Ustadz & Maut

1.4K 278 20
                                    

Ustad & Maut

Prilly menggigit bibirnya dan celingukan melihat kekanan dan kekiri karna udah lama banget nggak sholat dan tentu saja otomatis udah lama juga nggak wudhu. Mala, Pingkan dan Rayla sudah pergi duluan saat dia ditunggu Ustadjah Okky tadi.
Untung masih ada yang berwudhu jadi Prilly bisa nyontek. Ustadjah Okky menggelengkan kepala melihat tingkah Prilly.

Begitu masuk masjid, semua orang sudah siap menjadi makmum dari imam yang sekarang terdengar dari mikropon masjid mengangkat takbir. Prilly mengikuti saja gerakan makmum lain yang ada didepannya sementara ia dan ustadjah Okky berada dibarisan paling belakang karna belakangan datangnya.

Selesai sholat dan terdengar wirid pendek yang dibaca oleh Imam yang terhalang dinding didepan sana, lalu para jemaah bersalam-salaman sambil membenahi sajadah dan mukenanya. Begitu Prilly mau berdiri ia tertahan tangan ustadjah Okky yang memberi isyarat untuk duduk kembali.

"Ada tausiah, tolong duduk dulu!" Ucap Ustadjah Okky mengingatkan Prilly.

'Apalagi sih? Dengerin ceramah nggak mutu pasti dah!' Gerutu Prilly dongkol. Matanya sudah sepet banget pingin tidur.

"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh," suara Ustad Maulana terdengar dari mikropon yang bergena didalam mesjid. Prilly cukup mengenali suaranya meskipun baru sekali bertemu. Tak jauh berbeda dengan tanpa mikropon.
Ustad Maulana dibilang gaul? Trus Mala ngefans? Apa nggak salah? Iya, ngidolain sih nggak salah, tapi tadi kok kayaknya ngidolain karna dia gaul dan keren? Rasanya kayak kasmaran tapi kok sama ustad Maulana yang seperti bapak-bapak? Doyan Om-Om ya si Mala?

'Ishh apaan sih gue ngurusin Mala?' Pikir Prilly tak terima dengan kata hatinya.

"Alhamdulilah hari ini kita berkumpul kembali, kali ini topik bahasan kita adalah 'malam pertama didalam kubur' dan untuk ceramah kali ini akan diisi oleh Ustad Akmad Lilahitaala Ilyas, silahkan ustad Ali!"

'Ustad Akhmad Lilahitaala Ilyas, kenapa jadi Ali? Ini yang dibilang ustad gaul? Dari namanya aja udah nggak menjual, iuuuhhhh.'

Lagi-lagi pikiran Prilly mengeluarkan celaan. Memang kebiasaan buruknya diluar pesantren, suka mencela, menghina, mengeluarkan kata kata kotor seolah tak bisa hilang meski sudah didalam lingkungan pesantren. Bedanya, disini ia nggak bisa sembarangan mencela, 'apalagi ada satpam', pikirnya sambil melirik ustadjah Okky.

'Eh apa tadi topik bahasannya? Malam pertama, aduh kenapa ML dibahas dimari sih? Ishh bego banget sih gue, didalam kuburnya kok ditinggal, ihhh serem banget sih kenapa bahasannya didalam kubur??' Celetuk hati Prilly lagi dan ia meringis sendiri.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terima kasih saya diberi kesempatan menyampaikan tausiah kali ini, dan bagi orang yang beriman tentu kita percaya bahwa kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban atas segala hal yang telah kita kerjakan selama di dunia, tak terkecuali disaat kita di alam kuburpun kita akan ditanya oleh malaikat, dan tahukah apa saja pertanyaan yang maksud dari hadits Nabi Shallahu 'Alaihi Wasallam tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut?"

'Ya tentu aja gue nggak tau ustad, mana gue tau, guekan masih hidup belum lagi ada didalam kubur!' sahut Prilly didalam hati.

"Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu?
Jawabannya adalah Allahu Rabbi. Allah Tuhanku."

"Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu? Kita harus jawab Muhammadun Nabiyyi, Muhammad Nabiku."

"Ma Dinuka? Apa agamamu?
Jawablah Al-Islamu dini, Islam agamaku."

"Man Imamuka? Siapa imammu? Dan jawaban dari pertanyaan ini adalah Al-Qur'an Imami. Al-Qur'an Imamku."

"Aina Qiblatuka? Di mana kiblatmu?
Jawabnya Al-Ka'batu Qiblati artinya Ka'bah Qiblatku."

"Terakhir Man Ikhwanuka? Siapa saudaramu? Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani, Muslimin dan Muslimah saudaraku..."

'Buset dah banyak amat pertanyaannya, perlu nggak sih gue catet, kayaknya otak gue nggak mampu ngingat deh.' Prilly menggaruk-garuk kepalanya.

"Jawabannya sangat sederhana bukan? Tapi apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya?"

"Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi. Saat kegelapan menghentak ketakutan. Saat tubuh menggigil gemetaran. Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong. Ya, tak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita. Selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia."

'Ni ustad nakut-nakutin banget sih, seram tau, tad!' Bibir Prilly monyong-monyong mengomel sendiri tanpa terdengar.

"Bagi orang yang beriman saat hidup di dunia dan senantiasa mengerjakan segala apa telah Allah dan RasulNya perintahkan lalu menjauhi apa-apa yang telah dilarang baginya, tentu pertanyaan tersebut akan mudah untuk dijawabnya dan sebaliknya, bagi orang yang kufur kepada Allah SWT, yang mengingkari segala hal yang telah diturunkan kepada NabiNya Muhammad SAW, yang tidak mau beribadah dan beramal shaleh selama hidup di dunia, namun dia selalu berbuat kerusakan dan kefasikan selama di dunia, maka selama-lamanya dia tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Yang mampu keluar dari mulutnya hanyalah:
Aaah...... ahh..... aaaahh..... laa adrie, aaah... aaah.... Aaah... aku tidak tahu,
lalu azab yang pedih telah disiapakan untuknya hingga datangnya hari kiamat."

'Ya ampun tad, ahhh ahhh nya kayak desahan di film porno ihhh, sumpah!' Prilly hampir terkikik sendiri. Dan Prilly menutup mulutnya menahan tawa akibat otaknya yang kesana kemari tak jelas hingga ustadjah Okky menoleh padanya dan menggelengkan kepala.

Brakkk...!
Suara keributan didepan sana, ditempat ustad yang sedang berceramah terdengar karna mikropon masih stay on. Semua santri wanita yang terhalang kain putih yang membatasi mereka dengan santri pria didepan mereka melongok berdiri ingin tahu apa yang terjadi.

Prilly ikut-ikutan berdiri tapi karna badannya yang mungil dia tak bisa melihat dan mengetahui ada apa sebenarnya didepan sana.

"Innalilahi Wainnailahi Rojiun...."

'Innlilahi???' Prilly bergidik ngeri. Bukannya kalimat itu yang sering ia dengar jika ada yang meninggal dunia?

Ustadjah Okky meminta santri wanita yang kasak kusuk berdiri segera duduk kembali.

"Ya Allah ustad Arif," desis salah seorang santri yang dilihat Prilly berwajah pucat pasi.
Ia sempat melihat Ustad Arif dibaringkan dan ustad Maulana juga Ustad Ali terlihat mengucapkan kalimat-kalimat zikir pada ustad Arif yang tiba-tiba jatuh tak tau apa sebabnya.

"Tak ada yang tau kapan kita akan dipanggil dan dengan cara yang bagaimana, mohon doanya untuk Ustad Arif yang telah berpulang ke hadirat Allah Subhanawataala, Alfatihah!"

Seketika mesjid hening dan setelahnya terdengar isakan dimana-mana. Prilly jadi ikut merasakan harunya. Entahlah, ini menyadarkannya bahwa maut akan menghampiri kapanpun dan dimanapun.

"Astaghfirullahal 'Adzim, Ampunilah kami Ya Allah ... " seru Ustad Maulana dan kelanjutannya tak bisa lagi Prilly simak dengan baik.

Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana kalau malaikat maut datang memanggil? Ia sama sekali tak tau apa-apa tentang agama. Caranya sholat aja tak sempurna. Jangankan sholat, wudhu aja dapat nyontek tadi.
Hari pertama di pesantren sudah disuguhi dengan kedukaan.

"Mamiii, Papiii, takutttttt ..."

#####
Dibuat untuk short story, 8 Juli 2016/3syawal1437H

Dipublish, 3 Syawal 2020
Untuk menemani, selama menunggu cerita baru dan pandemi 🤩

Akhirnya Aku Halal Bagimu (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang