4. Help

9.9K 1.6K 186
                                    

Siang itu matahari menyengat penuh murka. Panasnya terasa perih sampai di kulit. Tidak ada yang bisa Jaehyun lakukan selain berlindung di samping tenda miliknya yang terbangun goyah karena angin dibawah pohon dengan sedikit daun itu. Diam di samping tenda membuatnya semakin terasa awkward sementara Taeyong yang masih berbalut selimut tipis memandanginya tak henti-henti.

Bau amis ikan menyeruak di kedua tangan Jaehyun. Ia baru saja selesai makan salah satu ikan yang telah ia bakar. Kayu-kayu yang ia ambil dari hutan beberapa sudah terbakar habis, dan sisanya untuk nanti malam.

Taeyong tersenyum sangat manis. Tidak ada yang bisa membuat perhatiannya runtuh dari Jaehyun. Matanya lurus memandang ke wajah Jaehyun. Jaehyun agak khawatir dengan dirinya sediri. Mengapa Taeyong melihatnya dengan tatapan seperti itu.

"Makan?" Tanya Jaehyun mencoba terlihat biasa saja.

Senyum Taeyong memudar. Jemari kakinya bergerak lemah menyisir pasir putih. "Terkadang aku kasihan," katanya lemah. "Aku memakan teman ku sendiri."

"Maksudnya?"

"Ikan-ikan itu, bergerombol menghiburku. Mengikutiku. Tapi ketika aku lapar, mulutku reflek menggigit mereka tanpa ampun. Taeyong bisa jahat."

Jaehyun terkekeh mendengarkan cerita Taeyong. Percakapannya terlebih lagi kedengaran absurd dan Jaehyun berkali-kali beranggapan bahwa Taeyong adalah bagian dari mimpi siang bolong nya.

"Ketika kau mendesis padaku," kata Jaehyun. "kau berniat menakuti ku?"

"I-ya. Jaehyun menyakiti. Jadi itu pertahanan."

Jaehyun tersenyum lagi. Kakinya berselonjor, menggusar pasir kering yang agak terasa hangat karena sengatan matahari. Jam tangan dipergelangan Jaehyun menunjukkan tepat pukul satu siang. Dan beberapa menit tidak ada percakapan sama sekali antara mereka bedua.
-
-
-
-
-
"Kau tau bagaimana cara aku bisa pulang?" Tanya Jaehyun putus asa pada Taeyong.

"Pulang?" Mata Taeyong membulat sempurna. Mencebikkan bibirnya sedikit karena merasa akan ditinggal. "Rumah Jaehyun jauh?"

Jaehyun meliriknya. Maniknya mencuri pandang sedikit menelisik wajah menawan yang secara cuma-cuma ia dapatkan. "Iya. Jauh."

"Jauh?" Taeyong menoleh menuju kelaut. Memicingkan matanya sejenak dan membuat suara teriakan kecil melengking yang membuat Jaehyun kaget.

"Kau kenapa?" Tanya Jaehyun.

Taeyong memejamkan matanya. Diam merasakan angin semerbak mengenai wajahnya. Kemudian semburan besar dari tengah laut muncul diikuti suara lenguhan makhluk besar.

"P-paus?" Gagap Jaehyun.

"Aku tau." Taeyong tersenyum sambil membuka matanya. Terbelalak dengan senyuman ekstra manis yang terlihat sangat menggembirakan.

"Kau tau?"

Jaehyun menelengkan kepalanya kesamping. Menganggap bahwa Taeyong sedang bercanda.

"Jaehyun harus buat sinyal."

"Sinyal?" Alis Jaehyun bertautan bingung.

Taeyong melepas selimut tipis yang membalutnya. Memberikannya pada Jaehyun. "Iya. Sinyal. Seperti sebuah tanda."

"Tidak. Aku tau apa itu sinyal. Maksudku, sinyal seperti apa?"

"Beberapa kali sebuah benda melayang dengan kincir besar dan suara mesin kapal berderu diatas sana," Taeyong menunjuk ke hamparan langit biru diatas laut. "Aku tidak tau apa namanya, tapi suaranya membuatku sedikit takut."

"Helikopter?"

"Heli? Apa?"

"Helikopter."

"Apa itu?"

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang