Chapter 8 : Her Tears

674 97 1
                                    

Ella duduk sendirian di salah satu kedai kopi favoritnya sambil menatap sekitarnya. Ibunya sedang pergi ke toilet sementara dia memutuskan untuk membeli segelas kopi dingin. Mereka sudah memutari mall selama dua jam dan Ella masih belum menemukan baju yang dia sukai untuk dipakai hari Sabtu besok. Ibunya kembali sepuluh menit kemudian dan mereka mulai berjalan lagi untuk mencari.

Ella sempat mencari beberapa terusan yang tampaknya cocok dengannya. Tapi ibunya tidak setuju dengan komentar "terlalu pendek" atau "terlalu terbuka". Ella keluar dari toko dengan wajah cemberut. Ibu Ella menarik Ella masuk ke dalam salah satu butik yang kelihatannya cukup mewah. Ella menelan ludah kemudian menahan tangan ibunya yang ingin mengajaknya masuk ke sana. Ibunya mengernyit heran.

"Tempat ini sepertinya terlalu mahal," Ella menggeleng. "Kita ke tempat lain saja, ya?"

Ibu Ella berdecak. "Tidak apa-apa, ibu kenal dengan pemilik tempat ini," ibunya tersenyum lebar. "Pemilik toko butik ini adalah Bibi Flo. Apa kamu ingat?"

Ella berpikir sebentar kemudian menggeleng. Ibunya tertawa pelan kemudian menarik Ella masuk. "Wajar saja kalau kamu tidak ingat, kamu bertemu dengannya saat kamu masih sekitar dua tahun, dia juga sangat ingin bertemu denganmu, karena itu ibu membawamu ke sini."

Ella mengerjap ketika melihat bagian dalam butik itu yang terlihat sangat mewah dan menarik. Matanya menemukan sosok wanita yang tampak seumuran dengan ibunya. Wanita itu sedang sibuk meletakkan beberapa baju ke hanger sambil bersenandung. Kepalanya menengok ke arah mereka berdua ketika dia merasa diperhatikan. Wanita itu tersenyum lebar dan langsung datang untuk memeluk ibu Ella dan Ella.

"Stella!" Bibi Flo tersenyum lebar. "Astaga, kamu sangat cantik sekarang!"

Ella tersenyum tipis. "Senang bisa bertemu dengan Bibi lagi."

Ibu Ella menunjuk kursi bundar di bagian tengah. "Kalau begitu, ibu duduk dulu di sana sementara kamu mencari baju ya?"

Ella mengangguk. Bibi Flo mendorong pundaknya menjauh dari sana menuju ke arah deretan baju terusan berwarna-warni. Banyak motif yang tersedia juga dengan berbagai model yang sebelumnya Ella tidak pernah lihat. Ella mulai mencari dengan mata berbinar.

"Bibi dengar dari ibumu kalau kamu sedang kesulitan mencari terusan untuk acara makan malam," Bibi Flo bersuara di sampingnya. Dia ikut sibuk mencari beberapa baju terusan. "Aku baru sadar kalau keponakanku sudah dewasa! Dia bahkan sudah punya teman kencan."

Pipi Ella bersemu merah. "Bibi bisa membantuku mencari pakaian yang cocok?" Ella melirik ke arah ibunya. "Mama tidak suka kalau pakaiannya terlalu terbuka. Tapi aku juga tidak ingin terlalu tertutup dan terlihat seperti nenek-nenek."

Bibi Flo tertawa renyah. "Ada beberapa warna yang cocok untukmu."

Bibi Flo menarik terusan dengan warna biru gelap, abu-abu tua, krem, hijau olive dan cokelat mocca. Ella mulai memilih dari sekian banyak pakaian dan model yang dikeluarkan Bibi Flo. Ella menemukan tiga buah dress yang dia sukai dan dia langsung menunjukkannya pada ibunya. Ella mencoba mengenakan ketiga dress itu dan akhirnya memutuskan kalau dia akan mengambil dress dengan warna hijau olive.

Bibi Flo tidak mengijinkan mereka untuk membayar. Dia malah menambahkan sebuah kalung dengan motif cincin berbahan baja. Ella mampir ke toko sepatu dan akhirnya memutuskan dia akan membeli sepatu. Karena Ella tidak memiliki sepatu yang cocok untuk dia pakai ke acara pesta atau makan malam. Dia memiliki sejumlah koleksi sepatu kets, sepatu sandal, dan flat shoes di raknya. Tapi rasanya untuk acara kali ini dia memerlukan sebuah heels.

Ella menghela napas kemudian mendengus ketika merasakan ponselnya berdering. Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselnya. Pengirimnya tidak lain adalah Luke. Laki-laki yang membuatnya harus membeli baju baru, heels dan berkeliaran seharian di mall.

Fearless (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang