Gue lagi di kamar sendirian dan gue lagi ngerjain pr yang besok bakal dikumpulin.
"Buset, ni soal kok banyak banget." Gue ngegaruk kepala gue.
"Duh, entaran aja deh." Gue akhirnya menutup buku dan beralih ke benda kesayangan gue.
Pikiran gue kembali mengingat soal Karin dan Askan tadi.
"Gue yakin kalau Askan gak benar-benar gila."
Gue mencari nama Kevan di kontak.
"Halo, Van."
"Ada apa nih malem-malem nelpon? Kangen ya?"
"Yee, pede banget sih, aku mau nanya."
"Nanya apa? Pr?"
Nanya pr gak nih? Gak usah kali ya, palingan entar juga gue bisa jawab.
"Mmm... kamu yakin kalau itu benar-benar kakaknya Karin yang mengidap gangguan jiwa?" Tanya gue.
"Kamu gak usah mikirin itu lagi, Yang."
Jiiaahhh, pake sayang-sayangan.
"Aku cuma mau tau aja."
"Sebenarnya aku juga gak yakin kalau itu kakak dia, soalnya aku gak pernah liat cowok itu sebelumnya."
Pernyataan Kevan membuat gue semakin yakin kalau Askan emang gak gila dan Askan bukan kakaknya Karin.
Berasa jadi detektif deh gue.
"Kamu yakin gak pernah liat cowok itu sebelumnya?" Tanya gue lagi memastikan.
"Iya, yakin, kamu tidur gih, udah mau jam sebelas."
Dan sambungan telepon terputus membuat disetiap sudut ruangan menjadi sunyi senyap.
Duh kok jadi horor ya.
###
Gue lagi jalan di koridor sekolah sambil bawa buku pr yang mau dikumpul di ruang guru.
Tali sepatu gue lepas terus gue lagi bawa buku.
Gue jalan sambil nunduk, takut tali sepatu gue keinjek dan jatuh.
Bruk!
F*uck! Nabrak apa nih gue?
"Maaf ya."
Gue ngedongak ngeliatin orang yang nabrak gue.
"Eh, Karin, nggak papa kok." Karin bantuin gue beresin buku yang berserakan di lantai.
Setelah semuanya rapi, Karin pamit pergi dan gue lanjutin jalan ke ruang guru.
Sebelum gue naruh buku di meja guru, gue ngeliat buku yang terlihat bukan buku tulis biasa yang di pake anak sekolahan buat nulis.
Ini semacam buku diary.
Gue penasaran dan ngambil buku itu dan pergi dari ruang guru.
Gue udah nyampe kelas.
"Buku apaan tuh?" Tanya Lian pas gue duduk.
"Tadi gue abis beli, hehe..."
Gue boong deh jadinya.
###
Gue natap buku diary yang gue dapet tadi di sekolah.
Kamar gue gelap, cuma cahaya lampu belajar doang yang nyala.
Gue memutuskan untuk membuka bukunya.
Ssrrtt...
Ada beberapa kertas yang jatuh dari buku diary.
Ini bukan kertas biasa, melainkan kertas yang menunjukkan beberapa foto.
Ini foto Karin bersama Askan.
Terlihat seperti sepasang kekasih.
Gue melihat foto demi foto.
Ada sebuah tulisan di balik foto ini.
Tanggal? Mungkin ini tanggal saat gambar ini diambil.
Namun, semua tanggal yang tertulis di balik foto adalah ketika Karin dan Kevan masih bersama.
Pikiran ku mulai mengarah ke hal negatif.
Ketika sudah melihat semua foto-foto itu, gue beralih membaca tulisan yang ada di kertas buku diary milik Karin.
Aku tau, aku salah.
Yang kulakukan ini salah, aku mencintai Kevan namun aku juga mencintai Askan.
Aku mungkin adalah orang yang jahat karena menduakan Kevan.Cukup tulisan itu aja yang berhasil buat gue terkejut.
Apa ini? Karin berselingkuh?
Tulisan itu berada di halaman pertama buku.
Gue udah gak mau ngebuka halaman-halaman selanjutnya karena takut akan mengetahui fakta-fakta lainnya.
Gue simpen buku itu di atas meja dengan buku-buku gue yang lain.
"Sekarang gue udah tau siapa sebenernya si Askan ini, tapi kok Askan pura-pura jadi orang gangguan jiwa?"
Ddrrtt...
Ddrrtt...
Handphone gue bergetar.
Karin?
"Halo?"
"Buku diary gue ada sama lo?"
Gak ada basa-basi sama sekali.
"Iya, tadi buku yang lo ambil itu buku pr anak kelas gue."
"Maaf, tadi gue buru-buru."
"Iya, gak papa."
"Lo pasti udah tau semuanya, kan?"
Ya ampun! Gue harus jawab apa?
"Maaf, gue gak sengaja ngebuka buku diary lo."
Dan sambungan telepon terputus.
Bingung? Tentu gue bingung.
Hayyy!!!! Gimana nih?
Komen yakk.
Vote juga jangan lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANA
Teen FictionApa hal yang paling sulit? Berpisah? Oh tentu tidak. Hanya saja melupakan kenangan bersamanyalah yang paling sulit. . . . . . ❌Bahasa kasar ❌Bahasa amburadul ❌Non baku guys! . . . [17 September 2018]