Chapter-02

285 17 0
                                    

"Aaarrrghh! Kalo saja dia bukan guru, sudah aku habiskan dia! Kalau saja aku tidak menghargainya sebagai guru, maka akan ku pastikan hidungnya berpindah ke dengkulnya. Huhhh beruntung aku masih menghargainya walaupun menyebalkan!"

"Siapa dia? Sekenanya menyuruhku untuk memikirkan arti 'Satu Detik' itu. Aneh!"

"Kalau saja dia ada disini akan ku habiskan dia sekarang juga!" Prilly terus menggerutu tidak jelas dengan kakinya yang terus saja melangkah entah kemana tujuan langkah kakinya itu. Prilly pun tidak tahu.

Suara deringan ponsel Prilly membuat Prilly menghentikan langkahnya kemudian mengambil ponselnya yang terletak didalam tasnya, melihat siapa yang menelfonnya membuat mata Prily terbelalak seketika.

"Papih? Duhh berabe nih urusan!" Gumamnya seraya menepuk keningnya sendirinya.

"Angkat, jangan? Angkat, jangan?" Prilly terlihat kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Menerima panggilan papanya? atau mematikannya,? ah mungkin membiarkan saja pura-pura tidak tahu bahwa ada yang menelfonnya. Prilly pun membiarkan ponselnya terus berdering hingga akhirnya deringan ponselnya terhenti.

"Huhhhhh aman" Gumam Prilly tersenyum lega karna panggilan itu hanya sekali. Prilly kembali melangkahkan kakinya entah kemana. Karna saat ini ia hanya sedang menghindar jauh-jauh dari sekolahnya. Karna moodnya yang hancur seketika oleh guru baru itu membuat Prilly akhirnya ber-inisiatif bolos. Padahal masih ada beberapa jam pelajaran dikelasnya.

"Wuuuiiihh pemandangannya indah banget" Ucap Prilly saat melihat kesekelilingnya ternyata terdapat danau dengan pemandangan yang indah dan udara yang segar. Prilly memejamkan kedua matanya menghirup udara segar saat ini. Sesaat kemudian ia kembali membuka matanya.

"Setidaknya disini aku bisa merasa tenang" Gumamnya pelan.

***

"Aaahh! Kemana dia? Telfonku tidak dijawab. Jangan bilang kalo anak itu bolos lagi? Aaarggh!" Ucap Rizal -Papa Prilly-

Beberapa menit lalu, Rizal mendapat kabar dari pihak sekolah Prilly. Ternyata setelah istirahat Prilly tidak mengikuti pelajaran selanjutnya. Tasnya pun tidak ada ditempatnya.

"Anak itu benar-benar memalukan! Selalu saja bolos sekolah" Lanjut Rizal seraya meremas rambutnya frustasi dengan sikap puteri semata wayangnya itu. Sebetulnya ini bukan kali pertamanya Rizal mengetahui Prilly selalu bolos dari sekolahnya. Sudah berkali-kali! Bahkan Rizalpun sudah terlalu sering dinasehati oleh pihak sekolah supaya mendidik Prilly dengan baik. Namun, sepertinya Rizal sangat kecewa dengan sikap Prilly yang seperti anak kecil dan sangat manja. Tentu sangat menyebalkan dan menguras kesabaran!.

Rizal melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki rumahnya, dengan perasaan yang sangat jengkel.

"Loh? Papih kenapa? Kok mukanya tegang banget?" Tanya Ully -Mama Prilly- saat melihat wajah suaminya yang terlihat berbeda dari hari biasanya. Rizal menghela nafas berat kemudian berjalan mendekati istrinya yang sedang duduk disofa ruang tengah dengan majalah dipangkuannya.

"Prilly bolos lagi!" Ucap Rizal dengan wajah datarnya seraya menatap kosong kedepannya. Sontak Ully yang mendengarnya langsung terperanjat dan membelalakan kedua matanya.

"Bolos lagi? Terus sekarang dia dimana Pih? Jangan biarkan dia pergi bersama lelaki itu!"

"Aku tidak tahu! Sudah ku telfon namun tidak di jawab!" Sahut Rizal. Terlihat jelas bahwa Rizal kini sangat lelah menghadapi putrinya itu.

"Baiklah. Mamih akan coba menelfonnya lagi" Ucap Ully, kemudian meraih ponselnya yang terletak didepannya. Jari-jarinya mulai mencari-cari kontak nomor Prilly setelah mendapatkan, Ully langsung menelfon Prilly.

***

Prilly yang kini sedang duduk diatas rerumputan ditepi danau tadi merasa suntuk karena tidak ada yang menemaninya. Hanya ada dirinya dan bayangannya yang terlihat digenangan air danau. Namun tiba-tiba ponselnya berdering dengan cepat Prilly melihat siapa yang menelfonnya.

"Mamih? Duuhh gimana nih? Pasti mamih marah-marah"Gumamnya seraya menggigit kecil ujung kuku dijari jempolnya. Menjawab panggilan dari maminya? Atau membiarkannya saja? Jika tidak dijawab Prilly yakin maminya itu akan terus menghubunginya. Jika dijawab, Ia bingung apa yang harus ia katakan pada maminya.

Dengan ragu Prilly pun akhirnya menjawab telfon dari mamihnya itu kemudian menempelkan ponselnya ditelinganya.

"Hallo Prilly? Kamu dimana? Kata papih kamu bolos lagi? Kenapa? Apa jangan-jangan kamu pergi bersama lelaki itu? Iya? Jawab Prill? Jangan diam saja! Mamih tidak akan segan-segan mengurungmu jika kamu pergi bersama lelaki itu. Kamu dimana sekarang? Katakan Prill!" Suara mamihnya diujung telefon sana membuat Prilly memutar bola matanya malas. Bagaimana ia akan menjawabnya sementara mamihnya terus saja ngoceh tanpa jeda.

"Eum anu mih--eum---- Haaaaaaaaa hiks hiks mamih ini semua gara-gara guru baru itu, dia sangat menyebalkan mih. Dia sudah menghancurkan mood aku hari ini" Ucap Prilly dengan nada seperti orang menangis yang ia buat sendiri. Dengan cara ini mungkin mamihnya tidak akan memarahinya.

"Guru baru? Siapa?"

"Iya mih tadi ada guru baru, trus dia marah-marah dan bentak-bentak aku hiks huuuaaa mamih tau kan, aku itu paling gak suka di bentak-bentak. Dan dia dengan mudahnya menghukum aku" Adu Prilly denga nada yang masih sama pura-pura menangis dicampur dengan nada manjanya.

"Ohh dear.. Kasihan sekali kamu. Berani-beraninya guru baru itu membentakmu sayang. Kalau begitu besok mamih akan coba berbicara pada guru barumu itu supaya tidak sekenanya membentakmu" Ucap mamihnya membuat Prilly tersenyum puas penuh kemenangan.

"Hiks iya mih. Mamih emang the best deh"

"Oke baby sekarang katakan kamu berada dimana?"

"Aku didanau sebentar lagi pulang"

"Baiklah jam 1 harus sudah berada dirumah" Ucap mamihnya sekaligus megakhiri panggilannya.

"Huuuaaa akhirnya.. Rasanya aku harus jadi pemain sinetron, aktingku maxsimal sekali hehehe. Tapi, itu bukan akting aku memang merasa sebal dengan guru baru itu" Gumam Prilly pelan.

"Oke cuss saatnya pulang" Lanjutnya kemudian berdiri dari duduknya, megusap rok bagian belakangnya kemudian berlalu dari danau itu.

***

"Gadis itu benar-benar mirip dengan gadis yang berada dimimpiku semalam. Apa benar dia? Tapi kenapa didalam mimpiku gadis itu sangat lembut? Sedangkan dia? Jauh dari kata lembut" Gumam Ali yang kini sedang berdiri dibalkon kamarnya. Pandangannya menyapu ke arah langit yang terang dihiasi banyak bintang-bintang.

"Rasanya aku harus mencari tahu lebih tentang dia. Ku rasa itu akan sangat menyenangkan" Lanjutnya seraya tersenyum kecil.

"Gadis itu cantik dan sangat lucu apalagi saat dia terlihat kesal. Sangat menggemaskan bagiku. Dan tugasku saat ini adalah menjadikannya gadis yang lemah lembut" Gumamnya lagi.

Ciie yang punya tugas baruu:v hahah kira-kira gimana ya kelanjutan chapternya? Hihiy tunggu aja yaaa:')

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang