Daun kering jatuh berterbangan di atas kepala ku, semilir angin kencang menerpa rambut tebalku. Ku tutup wajahku dengan tas selempang ku agar daun-daun kering itu tidak menyentuh kulit wajahku. Bukannya ingin berkata sombong tapi rasanya tidak begitu pantas daun kering tak berguna itu menyentuh kulit bersih wajahku. Kulit yang ku dapat dari hasil jerih payah ku untuk mau berlama-lama di dalam salon perawatan.
Modal yang ku keluarkan untuk wajah ku tak sebanding dengan daun kering yang tidak terdeteksi kebersihan nya itu. Wajah ku memang cantik bahkan sangat cantik dari alis mata saja sudah mampu membuat orang-orang terpukau, alis ku tebal hitam dan sangat rapih membentuk seperti alis yang memang sengaja di bentuk.
Mataku begitu bulat dengan di hiasi bulu mata panjang nan lentik, kedua pipi ku tidak terlalu besar namun seimbang. Bibir ku pun sedikit penuh yang bagiku terkesan seksi bila memakai pemerah bibir. Rupa ku memang begitu indah di tambah lagi dengan perawatan mahal serta polesan lain yang membuat ku semakin terlihat cantik.
Angin masih terus berhembus kencang merusak tatanan rambutku, membuat ku memberengut kesal kemudian berjalan cepat untuk berteduh seraya merapihkan beberapa rambut ku yang sudah mulai kusut. Oh... Aku benci ini!
TIN.....TIN....
Terdengar di telingaku seperti klakson mobil, tiba-tiba smartphone ku bergetar pertanda adanya panggilan masuk. Ku sentuh touch nya setelah melihat siapa nama pemanggil itu.
"Kakak sudah di depan" ku dengar suara lembut yang begitu ku sukai. Sambil tersenyum senang aku pun menjawab ucapan nya.
"Iya Tamia udah di luar, kakak dimana sih?"
Ku tunggu jawabannya sambil menggesek gesekan sepatu ku ke atas rumput hijau di pelataran kampus ku."Di belakang mu,sayang" segera saja aku berbalik dan menggerakan mataku untuk mencari dimana orang yang sedang berbicara dengan ku di telpon ini. Hingga akhirnya aku dapat melihatnya yang sedang melambaikan tangan nya dari dalam kursi kemudi. Ia mengendarai mobil kesayangan nya yang bewarna cerah sekali yaitu merah yang baginya tanda bahwa ia adalah pria yang pemberani. Yaa contohnya berani melamar ku kepada ayah ku secara langsung. Aku pun mulai berjalan mendatanginya sambil terus tersenyum kepadanya dan tetap menaruh Smartphone ku di dekat telinga.
Ku tutup pintu mobil dan kusimpan smartphone ke dalam tas selempang ku. Ia menatap ku dengan senyuman lembutnya juga tatapan teduh nya.
"Bagaimana kuliah nya,yang?""Ya begitu lah" jawabku dengan malas.
"Duh jangan cemberut gitu dong, kakak jadi gak tahan buat halalin kamu nih" Aku langsung saja terbatuk, pacarku ini suka sekali membuatku terkejut dan malu disaat yang bersamaan.
***
"Andara...nginap di rumah Mba yuk!" Aku mengajak Andara sepupu kesayanganku. Hanya dia lah orang terdekat ku mengingat dalam keluarga hanya aku lah anak perempuan. Maka dari itu aku sangat dekat sekali dengannya. Ku perhatikan mimik wajahnya yang seperti orang berpikir keras, membuat dirinya terlihat sangat jelek sekali.
"Tapi... Dara belum ijin sama papa" Ucap nya dengan wajah lesu. Aku tau kalau dia sangat ingin menginap tapi mengingat begitu ketat nya peraturan papa Dara membuat dia untuk menyurutkan kengiinginan nya.
"Nanti biar Mba yang bilang, oke?" Dia semakin berpikir keras, dengan mengerutkan kedua alisnya dan memonyongkan bibir berlipat nya itu. Ya bibir milik Dara memang sedikit aneh karena bibir atas nya yang agak naik ke atas seperti berlipat sehingga ketika dia tidak mingkem atau mengatupkan bibirnya maka bibirnya akan terlihat monyong bahkan menjadi mirip dengan ikan cupang.
Aku jadi ingin tertawa melihat wajah buruknya itu. Hahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Stories Serial
De TodoKumpulan cerita oneshoot karya 6 kepala. Hope you enjoy it!