Chapter 4

154 17 8
                                        

Sekarang Zea seperti tidak ada bergairah untuk kesekolah.  Kini dia masih belum punya obat untuk menyembuhkan rasa sakit hatinya itu. Dan sebuah deringan telf berbunyi,  menandakan notif pesan dari hpnya.  Nomor yang tidak dikenal.

Kita ketemuan yah di Cafe cateria di jalan sidoarjo tahu kan?
Reza

Iya kak tahu kok.  Ok

Terbesik difikiran Zea jika ini menyangkut Riska.

" Jangan bilang ka Rangga nyuruh ka Reza ketemuan sama aku hanya karena ingin tahu seluk beluk mengenai Riska.  Secara kak Rangga kan sibuk,  jadi nggak punya waktu.  "
Dengan menghela nafas kasar.  Sekarang dia berexpetasi sendiri.  Sekarang dia telah memutuskan pilihan yang tepat.

Saat disekolah  Zea tidak lagi menengok dari atas balkon lantai 2 untuk melihat Rangga.  Dia lebih baik termenung dikelas.  Menyadari itu, Rangga seperti kecewa.  Fakta jika dia selalu melihat Zea dari kejauhan sekarang sudah tidak ada lagi. Padahal Zea adalah satu-satunya yang membuatnya menjadi semangat jika bermain bola basket.





# Dikelas

" Zea, gue nggak enak nih ngomongnya, " kata serla, sebagai bendahara dikelasnya.

" Nggak enak gimana,  ngomong ajah kali, "santai Zea

" Hari ini kata Ibu Siti harus lunasin uang kas, soalnya banyak banget keperluan yang harus kita lakuin, "

" Aduh gimana yah,  gue juga nggak bawa uang lebih, "

" Kenapa ze?, " tiba-tiba riska datang dan langsung bertanya

" Nggak kok, nggak kenapa-kenapa, " kata Zea

" Oh pasti tentang uang kas yah, " saat melihat serla membawa buku kas,  Riska peka terhadap apa yang terjadi.

" Sini gue lunasin, " lanjut Riska merogoh kantong bajunya

"Apaan sih lo,  nggak usah kali.  Gue punya tapi nggak bawa,"

" Yaudah besok ajah lo ganti, sekarang biar gue ajah yang bayar. kalau lo dimarahin gimana?" kata Riska menasehati Zea.  Fakta jika walikelasnya itu sangat menakutkan membuat Zea menerima tawaran Riska

" Yaudah makasih Ris, "

" ini, " Riska memberi uang pada serla

" Ok lunas yah.  Thank you, " kata serla sambil membalikan tubuhnya untuk pergi

" Iya sama-sama,  oh ya Ze.  Temenin gue yuk ke toko buku sebentar, " sambil memasang muka imut

" Ngapain lo pasang muka imut gitu. Nggak guna tahu,  gue nggak bisa soalnya ada urusan yang penting, "

" Emang penting banget?, "

'nggak tahu deh ris,  itu bisa dibilang penting atau nggak soalnya ini menyangkut perasaan gue. Apa jika gue merelakan dia sama lo,  udah dipastiin nggak gue ini bahagia.  Gue takut sakit hati,  gue nggak mungkin benci juga sama lo.  Karena bukan lo yang salah,  tapi perasaan gue yang terlalu berlebihan' kini Zea berbisik sendiri pada hatinya

" Eh, ni anak ditanya,  kok ngelamun sih,  penting banget yah,?

" Penting pake banget Ris,  udah ah gue mau kekantin, "

" Ikut!!! "



#Dikantin

Sudah musimnya jika segerombolan manusia datang kekantin,  lapar mungkin itu yang mereka rasakan.  Zea dan Riska lagi-lagi jika dikantin bingung unuk membeli apa. 

" lo beli apa Ze? "

" Nggak tahu nih,  bingung gue"

"Gue juga bingung,"

" Ke kantinnya Mpok lela ajah, beli jajanan" ajak Riska

" Yaudah,  yuk"

Saat mereka ingin pergi sebuah tangan meraih tangan salah satu gadis itu. Dan membawanya pergi.  Gadis yang satunya lagi terkejut. Tak khayal semua yang melihatnya ikut terkejut. Karena yang meraih tangannya itu adalah Rangga.

Masih memegang tangan Gadis itu,  Rangga tidak menoleh kebelakang.  Dia tidak mengetahui siapa yang ada dibelakang tapi dia yakin itu pasti orang yang dia cintai.

" Sorry udah buat lo nangis,  gue akan ngaku kalau gue kemarin itu boh-" ucapannya berhenti saat dia menoleh kebelakang

"Riska??"

" I-iya kak, kenapa yah kak?  Ada urusan apa yah kak? " gugup Riska

" Sorry-sorry,  gue kira lo.  Mmh yaudah gue minta maaf.  Gue pergi duluan yah, " tanpa basa basi,  Rangga pergi dengan penuh penyesalan

" Aneh banget, Oh iya Zea, " Riska pun hampir melupakan Zea

Saat Riska kembali ke kantin suasana kantin tidak terlalu ramai,  dia pun mendapati Zea tengah duduk sendirian dan termenung.

' Kak rangga ngapain pegang tangan Riska terus ngajak pergi lagi, atau betul kak Rangga nembak Riska' batin Zea terus bertanya-tanya

" Aduh Sorry Ze,  yuk makan, " sambil memegang tangan Zea untuk pergi membeli makanan.

" Kayaknya gue nggak nafsu makan lagi deh, soalnya udah mau masuk juga, " sambil menahan tangan Riska

"Gara-gara kak Rangga nih,  yaudah yuk" sebal Riska sambil menghentakan kakinya

Ingin sekali Zea bertanya apa yang dikatakan Rangga pada Riska tapi dia takut itu menyakitkan hatinya.

TBC
Please vote and commetn

Oktober kelabu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang