sulit dibaca.

ʕ•ﻌ•ʔ

"Annyeong, Soonyoung-oppa"

"Annyeong, Minseo. Bagaimana sekolahmu?"

Minseo hanya tersenyum. Manis sekali. Ia senang dijemput oleh teman kakaknya yang satu ini. Banyak alasannya, tapi alasan utamanya adalah Soonyoung asik dan tampan. Daripada kakaknya itu, Minseo lebih memilih Soonyoung.

"Baik saja. Seperti biasa. Tidak ada yang istimewa"

Soonyoung merangkul adik sahabatnya itu. Ia dan Seungcheol memang sering menginap di rumah Mingyu. Dan mereka menganggap Minseo adiknya sendiri. Entah karena menurut mereka Mingyu itu kurang perhatian pada adiknya sendiri.

"Oppa tidak perlu menjemputku sampai masuk ke sekolah. Oppa bisa menunggu di depan saja, kan?" ucap Minseo sembari memandang sekeliling.

Soonyoung menatap Minseo dengan mata khasnya. "Kenapa heum? Kau takut teman-temanmu iri melihat kau bersama oppa yang tampan ini? Kwon Soonyoung yang tampan~"

Bugh!

Seketika Soonyoung dan Minseo berhenti. Soonyoung baru saja menabrak orang.

"A..ah maaf, maaf. Saya nggak sengaja. Maaf, ya?"

Orang yang ditabrak itu diam saja. Wajahnya datar tetapi matanya menatap Soonyoung dengan death glare. Seketika Soonyoung pucat. Badan orang itu memang kecil, tidak seperti Soonyoung yang lumayan tinggi. Tapi tatapan matanya membuat Soonyoung ciut.

"Lain kali, kalau jalan pakai kaki lihat pakai mata" balas orang itu tajam.

"Ah, saya minta maaf. Sekali kagi, saya minta maaf" Soonyoung bahkan membungkukan badan.

Sepeninggal orang itu, Minseo dan Soonyoung berjalan kembali ke mobil.

"Minseo.. orang tadi siapa?"

Minseo menggeleng "Aku juga tidak tahu"

"Aku takut". Wajah Soonyoung pucat pasi. Ia menyenderkan kepalanya di jok mobil sangat rendah hingga kepalanya sejajar dengan setir.

Minseo menggelengkan kepalanya melihat tingkah Soonyoung. "Bahkan orang itu lebih kecil dariku, Oppa. Kenapa kau takut? Ayo pulang"

ʕ•ﻌ•ʔ

.to be continued.

안녕하세요 o(〃^▽^〃)o

maap ya meanienya lagi libur :)) soalnya chapter-chapter depan meanie nya bejibun.

btw i love wonhui and soonhoon too :))
but i love meanie more ♥

gonna hiatus for a week ㅠ ㅠ
ada uts cuy :))

paipai :*

-naye

HappierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang