Chapter-06

338 11 1
                                    

Pagi ini Prilly terlihat sangat sibuk menyisir rambutnya dengan terburu-buru. Setelah merasa rapi dengan penampilannya, dengan cepat Prilly memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya. Setelah itu, ia langsung bergegas keluar dari kamarnya. Tanpa berniat untuk mengisi perutnya terlebih dahulu, Prilly langsung memanggil Pak Dito untuk mengantarnya ke sekolah.

Dalam perjalanan, Prilly merutuki dirinya sendiri, mengapa ia bisa terlambat? Jam sudah menunjukkan hampir pukul 8. Ah, ini pasti karena semalam ia yang terlalu asyik dinner dengan Ferli, pulang larut malam, hingga membuatnya terlambat bangun.

-Flashback On-

Prilly yang sedang sibuk memainkan ponselnya, tiba-tiba saja mendapat panggilan telpon dari Ferli. Prilly pun menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

"Halo?" Prilly memulai membuka suara saat sudah tersambung dengan Ferli.

"...."

"Haa? Aku kasih alasan apa ke mamih? Pasti mamih bakal marah"

"...."

"Eumm.. Gimana ya? Mau sih, tapi kan..."

"...."

"Oke oke, aku mau"

"...."

"Bye" Prilly meng-akhiri obrolan singkatnya dengan Ferli. Kemudian ia menelpon Rani. Tak lama menunggu, telponpun langsung di jawab oleh Rani.

"Halo Prill? Ada apa tumben malam-malam nelpon?"Tanya Rani yang berada diujung telpon sana. Prilly tampak menggigit kecil ujung kuku dijari telunjuknya.

"Eum gini Ran, Ferli barusan nelpon, dia ngajak gue jalan malem ini, lo bisa kan jemput gue? Kasih alasan apa aja ke Mamih gue please! Gue gak tega nolak ajakan dia"Jelas Prilly dengan sangat hati-hati. Terdengar Rani menghembuskan nafas kasar. Rani tau semuanya persoalan hubungan Prilly dan Ferli, karena Rani adalah orang pertama yang mengetahui hubungan Prilly dengan Ferli.

"Gue sih, bisa-bisa aja Prill. Tapi, kalo nanti ketauan sama bonyok lo, lo jangan nyalahin gue" Jawab Rani membuat Prilly bernafas lega. Tak sulit baginya membujuk sahabatnya itu.

"Oke, lo tenang aja semua bakal aman kok"

"Yaudah lo siap-siap. Bentar lagi gue jemput ya"

"Oke. Thanks ya Ran" Prilly pun meng-akhiri sambungan telponnya dan segera bersiap-siap.

Tak lama kemudian, baru saja Prilly selesai bersiap-siap, Rani pun datang dan langsung memasuki kamar Prilly.

"Gimana Ran? Lo udah minta izin?" Tanya Prilly saat Rani baru saja menutup pintu kamar Prilly.

"Udah, gue bilang ke nyokap lo, kalo gue ngajak lo main ke rumah Bela" Jawab Rani seraya melangkahkan kakinya mendekati Prilly. Prilly tersenyum mendengar jawaban dari Rani. Akhinya malam ini ia bisa melepas rindunya dengan kekasihnya itu.

Tanpa membuang waktu lagi, Rani dan Prilly pun langsung menuju tempat dimana Prilly akan bertemu dengan Ferli.

-Flashback Of-

Prilly bernafas lega saat mobil yang mengantarnya kini sudah terparkir diluar sekolah. Sepertinya bel masuk belum lama berbunyi, karena gerbang depanpun belum ada yang menutup. Dengan terburu-buru Prilly pun melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Baru saja sampai di ambang pintu kelasnya, Prilly melihat sudah ada guru yang sedang mengajar didalam kelasnya itu. Prilly menggeram saat melihat bahwa yang mengajar dikelasnya kini adalah Ali. Pasti ia akan habis diceramahi oleh guru menyebalkan seperti Ali. Dengan hati-hati Prilly memasuki kelasnya, semua mata para murid tertuju pada Prilly, terlebih lagi Ali yang kini menatap datar ke arah Prilly.

"Baru sampai? Telat berapa menit?" Tanya Ali dengan nada dinginnya. Prilly melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya kemudian kembali menatap Ali.

"Cuma 5 menit" Balas Prilly sesantai mungkin.

"Apa 5 menit itu bukan waktu?" Tanya Ali malah membuat Prilly mengernyitkan dahinya.

"Waktu lah!" jawab Prilly cepat.

"Ya, itu berarti kamu sudah melewati waktu 5 menit dalam pelajaran saya dengan sia-sia. Dan kamu tau apa balasannya?" Ucap Ali lagi.

"Apaan sih Pak, orang cuma telat 5 menit biasanya kan saya telat 10 atau 20 menit. Masa telat 5 menit doang harus dihukum!" Protes Prilly kesal. Ali terdiam, berfikir sejenak

"Hmm oke, kali ini saya maafkan. Tapi, lain kali harus lebih tepat waktu!"

Tanpa berkata apapun lagi, Prilly langsung berjalan menuju tempat duduknya. Ali yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya. 'Tidak tau terimakasih!'desis Ali hampir tak bersuara.

***

Ali mengendarai motornya dengan santai, tidak terburu-buru karena baginya, menjaga keselamatan berkendara itu penting. Tadi, baru saja Ali mendapat kabar dari Kaia bahawa Ibunya kini sudah kembali sadar, dan tentu membuat perasaan Ali lega dan ingin segera melihat keadaan Ibunya itu.

"Jangan! Toloooong toloooongg"

Ciiiittttt

Ali menghentikan motornya saat tiba-tiba mendengar suara teriakan perempuan yang meminta tolong. Matanya mencari-cari dimana asal perempuan itu berada.

"Tolooooongg tolooonggg"

Suara itu semakin keras dan semakin jelas terdengar, dengan cepat Ali turun dari motornya dan berlari ke arah sumber suara itu. Hingga akhirnya Ali melihat seorang perempuan yang sedang di kerumuni tida laki-laki bertubuh besar. Perempuan itu tampak susah payah menahan tasnya yang ingin di rampas oleh salah satu laki-laki itu. Tidak ingin terjadi sesuatu dengan perempuan itu, dengan cepat Ali berlari dan memukul satu persatu dari tiga laki-laki yang tak lain adalah preman.

Bugh bugh bugh! Ke tiga preman itu jatuh tersungkur dan Ali kembali memukul ketiga orang itu hingga membuat mereka kehabisan tenaga karena di sudut bibirnya masing-masing mengeluarkan darah segar akibat pukulan bertubi-tubi dari Ali.

"Sial!"Umpat salah satu dari mereka dan langsung berlari dari tempat itu.

Ali bernafas lega karena bisa mengalahkan ke tiga preman itu. Alipun mengambil tas perempuan itu yang sempat terjatuh tadi dan memberikan kepada pemiliknya.

"Ini mbak tasnya"Ucap Ali sopan.

"Makasih ya udah nolongin saya, kalo gak ada kamu, saya gak tau nasib saya gimana"Ucap perempuan setengah baya itu.

"Iya mbak sama-sama, lain kali hati-hati ya, di Jakarta ini emang banyak preman-preman kayak tadi"

"Em, gak usah panggil mbak saya bukan anak muda lagi"

"Panggil tante aja"sambungnya lagi.

Ali menatap perempuan itu tak percaya. Tante? Apa perempuan ini sudah menikah? Atau sudah mempunyai anak? Tapi, dari penampilannya seperti seumuran dengan Ali.

"Oh iya tante maaf"Ucap Ali sedikit gugup dan merasa tidak enak saat harus memanggilnya tante

"Yaudah, kalo gitu saya permisi ya tante, lagi buru-buru soalnya"Pamit Ali.

"Iya, sekali lagi makasih ya udah nolongin tante"

"Iya tante, permisi"

***

"Ya ampun, tangan mami kenapa? Kok merah gini sih?"Tanya Prilly panik saat melihat pergelangan tangan maminya itu memerah.

"Iya nih, tadi di jalan mamih hampir aja di jambret tapi untung aja ada yang nolongin mamih jadi mamih bisa selamat"Jawab Ully menatap Prilly sendu.

"Duh, perih ya mih?"Tanya Prilly mengelus pergelangan tangan mamihnya. Ully tersenyum lembut menatap putrinya itu kemudian melepas tangannya dari genggaman Prilly.

"Gapapa, nanti biar mamih kompres"

"Yaudah biar aku yang kompresin ya mih"Ucap Prilly kemudian menarik tangan Ully menuju ruang keluarga.

"Mamih tunggu disini, aku ambil air hangat dulu"

***

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang