Pagi ini terlihat Prilly berada didalam mobilnya berasama supir dan Ully. Karna janjinya kemarin, hari ini Ully akan berbicara dengan guru baru Prilly supaya tidak memarahinya lagi. Apapun itu, Ully memang sangat memanjakan gadisnya itu. Tak rela rasanya jika putri kesayangannya disakiti oleh siapapun.
"Mih, pokoknya nanti mamih bilang ke guru baru itu supaya gak bentak-bentak aku lagi. Sakit mih rasanya. Dibentak sama mamih aja gak pernah masa dia yang bukan siapa-siapa aku berani marah-marah dan bentak-bentak aku sih" Ucap Prilly mengerucutkan bibirnya kesal.
"Tenang aja baby mamih pastikan mulai besok dia tidak akan berani memarahimu lagi" Sahut Ully tersenyum lembut pada Prilly membuat Prilly tersenyum puas.
"Aaaaa makasih mih, mamih terbaik sedunia" Pekik Prilly girang seraya memeluk Ully dengan senang hati membalas pelukan putrinya.
***
Sementara kini perasaan Ali dan Kaia sangat tidak tenang memikirkan bagaimana kondisi Ibunya sekarang. Tadi baru saja Ali akan berangkat mengajar tiba-tiba saja Kaia berteriak dan membertahu bahwa Ibunya pingsan dan banyak mengeluarkan darah dihidunya. Sontak hal itu membuat Ali meng-urungkan niatnya untuk pergi mengajar. Ibunya lebih penting saat ini.
Degan perasaan yang tidak tenang Ali terus saja berjalan kesana kemari tanpa menentukan arah. Sementara Kaia mencoba tenang menunggu kabar dari Dokter yang sedang memeriksa Ibunya sekarang.
"Kak? Bagaimana nanti keadaan Ibu?" Tanya Ali yang sepertinya sudah mulai lelah berdiri dan berjalan-jalan tanpa arah. Hingga kini Ali ikut mengambil posisi duduk disamping Kaia didepan ruangan dimana Ibunya dirawat sekarang.
"Kita doakan yang terbaik saja untuk Ibu" Jawab Kaia mencoba menenangkan adiknya yang sedari tadi terlihat begitu risih. Ya risih dengan keadaan Ibunya. Berkali-kali Ali mencoba menenangkan fikirannya sendiri. Tapi apalah, sangat sulit rasanya menenangkan fikirannya saat ini. Ia hanya takut terjadi apa-apa pada Ibunya. Bolehkan ia takut? Tidak ada salahnya bukan, jika Ali mengkhawatirkan keadaan Ibunya? Tidak ada salahnya juga bukan jika Ali berfikir negatif tentang keadaan Ibunya? Ini bukanlah hal kecil baginya!.
"Aku takut kak!" Lirih Ali dengan tatapan matanya kini berubah sendu menatap Kaia membuat Kaia merasa iba terhadap adiknya sendiri. Tangan kanan Kaia terulur kebelakang kepala Ali dan mengelus rambut Ali dengan lembut. Cara itu adalah cara Kaia menenangkan adiknya.
"Kakak tau, kakak juga takut, kakak khawatir. Tapi, dalam keadaan seperti ini kita juga harus tetap tenang Li, doakan yang terbaik untuk Ibu. Jangan memperkeruh keadaan dengan kondisi kamu yang sekarang sangatlah rapuh" Ucap Kaia lembut. Semoga saja Ali akan sedikit tenang.
"Kalau kita kehilangan Ibu kita sama siapa Kak? Aku gak mau Ibu pergi" Ucap Ali seraya menundukkan kepalanya. Kedua matanya berkaca-kaca seolah akan menangis.
"Kakak yakin hal itu tidak akan pernah terjadi" Sahut Kaia tersenyum lembut.
***
Saat ini Prilly terlihat kesal karna guru barunya tidak datang mengajar hari ini. Entahlah apa alasan guru itu. Yang jelas saat ini ia gagal untuk membuat Ali dimarahi oleh mamihnya. Namun, Prilly juga merasa senang Ali tidak datang mengajar, karna jika datang pasti Ali akan menanyakan pr yang diberikan padanya kemarin. Ya! Arti 'Satu Detik' itu. Sungguh hal itu membuat Prilly benar-benar bingung memikirkan apa yang tidak ia mengerti sama sekali.
"Aku yakin besok pasti guru itu datang mengajar dan aku akan menyuruh mamih untuk kembali datang kesekolahku supaya memarahi guru itu" Gumamnya.
Kriiiiing. Suara bel terdengar sangat keras menggema keseluruh penjuru sekolah itu. Dengan malas Prilly bangkit dari duduknya meninggalkan makanan dan minumannya yang masih tersisa di meja kantin. Dengan segera melangkah menuju kelasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/116014658-288-k286752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
FanfictionBagaimana jika seorang Guru jatuh cinta pada muridnya?