Chapter 3 : Aku hanya 'upil'

17 1 0
                                    

Ketika kita begitu kecil di mata dunia, kita tidak terlalu mengindahkannya. Tapi... ketika kita dianggap bukan 'sesuatu' bahkan 'upil', di dunia kecil kita, yaitu keluarga, itu sangat menyakitkan Bro!

I don't have anything. But I want to somebody and something too.

"Dear! Dear!"

"Yup?"

Itu suara kakaknya memanggil. Dear mengernyit, tumben sore-sore udah pulang.

"Tumben Mas Tito udah pulang, biasanya juga malem..." komentar Dear.

"Cerewet, anak kecil!"

Tito menyandarkan kepalanya ke bantalan sofa.

"Mama, Papa belum pulang?" tanyanya.

Dear menggeleng dan menatap kakaknya. Tito lalu masuk ke kamarnya.

"Don't disturb me, ok? Gue ngantuk!" longok Tito dari balik pintu.

Dear ga jawab. Berasa anak tunggal. Di rumah ga ada bedanya, mau lagi pada kumpul pun tetap sepi, karena jarang sekali sesama anggota keluarga saling tegur sapa. Kayak kuburan.... Sepi....

'Aku bisa terbunuh sepi....',rutuk Dear dalam hati.

Keadaan ini diperparah dengan perdebatan sengit Tito dengan Papanya beberapa minggu lalu. Dear pun saat itu sedang ada di rumah.
PRANNGG!!

Dear kaget mendengar suara pecahan itu, segera dia memburu ke arah sumber suara. Dilihatnya Papa dan kakaknya bersitegang. Guci kesayangan Mama berkeping pecah, berserakan di lantai.

"Kamu kurang ajar bohongin Papa selama ini. Ketelaluan! Papa pikir kamu bener-bener kuliah di manajemen bisnis, eeh..taunya, di seni? Seni lagi, seni lagi mau jadi apa kamu?!"

"Papa juga. Papa janji kalo aku juara se-Kota raya ini, Papa akan mengabulkan permintaanku. Tapi apa? Bull shit!"

"Apa itu? Berani kamu bicara seperti itu?"

"Aku bicara baik2 sama Papa ga didenger. Aku udah bilang berkali-kali, malah sejak aku di kelas 2 SMA. Kalo aku akan masuk Seni. Tapi apa Papa gubris?"

"Papa udah bilang alasannya,Tito!"

"Alasannya cuma soal uang! Ujung2nya soal Duit! Emang pekerja seni ga ngehasilin, Pa?"

"Oke, kau merasa sudah pinter ya? Mulai sekarang, Papa ga akan lagi membiayai kuliahmu. Cari saja sendiri. Kita lihat, apa kau berhasil dengan jalanmu itu?" ancam Papa.

"Baik! Aku akan cari uang kuliahku sendiri! Aku juga ga mau tinggal di sini!" balas Tito ga kalah sengit.

Tito masuk ke kamarnya dan langsung mengemasi barang-barangnya.

"Ya! Bagus. Bagus. Pergilah. Papa mau tau seberapa besar nyalimu menghadapi kerasnya dunia diluar sana..."

Mendengar seperti ejekan itu, Tito semakin meluap amarahnya. Dia mendelik dan menggendong  ranselnya.

"Mas Tito!" Dear mengekor.

"Mas, ngalah dong. Kalian tuh sama2 keras kepala ya? Kasian Mama kalo kamu sampai pergi," kata Dear berusaha nyegah kepergian kakaknya.

"Gue harus buktiin sama Papa, gue juga mampu, bisa tanpa bantuannya. Dear, titip Mama."

"Mas!!"

Saat Mamanya pulang, kedua orangtua itu bertengkar hebat. Dear menggigil di sudut kamarnya.
Untunglah, dia punya seseorang yang selalu ada untuknya, Bayu. Selama seminggu itu tampang Dear kuyu dan bibirnya itu ga pernah mengembangkan senyumnya lagi.

"Gue dua malem ini begadang, Dear..." kata Bayu mecah kesunyian.

"Kenapa?" tanya Dear tanpa menoleh.

"Gue... ikutan gift away BTS," jawab Bayu. Jeda 5 menit, ga ada respon.

"Cusss... gue dapet ini nih... Mau tau ga?"

"Emang dapet apaan?" baru Dear menoleh.

"Tada..! Album BTS... apaan nih You Never Walk Away... Bener ya?"

Dear membulatkan matanya yang emang udah bulat dari sononya. Tambah lucu saja dia, pikir Bayu.

"Buat gue, Gan?" antusiasnya.

"Iya dong, masak buat Tantri. Hehehe...."

"Gomaweo..."

"Senyum dong," Bayu menangkup kedua pipi Dear. Tapi Dear malah menangis...

"Lah, kok nangis sih?" Bayu bingung.

Dear berhambur memeluk Bayu. Dia tambah bingung. Dibelainya rambut Dear.

'Mungkin dia pingin nangis..biarin deh, biar bebannya berkurang,' batin Bayu.

Akhirnya reda juga tangis Dear setelah beberapa waktu.

"Udah nangisnya, my Dear?" tanya Bayu.

Dear mengangguk, " Daritadi pingin nangis... tapi ga ada alasan buat nangis."

"Lo tuh lucu.., nangis kok pake alasan dulu? Nangis ya nangis aja. Olahraga hati sama mata, biar semua kotoran dimata lo tuh pada keluar. Kesumpekan dihati lo juga," ujar Bayu.

"Beruntung banget gue menangin ini, pas banget sama apa yang mo gue omongin ke elo. You Never Walk Alone... My Dearest," ucap Bayu.

Dear tersenyum," Saranghae, Bay..."


                         **

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang