Kehilangan

1.4K 258 3
                                    

"Mala sedang bicara apa ya sama ustad Ali?"

Pingkan terlihat seperti menerawang. Prilly hanya tersenyum saja melihatnya. Kadang Prilly berpikir, kenapa Pingkan tidak membuka biro jodoh saja? Pingkan terlalu bersemangat menjodohkan Mala dengan Ustad Ali. Menurut dia Mala sangat pantas untuknya. Padahal kalau dilihat Mala sendiri tidak terlalu agresif dan ekspresif. Lantaran dijodohkan dan didorong-dorong oleh Pingkan akhirnya Mala terlihat seperti gadis yang terlalu berharap banyak pada seorang pria. Menurut Prilly seharusnya sih tidak begitu. Kasian Mala yang anggun dan lembut jadi terlihat seperti sebaliknya.

"Paling sudah i love i love you – an kali ya Pingkan..." sahut Rayla dengan nada yang membuat Prilly kembali tersenyum sendiri.

Sekarang Prilly lebih banyak mendengarkan saja dan berkomentar ala kadarnya. Takut salah bicara. Meskipun ia tahu ia tak terlalu nyambung kalau bicara dengan mereka tetapi Prilly tetap berusaha untuk membangun persahabatan dengan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Pesantren memang membuat ia banyak berubah. Dan sedikit demi sedikit hatinya mencair lalu menemukan kesejukan setiap kali beribadah. Kesejukan yang tak pernah ia temukan saat ia masih berada diluar pesantren dan menggeluti dunia glamour dan nakalnya anak muda.

"Assallamualaikum!"

Prilly, Pingkan dan Rayla terkejut mendengar suara salam Mala yang terdengar bergetar didepan pintu kamar mereka.

"Kenapa, Mala?" Pingkan berdiri diiringi Prilly dan Rayla menghampiri Mala dan membawanya duduk ditempat tidur. Mereka duduk mengelilingi Mala yang sepertinya akan berurai airmata.

"Mala?" Prilly berjongkok dihadapan Mala dan menggenggam tangannya."kenapa?"

"Ustad Ali hari ini pergi!" tutur Mala dengan wajah yang luruh dengan airmata.

"Pergi kemana?" tanya Prilly, Pingkan dan Rayla bersamaan.

"Ustad tadi bilang ada seseorang yang menunggu dia sekarang, dia sepertinya tak ingin aku berharap, dia bilang akan dijemput hari ini ..."

Hening. Mendengar suara Mala yang sesedih itu membuat mereka ikut larut dalam kesedihan. Untuk Prilly selain sedih karna kesedihan Mala, rasanya dia sedih untuk dirinya sendiri. Entahlah. Ia tak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Kenapa ia harus merasa sedih dan kehilangan?

Prilly lari keluar begitu mendengar suara deru mobil. Ustad Ali akan memasuki mobil begitu Prilly berada diujung jalan menuju lorong kamar mereka. Pandangan mereka beradu saat ustad Ali menoleh sebelum memasuki mobil yang menjemputnya.

"Assallamualaikum!"

Prilly membaca gerak bibir ustad muda tersebut yang terbaca hanya Assalamualaikum.

"Wa'alaikumsalam!" bisik Prilly

Dan mobil itupun pergi, diiringi tarikan nafas mereka yang terdengar sesak. Prilly menoleh kesampingnya ada Mala dengan sisa airmata, dan disebelah kanan Mala ada Pingkan dengan wajah tak berdaya sementara disebelah kiri Prilly ada Rayla yang tak tau sedih ataukah bingung dengan semua ini.

"Jangan sedih, ustad Ali berpesan semoga bisa bertemu kembali!" Tiba-tiba ustadjah Okky sudah berada disamping mereka.

"Kenapa ustad Ali tidak mengucapkan perpisahan pada santri-santri, ustadjah?" Tanya Prilly dengan nada yang lirih.

"Karna dia berharap suatu saat akan kembali!" sahut Ustadjah Okky dengan pandangan jauh kedepan sana kearah perginya mobil yang membawa ustad Ali.

Prilly, Mala, Pingkan dan Rayla terdiam. Kembali dengan membawa pendamping? Rasanya juga menyedihkan. Apa mereka akan rela melihat ustad idaman menggandeng seorang perempuan yang ia jadikan sebagai istrinya kehadapan mereka?

"Ayoo siap-siap, kita hari ini akan berkenalan dengan ustad baru pengisi tausiah," ucap Ustadjah Okky membuat mata mereka melebar.

"Ustad baru?" Mereka serentak menyahut.

BRUMMMM ...
Sebuah mobil memasuki halaman pesantren. Dan turun seorang ustad muda yang lumayan membuat mereka sumringah.

"Itu ustad Syam, sama lulusan mesir dengan ustad Ali, satu angkatan!" jelas Ustadjah Okky sambil tersenyum.

"Oh my good Malaaaa," Pingkan meremas bahu Mala. Prilly menahan tawa melihat gayanya. Dasar gadis-gadis muda, begitu mudah jatuh hati dan baper. Baru saja merasa sedih karna ditinggal ustad yang katanya idaman, tampan dan baik hatinya eh sedetik kemudian sudah kegirangan melihat gantinya.

Entahlah, bagi Prilly tetaplah ustad Ali memiliki kesan mendalam buatnya. Terbayang saat ia menyapu halaman membantunya, mengajarkan bacaan sholat dan mengimaminya sampai menolongnya saat tercebur dikolam dan kakinya kram. Ucapan Terima Kasih saja belum juga sempat ia sampaikan. Entah kapan mereka bisa bertemu lagi untuk hanya sekedar mengucapkan terima kasih? Prilly meanrik napasnya. Kenapa ia merasa sesak saat mengingat ustad tersebut akan meminang seseorang dan dijadikannya pendamping hidup?

#####
Short story, 8juli2016/3syawal1437H

Direpublish, tgl 4 Syawal 1441H/27Mei2020 untuk menemani selama menunggu cerita baru dan menemani selama #dirumahaja akibat pandemi covid19

Akhirnya Aku Halal Bagimu (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang