Just A Friend To You

2.5K 73 0
                                    

Coba bacanya sambil denger lagu yang di Mulmed yaa hehe

****

Banyak orang bilang, kalau bersahabat sama cowok itu biasanya bakal berubah jadi "sayang", sayang dalam artian lebih dari sekedar sahabat. Awalnya gue nggak percaya, karena selama kurang lebih 8 tahun gue bersahabat dengan mereka nggak pernah ada rasa lebih sama salah satu di antara mereka.

Kenalin gue Reina Berliana dan gue punya tiga orang sahabat cowok: Reza, Rafa dan Reyhan. Sumpah ini hanya kebetulan Huruf awalan kami dari "R" semua.

Gue bersahabat dengan mereka murni tanpa ada rasa berlebih sedikit pun, karena gue sendiri udah tau bagian terjelek dari mereka semua. Udah nggak ada yang ditutupin lagi satu sama lain apalagi urusan percintaan, gue tau semua mantan mereka dan begitu pun sebaliknya. Selama 3 tahun di SMA kita selalu bareng, walaupun harus pisah kelas, setelah lulus SMA gue lebih memilih lanjut keluar kota dan mereka tetap satu almamater hanya beda fakultas.

Satnite biasanya kita lewatin bareng entah cuma ngobrol ngalor-ngidul di halaman belakang rumah gue, ke café punya Reyhan atau jalan ke mall. Dan untuk malam ini kita memutuskan buat stay di rumah gue sambil ngobrolin prihal keputusan gue ambil kuliah di luar kota.

"Yah, kita pisah kampus banget nih?" ucap Rafa.

"Ya gapapalah kita pisah kampus, emang nggak bosen berempat terus? Yailah lagian 'kan gue juga cuma pindah ke Jakarta. Come on bro, Jakarta – Serang Cuma 3 jam." ucapku.

"Tau lu Raf, kalau emang kita kangen sama nih anak monyet satu kita 'kan bisa susulin dia ke Jakarta langsung," timpal Reyhan.

"Udah jangan pada berantem kenapa sih lu pada, sebagai sahabat kita harus dukung semua keputusan Reina. Benar kata Reyhan, kalo kita kangen dia ya tinggal kita yang samperin dia ke Jakarta." Ujar Reza.

"Tau dah lu pada, lagian 'kan gue pindah masih lama. Jadi kita masih bisa main dan jalan bareng," tutupku akhirnya.

Gue pikir cuma kakak dan orang tua gue yang berat melepaskan gue kuliah di Jakarta, tapi ketiga sahabat gue rupanya lebih berat. Mereka semua khawatir gue salah dalam pergaulan. Gue sayang banget sama mereka semua.

***

Tahun pertama dan kedua berjalan lancar, komunikasi sama mereka pun tetap berjalan seperti biasa bahkan mereka kadang dua minggu sekali menjemput gue di apartemen. Teman-teman selalu bilang, "Lo cewek beruntung yang punya sahabat cowok kayak mereka".

Ya, gue selalu bilang "I'm lucky girl" punya sahabat kayak mereka itu sebuah anugerah dan rezeki yang dikasih Tuhan buat gue. Tapi kisah cinta gue nggak pernah bertahan lama, karena kecemburuan mantan-mantan gue. Gue selalu dihadapkan pada 'pilih gue atau sahabat lo' dan gue tetap sama pendirian gue, "Gue pilih mereka, kenapa? Karena mereka yang selalu ada suka atau duka gue. Dan gue lebih dulu kenal sama mereka dibanding lo."

Dari ketiga sahabat, gue memang lebih dekat sama Reza. Ketika gue patah hati atau baru putus orang yang pertama kali gue hubungin adalah Reza. Begitupun sebaliknya kalau dia ada masalah, gue orang yang pertama tau masalah itu.

*Drrrttt..Drrtttt*

Bunyi getaran handphone gue, tertulis nama "Reza" dia layar segera gue angkat.

"Halo, assalamu'alaikum. Ada apa, Za?"

"Wa'alaikumsalam, Rein lagi sibuk, nggak?"

"Engga kok Za, kenapa?"

"Gapapa pengen nelpon lo aja, lagi gabut gue,"

"Yeh si anjir gue kira ada apa, biasanya lo nelpon gue pengen curhat?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot Stories SerialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang