Renjun melambaikan tangannya saat melihat sosok Jeno sedang bersandar di mobil. Jeno terlihat tampan dengan setelan formal, mungkin ia baru saja menjalani sidang skripsinya yang tertunda hampir satu bulan lamanya. Renjun berdoa semoga Tuhan memberi kemudahan."Jeno!!" Langkah kecil Renjun membuat Jeno tersenyum.
"Hai dear!!" Balasnya senang.
Renjun memberi sebuah pelukan singkat dan dibalas hangat oleh Jeno.
"Bagimana hasilnya?"Jeno menaikan kedua bahunya. "Yeah! Biasa saja. Tapi aku yakin aku adalah salah satu lulusan cum laude."
Renjun tertawa pelan dan menepuk bahu Jeno. "Dasar pengidap narciseme!!"
Jeno ikut tertawa dan dengan gemas memeluk tubuh kecil Renjun. Jeno sangat menyukai saat aroma kayu manis dan apel tercium samar dari tubuh Renjun.
"Karena aku sedang bahagia bagaimana jika kita makan siang."
"Life Cafe ya?"
"Yeah! Sesuka mu!" Jeno mengangguk. Ia segera membukakan pintu mobil untuk Renjun yang dibalas gumaman terima kasih. Jeno terkekeh gemas, dengan pelan ia menarik hidung Renjun.
"Astaga.. Bagaimana mungkin kau bisa semanis ini hmm?"
Renjun berdecak, berusaha menghalau rona merah yang siap muncul. "Stop Jeno! Please! Aku sudah lapar."
Jeno tertawa pelan dan dengan segera ia menyusul Renjun kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju Life Cafe.
Saat tiba di Life Cafe, mereka menjadi pusat perhatian. Tangan mereka bertaut erat dengan wajah bersemu bahagia. Hubungan yang mungkin diinginkan semua orang. Bagaimana lembutnya Jeno memakaikan mantelnya pada Renjun dan bagaimana manisnya ia tersenyum. Semua terasa seperti mimpi.
"Apa yang ingin kau pesan?"
"Aku ingin makan pie apel dan jus semangka."
"Oke!"
Jeno memesan dengan cepat karena waktu mengobrolnya bersama Renjun benar-benar berharga.
"Kau belum dapat melupakan cinta pertama mu ya?" Tanya Jeno saat tak sengaja melihat boneka moomin dalam tas Renjun.
Renjun tersenyum tipis saat menangkap nada tak suka dari pertanyaan Jeno.
"Aku hanya menghargai pemberiannya Jeno..""...aku malah berpikir kau yang belum dapat melupakan Yeri noona."
Tubuh Jeno menegang, bukan hanya karena ucapan Renjun tapi sosok perempuan hamil di belakang Renjun yang sedang menatap ke arahnya. Dia perempuan yang baru saja di sebutkan Renjun. Napas Jeno memberat, rasa takut memenuhi hatinya. Sungguh dari semua mantan kekasihnya Yeri adalah yang paling berbahaya.
"Aku heran! Sebenarnya berapa banyak kekasih mu Jeno!!" Renjun menggerutu kesal, belum sadar akan situasi.
Jeno beranjak dari kursi. "Renjun! Sebaiknya kita pergi."
Renjun menyerit, "Kenapa Jen-"
"Jeno."
Seketika suasana menghening diantara mereka. Renjun segera menoleh saat melihat wajah kaku Jeno.
"Siapa?"
"Aku Yeri!"
Wajah Renjun ikut menegang. Pikiran buruk memenuhi kepalanya saat Jeno tak mampu berkutik. Dengan mata bergetar ia menatap perut buncit perempuan cantik di depannya. Dadanya terasa sesak, jelas sekali pikiran buruk itu mungkin saja benar.
"Aku rasa kau sudah paham dengan situasinya." Kata Yeri sambil mengusap perutnya.
Renjun menatap Jeno yang ikut menegang. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogy Of Life - Story 3 - Blink Of An Eye (NoRen)
FanfictionSemua dapat berubah secepat kedipan mata. Seperti cinta yang keindahannya akan memberi luka. Lee Jeno x Huang Renjun.