Pesantren

1.9K 294 20
                                    

Blammm!
Prilly menbanting pintu mobil dengan gusar. Tiba disebuah kampung yang iuhhhh pasti akan membosankan sekali. Gara-gara mamang Mamat nih yang menyarankan agar Prilly dimasukkan pesantren selama sebulan untuk mengubah perangainya yang tak terkontrol.

"Kiamat sudah dekat Ly, emangnya Ily mau masuk neraka?" ucap papinya menakut-nakuti.

"Mau kayak si Sandra meninggal kecelakaan sebelum tobat, hah?" Tambah maminya lagi.

Prilly tercenung teringat Sandra yang baru saja berakhir dijalanan gara-gara kecelakaan. Lagi mabuk nyetir mobil ya mana bisa konsen. Padahal Prilly juga sering begitu. Pernah nyoba minum obat penenang yang diberikan teman-temannya. Teman-temannya bilang obat itu dapat membuat pikiran tenang. Tenang bagaimana? Saat itu yang ada dia seperti orang teler dan lebih gawat lagi Radit dalam keadaan yang sama membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Untung saja tiba dirumah dengan selamat walaupun jalannya mobil juga tak seimbang.

"Jadi apa kalau sudah dipanggil Allah dalam keadaan berdosa kayak gitu?" ucap maminya lagi.

"Itukan sudah takdirnya mami!" sahut Prilly asal.

"Takdir apanya? Itu takdir yang dikehendaki, kita harus merubahnya dengan ikhtiar dan doa," sahut Papi. Papi juga sebenarnya tak tau apa-apa, baru juga dikasih tahu ustad. Tambah papinya dalam hati.

"Please Ly, kali ini aja penuhin kehendak mami sama papi, kalau mami sama papi meninggal, Ily nggak tau apa-apa tentang agama, bagaimana bisa doain mami dan papi yang sudah tak berdaya di alam kubur, bagaimana pertanggung jawaban mami dan papi dihadapan Allah, pokoknya nanti di akherat kalau sampai Ily nyalahin papi dan mami, awas ya, ke neraka sendirian aja!" Tante Sihra memaksa. Bagaimanapun juga ia merasa harus berhasil membuat Prilly mau ikut dibawa ke pesantren.

"Ihh mami kok kayak gitu sih?" Ily mencelos dengan mata yang melotot.

"Mami cuman ngingatin aja, Ily dikubur sendirian lo kalau nanti kena giliran dipanggil, nggak ada yang bantuin bila malaikat datang nanyain, ayo mau jawab apa kalau Ily nggak tau apa-apa?" Tante Sihra masih mencoba untuk membujuknya dengan menakuti tetapi itu benar.

Maka dari itu, akhirnya Prilly mau dipaksa pergi kedesa Mamang Mamat. Mami dan Papi membuat ia takut mati. Karna Mati tidak ada yang tahu kapan datangnya. Ia tak mau masuk neraka.

Meskipun dengan setengah hati, akhirnya sampailah ia disini.

"Neng silahkan," kata maman Mamat.

Prilly mengikuti mamang Mamat dan didepan sebuah ruangan mereka disambut seorang perempuan dan pria setengah baya.

"Ini ustad Maulana, ustad Arif dan Ustadjah Oki, kenalkan neng!"

Prilly bersalaman tanpa mencium tangan hingga Mamang Mamat memandangnya dengan tak enak. Mami dan Papi sengaja tidak mau ikut karna takut akan memberatkan Prilly jika mereka akan meninggalkannya dipesantren ini.

"Kalau sama orangtua biasakan cium tangannya, neng!" Kata mamang Mamat membuat Prilly mendelik jengkel.

Ustad Maulana, ustad Arif dan Ustajah Okky hanya tersenyum penuh keyakinan, pulang dari pesantren ini anak bernama Prilly ini akan berubah menjadi lebih baik.

"Selamat siang neng Prilly, saya penanggung jawab dipesantren ini dan ini ustad Arif yang bertanggung jawab pada santri pria, sedangkan ustadjah okky yang akan bertangung jawab pada santry wanita, kalau ada apa-apa dan perlu apa-apa bilang dan lapor sama beliau ya!" Ucap ustad Maulana.

"Mari saya antar kekamarnya neng Prilly!" Kata Ustadjah Okky sambil mempersilahkan Prilly mengikutinya.
"Assalamualaikum!" Ustadjah Okky mengucapkan salam ketika berada didepan sebuah kamar dan mengetuknya. Didalamnya sudah ada tiga orang lain yang menyambut mereka dengan senyum.

Akhirnya Aku Halal Bagimu (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang