Blink Of An Eye - Titik Kemenangan

7.6K 916 126
                                    

Hina menatap Leo yang berdiri di depannya. Merasa begitu asing dengan pemuda tampan itu.

"Siapa?"

Leo tersenyum misterius. "Tuan Jeno mengirim saya untuk memberikan sebuah rekaman?"

"Jeno?" Hina menyerit kebingungan.

Untuk apa Jeno mengirimkan sebuah cd? Dengan rasa penasaran yang besar Hina meminta Leo untuk memutarkan video yang ada. Leo tersenyum dan segera menyalakan video player dari laptop yang dibawanya.

"Silahkan nona.. Saya akan menunggu di luar." Leo keluar setelah memastikan semuanya aman.

Hina terdiam melihat video yang terputar, dia bukan Jeno, dia Renjun. Musuh terbesar dalam hidupnya.

"Hai! Gadis malang! Aku ingin memberi mu sebuah hadiah.. Terima kasih kau telah membongkar rahasia ku pada Jeno."

Hina meremas selimutnya dengan tangan gemetar.

"Kami bertengkar hebat!" Kata Renjun.

Hina menyeringai dan tubuhnya mulai relaks, merasa dirinya lebih unggul dari Renjun.

"Tapi.." Renjun menjeda dengan tawa mengejek.

"Ahh sudahlah.. Lebih baik kau menontonnya hingga usai!"

Hina terus menatap layar laptop dengan wajah penasaran. Tak lama sebuah rekaman cctv terputar. Ia melihat jelas jika Jeno menarik Renjun dan membantingnya dengan kasar ke ranjang. Matanya terbelalak kaget saat Jeno mengurung Renjun dan mencium pemuda manis itu kasar.

"Brengsek!"

Mata Hina memanas dan ia merasakan sakit yang luar biasa di dada dan kepalanya saat desahan panas mulai terdengar. Bagaimana cara Jeno melucuti pakaian Renjun dengan penuh nafsu dan tergesa membuatnya iri, bahkan selama ini Jeno seolah tak puas dengan permainan mereka.

"Dasar bedebah!! Jalang!! Brengsek!"

Brakk..

Hina melempar laptop Leo dengan penuh emosi. Bagaimana desahan Renjun yang penuh provokasi, juga erangan puas Jeno yang berat dan obsesif, bergerak untuk lebih dalam membuatnya pusing luar biasa.

"Brengsek!!!" Umpatnya keras.

Leo tertawa dan masuk untuk mengambil laptop.
"Bagaimana nona?"

Hina menatap Leo tajam, rasa sakit mulai menjalari tubuhnya.

"Sialan!!" Umpatnya sebelum jatuh tak sadarkan diri dengan darah segar mengalir dari hidungnya.

Leo tertawa dan membungkuk hormat lalu melangkah keluar meninggalkan Hina.

......

Renjun hanya diam dan menatap Jeno yang menatap kosong sarapan buatanya. Pemuda tampan itu hanya menggunakan sebuah celana parasut selutut tanpa atasan apapun. Terlihat kusut dan menyedihkan.

"Renjun.."

"Ya?" Renjun menjawab sekenanya.

Jeno mendongak dan menatap Renjun dengan tatapan bersalah.
"Maafkan aku. Aku.. Sungguh Renjun aku tidak.."

Renjun tertawa pelan dan segera mengambilkan semangkuk sup kentang untuk Jeno.
"Jangan dipikirkan.. Aku tidak apa-apa!"

"Renjun.."

"Lupakan saja Jeno, aku tidak marah."

Jeno terbelalak, setelah semua yang ia lakukan Renjun masih terus memaafkannya. Lalu kenapa Jeno bisa semarah itu saat Renjun berbohong untuk mempertahankan cintanya.

Trilogy Of Life - Story 3 - Blink Of An Eye (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang