Part 2

1K 118 98
                                    

Kring kring kring!

Mendengar deringan nyaring dari jam weker yang ia setel tadi malam, sontak mata Jiyeon terbuka lebar. Dengan malas, tangan kanannya terjulur untuk mematikan benda berbentuk bundar itu di atas nakas. Meski kelopak matanya masih terasa berat untuk diangkat, ia harus memaksa dirinya untuk segera bangkit dan bersiap ke sekolah. Tidak ada yang akan mengantarnya dan sepedanya pun masih rusak. Uang sakunya tak cukup untuk membayar taksi ke sekolah. Satu-satunya opsi yang dimiliki Jiyeon saat ini adalah jalan kaki.

Seperti hari sebelumnya, kelasnya dimulai pada pukul 07.45 itu berarti Jiyeon hanya punya waktu 45 menit lagi untuk sampai di tempatnya menimba ilmu. Kalaupun ia sampai tepat pada waktunya, Jiyeon pasti kelelahan. Tak diragukan lagi, hal tersebut akan mempengaruhi fokusnya ketika belajar.

Saat gadis itu melewati supermarket yang ditandanginya malam tadi, ingatannya melayang pada sosok namja yang mengantarnya pulang. Tanpa disadari, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman malu-malu.

Bunyi klakson kendaraanlah yang membuyarkan lamunannya tentang Kim Myungsoo. Sebuah Porsche hitam menjajarinya langkah pasang kakinya. Kaca mobil bagian depan mobil tersebut turun dan seorang lelaki yang mengenakan kacamata hitam menyapa Jiyeon.

"Hai, mau ikut?"

Jiyeon bahkan tidak menolah pada pria iseng yang menawarinya tumpangan. Bisa jadi pria itu adalah orang jahat, bukan? "Tidak, terima kasih."

Ketika Jiyeon kembali mengayunkan tungkainya, lelaki tersebut membuka kacamatanya. "Ini aku."

Jiyeon tak dapat menutupi ekspresi kaget bercampur lega dari wajahnya. "Myungsoo ssi..."

"Ayo naik, aku bukan om-om girang yang hobi menawarkan tumpangan pada gadis SMA," canda Myungsoo dengan nada geli.

Jiyeon membuka pintu mobil mewah itu lalu duduk dengan canggung di sebelah Myungsoo. Ya ampun, ini kedua kalinya ia semobil dengan Kim Myungsoo. "Bagaimana kau bisa ada di wilayah ini?" tanya Jiyeon pada pria disampingnya yang tengah menjalankan kemudi.

"Apa aku tidak boleh berada di sekitar sini?" goda Myungsoo.

"Aniyo, bukan begitu maksudku... Aku..."

"Jangan dianggap serius," kekeh Myungsoo. "Kebetulan aku ada jadwal kuliah pagi ini. Lebih cepat sampai jika melewati jalan ini."

"Tapi, kau malah mengantarku dulu. Apa nanti tidak terlambat?" Jiyeon langsung merasa tak enak setelah mendengar alasan sang pria. Ia tidak tahu jika sesungguhnya Myungsoo hanya mengarang, semester ini pria itu tidak memiliki jadwal kelas pagi.

"Tidak. Lagipula, universitas dan SMA berbeda. Ada beberapa dosen yang tidak peduli jika mahasiswa mereka datang terlambat," tutur Myungsoo tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan lurus yang sedang mereka tempuh.

"Dimana kau kuliah?"

"Universitas Gwangju."

Jiyeon langsung menoleh dengan mulut terbuka, "Kau pasti sangat pintar..."

"Banyak yang bilang begitu," Myungsoo mengangkat kedua bahunya, tak begitu peduli soal kepintaraan otaknya meski rentetan kalimat pujian selalu ditujukan padanya. "Oh ya, apa kau memiliki jadwal sore ini?"

"Ani, waeyo?"

Myungsoo berdeham lalu menjawab, "Apa kau mau menemaniku menonton film sore nanti sepulang sekolah? Ada film baru yang menarik minggu ini."

Red Emerald StoneWhere stories live. Discover now