Blink Of An Eye - Seperti Air

7.2K 1.1K 95
                                    


Renjun kembali mengunjungi kafe tempat Jeno bekerja. Suasana kafe di pagi hari membuatnya merasa nyaman. Dimana ia masih terus memerhatikan pasangan manis di meja kaktus dan masih dengan curi-curi pandang kearah Jeno yang sedang bekerja.

"Pesanan anda."

Renjun tersenyum dan bergumam terima kasih saat pelayan mengantarkan pesanannya, sepotong sacher torte dan vanilla latte.

Jeno berjalan mendekatinya saat tugasnya selesai, hari masih terlalu pagi untuk kafe penuh dengan pelanggan.

"Pagi Renjun."

"Pagi juga Jeno."

"Mau aku temani?" Jeno tersenyum manis.

Wajah Renjun memerah, "T-tentu saja.."

Jeno segera mendudukan dirinya di kursi depan Renjun. Matanya melirik sebuah boneka moomin kecil didalam tas Renjun.

"Aku tidak tahu kau menyukai moomin."

Senyum di wajah Renjun menghilang digantikan raut sendu. Ia mengambil boneka moomin miliknya dari dalam tas.

"Seseorang memberikannya pada ku."

Jeno menyerit saat ekspresi dan nada suara Renjun berubah drastis.
"Seseorang? Siapa?"

Renjun menggeleng pelan. "Aku tidak ingat siapa. Kami bertemu saat usia ku tujuh tahun, saat itu aku menangis karena jatuh dari sepeda dan dia datang memberi ku boneka kecil ini! Dia menyuruh ku untuk menyimpan warna pink dan dia menyimpan warna biru.."

"...aku terdiam saat dia berjanji akan menemui ku lagi dan melamar ku."

Jeno mendelik tak terima, dia kalah start belasan tahun.
"Di usia tujuh tahun??"

Renjun mengangguk. "Iya, setahu ku dia selalu memerhatikan ku selama dua tahun di sekolah tapi kami belum sempat berkenalan sedikitpun dan hari itu dia kecelakaan tepat didepan mata ku."

"......"

"Sebuah sedan oleng dan menabrak trotoar tempat kami berdiri. Aku tidak tahu lagi bagaimana keadaannya karena setelah itu dia tidak pernah kembali. Dan keluarga ku pindah ke Korea.."

Jeno meringis ikut merasa sedih dengan cerita Renjun. "Menyedihkan sekali."

Renjun mengangguk. "Yeah! Tentu! Karena dia cinta pertama ku."

Deg..

Jeno merasa hatinya berdenyut sakit melihat wajah sendu Renjun, ia baru mengenal Renjun selama dua minggu tapi rasanya sakit sekali mengetahui fakta bahwa ia bukanlah yang pertama.

"Cinta pertama ya?!" Gumam Jeno.

"Tapi aku ingin melangkah maju. Jika dia masih hidup aku yakin dia telah bahagia dengan pasangannya." Kata Renjun.

Jeno menarik sudut bibirnya. "Kau bisa memulai kebahagiaan mu dari hubungan kita."

Renjun memutar matanya malas dan terkekeh. "Dasar casanova!"

Jeno ikut tertawa pelan saat senyum manis kembali menghiasi wajah cantik Renjun.

"Jadi apa agenda mu hari ini?" Tanya Jeno.

Renjun tertawa. "Bukankah kau yang berniat mengisi agenda ku hari ini?"

Jeno memasang wajah kaget yang dibuat-buat. "Benarkah? Aku lupa."

"Yak! Lee Jeno!!" Renjun menahan tawanya.

"Hahaha.. Baiklah.  Aku akan mengganti seragam ku, kau tunggu disini dan habiskan kue mu."

Trilogy Of Life - Story 3 - Blink Of An Eye (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang