Chapter 4 : "The Fear"

832 108 0
                                    

Ella duduk di atas karpet kamar Lucas dengan tatapan kosong. Telinga Ella bisa mendengar suara shower yang menyala dari kamar mandi. Ella harus memikirkan hal yang lain dan tidak membayangkan suara shower itu. Atau memikirkan bagaimana tubuh orang yang sedang menggunakan shower itu. Ella menggeleng pelan. Dia harus fokus berpikir sebelum Lucas kembali. Dia harus meluruskan pikirannya. 

Di pangkuannya ada Honey yang sedang tertidur pulas. Sejak tadi Mpok Ani datang untuk mengantar kue Ella, mereka berdua kembali berbincang sementara Ella sesekali mengunyah kuenya. Mereka berbicara dalam suara pelan di tengah kamar Lucas yang sangat luas. Mungkin ukuran kamar Ella hanya seperempat ukuran kamar Lucas. Tapi hari ini adalah pertama kalinya dia berbincang dengan Lucas tanpa bertengkar dengan laki-laki itu.

Ella bahkan tidak pernah mendengar Lucas berbicara sepelan itu. Laki-laki itu menggumamkan berbagai masalah soal ibunya dan bagaimana dia hancur hari itu. Bagaimana kakaknya berusaha untuk membangkitkannya kembali dan bagaimana dia tidak bisa memakan cokelat. Ella sempat meletakkan kue yang dia makan di pinggir karena merasa tidak enak dengan Lucas. Tapi laki-laki itu bilang kalau Ella boleh tetap memakannya.

Ella tahu kalau ternyata Lucas bukan membenci cokelat, dia hanya tidak bisa memakannya.

"Aku sangat menyukai cokelat," Lucas tersenyum pahit. "Mungkin itulah konsekuensi jika aku terlalu menyukai sesuatu."

Ella juga membagi tentang dirinya. Sebagian tentang Ira dan Jo. Lucas mendengarkannya. Dia tidak tampak bosan dengan perkataan Ella. Gadis itu tidak tahu apakah Lucas memang sudah terlatih untuk terlihat mendengarkan. Detik berikutnya gadis itu ingin memukul dirinya karena dia begitu sulit mempercayai laki-laki di depannya. Ella ingin belajar mengenal Lucas, bukan sebagai orang yang dia benci atau mengesalkan.

Sekarang Ella terdiam dan menengok ke arah jam dinding. Lucas sudah berada di kamar mandi selama sepuluh menit. Mungkin tidak lama lagi dia akan segera keluar. Itu artinya Ella harus mulai membenarkan isi kepalanya. Ella tidak tahu kenapa jantungnya berdegup kencang ketika mereka berdua saling berbagi. Ella hampir takut kalau Lucas bisa mendengar suara debaran jantungnya di ruangan itu.

Karena mereka berbicara sangat dekat. Kedua lutut mereka saling bersentuhan di atas karpet. Ella bisa mencium wangi parfum Lucas. Baunya seperti campuran lemon dan musk. Wangi yang terasa sangat cocok untuk Lucas. Sesekali tangan Lucas menyentuh tangan Ella dan memainkan jari-jarinya. Hari itu Ella sedikit menyesal kenapa dia tidak memiliki pengalaman yang lebih dengan laki-laki sebelum Lucas. 

Setidaknya dia tidak akan terlihat bodoh dan gugup di depan laki-laki itu.

Ella menghela napas ketika merasakan kepalanya tidak dapat menyortir semua kejadian di hari itu. Sepertinya kepalanya malah semakin kacau. Ella berusaha menenangkan diri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Lucas. Dia melihat televisi berukuran besar di depan double bed Lucas. Di samping televisi itu ada berbagai macam mesin game di atas sebuah meja pendek berwarna cokelat gelap.

Di sisi kiri tempat tidur Lucas ada sebuah rak berisi deretan buku dan beberapa piala yang disusun sejajar. Ella tebak semua piala itu adalah hasil prestasinya dalam pertandingan basket. Di seberang rak itu ada sebuah meja belajar dengan lampu yang tergantung dari sisi meja. Beberapa buku dan kertas diletakkan sembarangan di atas meja itu. Di sebelah meja belajar ada tirai berwarna mocca yang menutupi jendela besar di kamar Lucas. Jendela itu cukup besar untuk menerangi seisi kamar Lucas di siang hari tanpa bantuan lampu kamar.

Di sisi kanan meja belajar ada lorong kecil. Lucas bilang itu adalah area kamar mandi dan kloset pribadinya. Selebihnya laki-laki itu tidak memiliki apa-apa di kamarnya. Speaker kecil yang diletakkan sembarangan di nakas di sisi kanan tempat tidur. Beberapa foto dengan rekan tim basketnya sewaktu dia SMP tergantung di dinding di atas televisi. Satu foto keluarga yang ada di atas dinding ranjang tidurnya. Dari jauh Ella bisa melihat foto wajah ibu Lucas yang tersenyum di dalam bingkai.

Fearless (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang