Author Pov
Jam menunjukkan pukul 08.00
Tepat waktu.
Diana dan Shony berjalan masuk dan terlihat gadis yang mengenakan baju berwarna merah maron sedang duduk di kursi paling pojok dekat jendela.
Diana dan Shony berjalan mendekat dan itu membuat si gadis menoleh seraya tersenyum.
"Maaf, gue bawa Shony kesini." Ucap Diana.
"Gak papa kok, wajar dong dia ikut sama lo, dia takut kalau lo kenapa-napa." Ucapan Karin membuat Diana dan Shony saling bertatapan.
"Duduk yuk, kalian pesan makanan aja dulu." Karin mempersilahkan duduk.
"Gak usah, Rin, soalnya kita buru-buru." Ucap Diana seraya duduk dan diikuti Shony.
"Lo mau ngomong apa?" Shony langsung nanya ke intinya.
Bener-bener ya.
"Mmm, gue mau ngomong soal fakta yang waktu gue ke dufan." Karin memainkan kukunya.
###
Diana Pov
"Mmm, gue mau ngomong soal fakta yang waktu gue ke dufan." Karin memainkan kukunya.
Gue sama Shony saling natap, bingung? Tentu.
Jadi Karin ngajak gue kesini mau ngejelasin soal yang di dufan ya, kok ngajak gue? Harusnya dia ngomong sama Kevan.
"Kok lo ngebahas ini sama gue, Rin, harusnya lo ngomong sama Kevan biar dia gak salah paham lagi." Ucapku pada Karin.
Karin menunduk.
"Percuma gue ngomong sama dia, dia udah gak mau dengerin gue lagi."
"Oke, apa yang lo mau omongin?" Shony langsung to the point lagi.
"Sebenernya, cowok yang gue temenin waktu ke dufan itu, kakak gue yang lagi mengalami gangguan jiwa."
Sontak gue melotot kaget, seorang Karin yang terlihat baik-baik saja ternyata mempunyai masalah besar.
"Gue ngajak kakak gue karena dia bosan dirumah dan gue memilih untuk ngajak dia ke dufan, gue ngasih tau ke Kevan kalo gue ada acara keluarga." Karin mulai nangis.
Buset.
Gue ngelus pundaknya Karin.
"Yang sabar ya, Rin, kalo ada waktu boleh gak gue jenguk kakak lo?"
Karin mengangguk. "Boleh banget."
Senyum tipisnya terukir di bibirnya.
Senyumnya dapat membuat orang tenang seketika.
"Karin!" Seseorang memanggil nama Karin.
Kami bertiga menoleh melihat si pemilik suara.
"Kevan?!" Karin duluan yang kaget.
Gue baru mau kaget tapi keduluan sama Karin, jadinya gak jadi deh.
Kevan jalan ngedeket, gue rasa ada aura gaib yang ngikutin dia, stop ini bukan cerita horor.
"Lo kok gak jujur aja pas gue tanya waktu itu?" Terlihat jelas jik Kevan sedang marah.
"Maaf, Van." Karin udah mau nangis lagi.
Gue sama Shony cuma diem gak mau ikut campur, takut entar kita yang malah kena semprot.
Karin seketika memegang dan mengenggam tangan Kevan erat, seolah tak ingin kehilangan.
"Kita bisa gak balik kayak dulu lagi?"
Gue sama Shony kaget, Karin ngajak balikan woy!
Kevan perlahan melepas genggaman Karin yang erat.
"Maaf, tapi gue mau sendiri dulu."
Alasan macam apa itu?
Emang sih kalau mau nolak, yang paling susah itu nyari alasan.
Lalu Kevan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Aku mendekat ke Shony. "Kevan berarti ngikutin kita dong?"
Shony hanya menganggung.
Bodo ah.
"Apa masih ada lagi yang mau lo sampein?" Tanya Shony pada Karin.
"Enggak, itu doang kok, makasih ya kalian udah mau dateng kesini." Senyumnya setia terukir di bibirnya.
Aku dan Shony ikut tersenyum lalu meninggalkan dia seorang diri.
###
"Lo berdua darimana? Lama banget!" Lian mulai protes.
"Sejam setengah lo bilang lama?" Shony nyolot.
"Goblok! Kalau orang yang nunggu, lama, tapi bagi kalian berdua itu waktu yang singkat." Firli ngebela Lian.
"Duh, masalah sepele aja dibesar-besarin." Suara Kevan mulai terdengar tenang, tidak seperti sebelum-sebelumnya.
"Van, tadi kok lo nolak Karin sih?" Shony mulai nanya-nanya.
Kevan menghela napas sebelum berbicara.
"Gue lagi males aja pacaran, buat apa sih pacaran kalau ujungnya harus putus? Ini sama aja namanya buang-buang waktu." Kevan ngomong sok bijak.
Tunggu aja kalau dia pacaran lagi, bakal gue ungkit semua apa yang udah dia bilang.
"Sok sok-an lo anjir." Rafhi noyor palanya Kevan tapi matanya masih fokus ke layar tv yang memperlihatkan penampilan BLAKCPINK saat konser.
Rafhi suka kpop tapi gak suka suka amat sih.
"Woy! Lo pada gak ada niatan pulang nih? Ini udah mau jam dua belas gila! Mau nginep disini lo?" Gue udah nyuruh mereka pulang, lah iya soalnya ini udah mau jam dua belas.
"Mau!" Semua langsung teriak.
"Berisik anjir!"
Nyokap gue keluar dari kamar. "Nginep aja."
What?!!!
Mau jadi apa rumah ini kalau mereka nginep? Kapal pecah gitu?
Gila sih.
Terus besok sekolah lagi, seragam mereka gimana?
"Udah lo pada pulang aja elah, besok sekolah tau gak."
"Tante masa' kita diusir sih." Rafhi malah ngadu sama nyokap gue.
"Bukannya gitu, gue nyuruh kalian pulang karena besok sekolah, seragam kalian gimana bego?" Gue udah aismosi ngurusin mereka.
"Iya iya, yaudah deh kita pulang aja." Sahut Kevan.
Pas gue ngelirik ke Shony, Shony udah tidur, gak tega gue ngebangunin dia.
Yang lain nunggu Shony dulu.
"Ma, Shony udah tidur, gimana dong?" Gue nanya ke nyokap.
"Biarin aja, bawa aja dia ke kamar kamu."
Yuhuuuu...
Baayy
Lah?
Langsung pergi nih gue?
Yaudah deh sampai jumpa
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANA
Teen FictionApa hal yang paling sulit? Berpisah? Oh tentu tidak. Hanya saja melupakan kenangan bersamanyalah yang paling sulit. . . . . . ❌Bahasa kasar ❌Bahasa amburadul ❌Non baku guys! . . . [17 September 2018]