Renjun menatap datar Yeri yang duduk di kursi tunggu. Bagaimana suara tangisan itu terdengar seperti lagu kemenangan. Renjun telah menunggu Jeno sekitar sepuluh menit, kenapa pemuda tampan itu lama sekali, atau Hina sedang merengek tak jelas didalam sana?
"Kebetulan sekali Hina sadar saat kami datang ya?" Kata Renjun.
Yeri mendongak dan menatap tajam Renjun. "Aku tahu kau berdoa untuk kematian Hina!!"
Renjun tertawa pelan. "Kapan aku bicara seperti itu? Bukankah kau yang senang jika Hina mati?"
Yeri menatap Renjun penuh kebencian. "Apa maksudmu?"
Renjun memperbaiki posisi duduknya dan menatap Yeri dengan tatapan sombong.
"Aku tahu semua kebusukan mu!""Kau yang busuk Renjun!!"
"Ya memang! Tapi aku tidak akan seperti ini jika tidak ada wanita bodoh yang mengaku hamil karena Jeno dua bulan yang lalu! Aku tidak akan menyentuh Hina jika kau tak muncul kan?"
Yeri terdiam, ia mencengkram pinggiran kereta bayinya. Renjun terkekeh sinis.
"Dulu, aku tahu jika Junkai memiliki kekasih bernama Hina, tapi aku benar-benar tidak tahu siapa orang bernama Hina.. Ternyata gadis itu!!
"Kurang ajar!"
"Kurang ajar kata mu? Hahaha.. Katakan itu pada diri mu sayang.. Menurut mu siapa yang tidur dengan Junkai di apartementnya? Bukan Hina kan? Tapi diri mu?"
"Dan kau menuduh ku sebagai perusak? Kau menggoda Junkai, Junkai menyukai ku dan Hina kekasih sah Junkai. Siapa yang salah disini?"
Yeri membeku, membuat Renjun menaikan sudut bibirnya dan terkekeh.
"Empat jam setelah kematian Junkai, dia datang menemui ku dan berkata 'bukankah Yeri yang harus disingkirkan? Yeri menghasut Hina untuk membenci Renjun dan membuat dirinya seolah-olah baik. Padahal dialah yang tidur dengan ku'. Bukankah itu menarik Yeri? Kakak macam apa kau?""Cih! Omong kosong! Kau..."
"Aku memiliki rekaman cctv kamar Junkai empat tahun lalu, dimana kau sering mendesah di kamarnya!"
Yeri tersedak salivanya dan Jeno keluar di waktu yang tepat. Mungkin ia akan mati kutu dengan ucapan Renjun.
Renjun tersenyum tipis. "Kau tenang saja Yeri-ya.. Hina akan baik-baik saja jika mendapat perawatan di Massachusetts. Disana ada rumah sakit yang sangat baik dan tidak akan mengganggu ekonomi kalian."
Yeri menatap Renjun yang tersenyum. Ia tahu senyum Renjun adalah ancaman untuknya. Renjun mengusirnya secara halus. Ia harus mengamankan diri sebelum semuanya terbongkar, siapa yang paling busuk diantara mereka bertiga.
"Terima kasih Renjun. Aku akan mencoba membawa Hina ke Amerika. Massachusetts adalah pilihan yang bagus."
Renjun tersenyum manis sekali hingga Jeno ikut tersenyum, bangga akan kebaikan hati Renjun.
"Hina sudah dapat ditangani. Aku dan Renjun akan pulang." Kata Jeno.
"Kenapa kita tidak menunggu lebih lama?" Renjun bertanya khawatir, Jeno tersenyum dan mengusap rambutnya.
"Kau mau menunggu-"
"Tidak perlu. Biarkan aku yang menunggu adik ku. Kalian boleh pulang dan beristirahat." Potong Yeri cepat.
Jeno menyerit namun akhirnya mengangguk setuju. Ia menarik Renjun untuk keluar dari rumah sakit dan pergi mencari makan siang.
"Tunggu Jeno!" Renjun menahan tangan Jeno saat pemuda manis melihat salah satu 'adik setianya' sedang duduk menikmati roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogy Of Life - Story 3 - Blink Of An Eye (NoRen)
FanficSemua dapat berubah secepat kedipan mata. Seperti cinta yang keindahannya akan memberi luka. Lee Jeno x Huang Renjun.