Berat

1.3K 256 10
                                    

"Berisik banget sih kalian, apa nggak capek dari tadi ngobrolll melulu tiada henti?" Prilly bergumam diantara obrolan Mala, Rayla dan Pingkan.

"Kami memang biasa begini Pril, sebentar lagi juga tidur pas jam sepuluh malam," sahut Mala.

"Ck. Tapikan bahasannya dari itu ke itu lagi, ustad Arif yang meninggal ditengah majlis, tausiah ustad Lilahitaala itu yang kalian bilang berbobot, kekaguman kalian sama itu ustad, itu itu lagi!" sahut Prilly agak panas kupingnya mendengar obrolan mereka yang dari tadi ituuu melulu.

"Siapa suruh kamu ngambil tempat tidur Mala, kalau kamu diujung kan nggak begitu terganggu, Pril!" Sahut Rayla lagi.

"Kalau gue ditengah bukan berarti kalian boleh ganggu dengan obrolan juga kan?" Prilly berkeras tak mau mengalah dan tetap ingin mereka bertiga diam. Kupingnya merasa penuh dengar mereka mengobrol, tertawa, cekikikan.

"Baca AlQuran kek dalam hati daripada ngegosip!" tandas Prilly sambil memiringkan badannya kekanan. Disitu terlihat Rayla. Prilly berdecak membalik badannya kekiri, terlihat Pingkan dan diujung sana ada Mala. Duh, Prilly jadi stress melihat mereka. Nggak ada gaulnya sama sekali. Sekali melihat ustad gantengan dikit, semalaman ngomongin ustad itu melulu. Ustad yang Prilly dengar dari obrolan mereka, baru hampir dua minggu tinggal dipesantren. Dari obrolan mereka juga ia jadi tahu kenapa dipanggil Ali, ternyata itu singkatan dari namanya. A.khmad L.ilahitaala I.lyas.

Semalaman itu Prilly tak bisa tidur. Mengingat kejadian meninggalnya ustad Arif, ia tak ingin mengingatnya tetapi yang tiga orang itu bolak balik membahas. Terbayang ketika tadi baru sampai pesantren bertemu dengan beliau sebagai penanggung jawab santri pria. Apalagi doa ustad Maulana dengan suara bergetarnya yang menusuk perasaan.

"Ya Allah, Kami hanyalah hamba-Mu yang berlumur dosa dan maksiat
Sangat hina diri kami ini di hadapan-Mu,Tidak pantas rasanya kami meminta dan selalu meminta maghfirah-Mu, Sementara kami selalu melanggar larangan-Mu.."

"Ya Allah, Izinkan kami bersimpuh memohon maghfirah dan rahmat-Mu selalu, Tunjukkanlah kami jalan terang menuju cahaya-Mu, yaitu jalan yang lurus Agar kami tidak sesat dan tersesatkan,
Amin Ya Rabbal 'Alamin."

Rasanya takut tiba-tiba ada malaikat maut yang menghampirinya. Prilly bergidik dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Prilly melirik kekanan dan kekiri.

"Buset ni anak tiga, bentaran aja udah melayang ke alam mimpi, jangan-jangan mimpinya ketemu ustad itu," Prilly menepuk kepalanya, kenapa dia harus peduli mereka mimpiin siapa.

Heran memang. Tadi sekilas Prilly lihat itu ustad yang mereka kagumi. Cakep sih dari jauh. Tapi menurut Prilly masih lebih gaul Radit kemana-manalah. Yang bisa ngajak dia ngefly. Kalau ustad gimana mau nge-Fly, pasti setiap hari diceramahin mulu nggak ada saat seneng-senengnya. Nggak ada Ke Pub, apalagi ke diskotik, nge dj bareng disamping sound system, joget joget asik, teler bareng. Itu rasanya paling nikmat.

"Tapi inget Pril, apa lo masih mau terus maksiat, kalau giliran lo yang dipanggil lo punya amal apa?" Prilly kaget dengan ucapannya sendiri padahal pelan banget.

#####

Prilly mengerjap-ngerjapkan mata begitu disekitarnya seperti terdengar sibuk. Suara azan dari mesjid terdengar keras. Rasanya baru saja ia memejamkan mata. Masih mengantuk. Kebiasaan juga nggak pernah bangun sesubuh ini. Tidurnya tak pernah awal, bangunnya pasti paling akhir. Kalau dirumahkan nunggu digedor maminya dulu baru bangun, itupun kalau sudah bisa menguasai beratnya mata dan rasa malas.

"Ayo, ayo ke mesjid, udah telat!" seru Mala dijawab pingkan dan Rayla dengan kesibukan mempersiapkan diri.

"Yuk ah, nanti terlambat..." sahut Pingkan.Sepertinya ia telah siap pergi.

"Aduhhh, rasanya gue barusan mejamin mata!" Gerutu Prilly tanpa bermaksud curhat pada ketiga orang yang sedang sibuk itu.

"Kenapa Pril?" tanya Mala. Prilly akui Mala ini terlihat paling tulus meskipun Prilly kurang ajar. Sementara Pingkan yang paling keras karna menunjukkan ketidak respekannya pada Prilly. Sedangkan Rayla ini agak labil. Nanti terbawa Mala. Sebentar terbawa Pingkan.

"Nggak papa," sahut Prilly cuek.

"Ayo Mal, kita ke mesjid, biar dia sendirian saja, nunggu dia mandi kelamaan!" ucap Pingkan dengan nada dingin.

"Siapa juga yang minta tunggu?"

Prilly menjawab ketus dan akhirnya Mala mengalah ketika ditarik Pingkan dan Rayla yang menjauh. Prilly hanya mengangkat bahu sambil memainkan bibirnya lalu menghempaskan diri lagi ke ranjang.

#####

Short Story, 8 Juli 2016/3 Syawal 1437H

Republish, 27 Mei 2020/ 4 Syawal 1441H

Untuk menemani menunggu cerita baru dan menemani selama dirumah aja akibat pandemi covid19

Akhirnya Aku Halal Bagimu (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang