Jiyeon berlari dengan tergesa-gesa menjauhi rumah pamannya. Bomi dan bibi baru pulang sekitar pukul lima. Untunglah, Bomi yang kelelahan langsung tidur di kamarnya. Kesempatan itu digunakan Jiyeon untuk mengambil kalung tersebut. Ia berhasil mendapatkannya di saku celana jins yang dikenakan Bomi saat bepergian tadi. Syukurlah, Bomi tidak menjual atau membuang kalung ini.
Begitu mendapatkannya, Jiyeon bergegas untuk pergi. Ia sudah menyambar jaket dan sepatunya. Sayang sekali sang bibi memergoki dan melarangnya untuk pergi meski Jiyeon memohon izinnya. Karena tetap tak diizinkan, Jiyeon pun kabur melalui jendela dapur.
Begitu sampai di jalan raya, ia menghentikan sebuah sedan berwarna kuning yang lewat. Gadis itu mengabaikan sapaan ramah sang supir dan langsung menyebutkan alamat sekolahnya. Jam digital dalam taksi itu telah menunujukkan pukul 06.23pm! Teman-temannya pasti kesal setengah mati menunggu Jiyeon yang tak kunjung datang. Shift kelompoknya bahkan sudah akan berakhir dalam 7 menit.
Sesampainya di sekolah, ia segera berlari ke aula, melewati koridor sepi yang cukup panjang, lalu menaiki tangga menuju lantai dua. Saat itu, sudah tak ada orang lagi di sekolah, tentu saja, kecuali anggota panitia yang ditugaskan mempersiapkan aula untuk acara senior mereka.
Disana, ia bertemu dengan Junghwa dan Hyoyeon yang sedang berjalan ke arahnya. Aneh. Sudah jam tujuh kurang sepuluh menit, mengapa mereka belum pulang? Batin Jiyeon.
"Ya! Kemana saja kau? Kami menunggumu sejak tadi. Apa kau sengaja mangkir dari pekerjaan, eoh? Sejak tadi sore, hanya kami yang bekerja, panitia lain juga sudah pulang," keluh Junghwa saat mereka berpapasan.
"Dimana Boram?" Jiyeon bertanya dengan napas tersengal. Ia tidak memedulikan ocehan Junghwa. Jiyeon hanya perlu tahu dimana Boram saat ini.
"Boram sudah datang sejak jam 4 sore tadi. Dia terus menanyakanmu. Karena kau belum datang juga, akhirnya sekitar pukul 6 tadi, Boram menjemputmu ke rumah," ujar Hyoyeon menjelaskan.
"Mwo? Dia ke rumahku?" Jiyeon terkejut. Bisa jadi saat ia dalam perjalanan ke sekolah, Boram juga dalam perjalanan ke rumahnya.
"Dia akan kembali ke sekolah katanya. Tenang saja," lanjut Hyoyeon.
"Ada apa? Boram mencarimu, kau juga mencarinya. Apakah ada sesuatu yang penting?" selidik Junghwa.
"Ada barang yang harus kutitipkan padanya. Geure, karena aku datang terlambat, aku akan langsung mulai kerja bekerja sambil menunggu Boram," kata Jiyeon.
"Kami menyisakan pekerjaan untukmu hehe..." Hyoyeon tertawa kecil tanpa maksud apapun. "Ini," ujarnya seraya memberikan kardus yang sejak tadi dibawanya.
"Semua dokumen dan catatannya belum diurutkan. Kau tidak keberatan melakukannya, bukan? Tolong urutkan sesuai tanggal, ya?" kata Junghwa, jelas sekali itu bukanlah pertanyaan, namun perintah.
"Tentu saja tidak. Aku akan mengurutkannya sesuai tanggal."
"Kalau begitu, kami pulang dulu. Aku ingin cepat makan malam di rumah," Hyoyeon berkata. Keduanya pun pamit lalu berjalan menuju pelataran sekolah.
Selepas kepergian kedua temannya, Jiyeon membawa kardus yang diserahkan kepadanya itu ke dalam aula. Ruangan besar itu terang benderang, karena cahaya lampu yang menerangi tiap sudutnya. Sambil menunggu Boram, Jiyeon memutuskan untuk memulai pekerjaannya. Ia merasa bersalah karena datang dua puluh menit setelah shift kelompoknya berakhir.
Kardus itu diletakkan di lantai dan Jiyeon membongkar dokumen serta catatan yang terdapat didalamnya. Ia mengamati sketsa rencana desain aula yang telah dibuat oleh divisi dekorasi. Saat dirinya ingin melihat lembar berikutnya, semuanya pun menjadi gelap. Seluruh lampu di aula tersebut mendadak mati.
YOU ARE READING
Red Emerald Stone
Fanfiction[Book 1 of Vampire Series] Pernah menonton Twilight, film yang menceritakan tentang kisah cinta antara seorang gadis manusia biasa dengan seorang vampir tampan? Bagaimana jadinya apabila Park Jiyeon menjalin hubungan spesial dengan Kim Myungsoo tan...