"Hmmmm, kamu mau nggak, jadi.... "
"Jadi apa kak,? "
Sekarang jantung Zea berdegup kencang, bahkan keringatnya bercucuran menunggu kalimat dari Rangga. Apakah khayalan dan mimpinya, jika dia akan jadian sama rangga akan terwujud?. Jika rangga menembak Zea, sungguh Zea akan rajin sekolah walaupun itu hari minggu.
'Iya, gue mau jadian sama lo kak' batin Zea berkata
Disela-sela itu rangga pun menghela nafas .
"Jadi...kan aku pacaran sama Riska"Sungguh Zea sekarang seperti membeku, apakah telinganya tidak salah mendengar. Ini bahkan diluar nalarnya. Sahabatnya disukai oleh orang yang dia cintai.
" Zea, lo mau bantuin gue kan jadian sama Riska, " terlihat juga ada kilauan dimata Rangga, dia seperti ingin mengeluarkan air mata. Apakah segitunya dia memohon pada Zea.
" Oh iya kak, pasti gue bantuin. Hanya itu ka yang ka Rangga mau ongomongin?" dengan tersenyum tipis
"Iya.Mmh..kalau gitu, gue duluan dulu yah. Makasih udah bantuin gue, "
Tanpa aba-aba disaat Rangga keluar dari ruangan itu. Buliran airmata terus mengalir deras dipipi Zea. Sekarang apa yang harus dia lakukan, membantu orang yang dia cintai jadian sama sahabatnya sementara hatinya akan sangat sakit. Atau tidak membantunya tapi nanti perasaan orang yang dia cintai akan hancur. Munafik itu bisa dikatakan, tadi dia mengatakan jika dia akan membantunya tapi hatinya berkata lain.
" hikkkks...Kenapa sulit sekali, kenapa sakit sekali. Hee,...apa harus gue yang tersakiti?," tangis Zea yang tak tertahan lagi.
# Rangga Pov
Sekarang rangga sedang berada diruangan basket. Tadi saat dia meninggalkan Zea sendirian, dia belum sepenuhnya pergi. Dia masih melihat gadis yang dia sayangi menangis karena ucapannya tadi. Rangga terus menshot bola basket ke ring basket dengan sangat kesal. Sampai kehadiran temannya dia tidak ketahui.
" Hei Rangga lo kenapa, sukses rencana lo? Zea terima?"
" Gue ini laki-laki paling brengsek,"
" Udah deh, man. Lo udah keringat banget,"
" Gue kesel banget sama diri gue sendiri Reza, kenapa bibir gue kelu saat gue ingin mengatakan cinta sama Zea," Rangga terduduk dilantai. Reza adalah temanya yang mengetahui sekaligus membantu Rangga untuk merencanakan itu semua. Mulai dari membujuk Ibu Ranti untuk memanggil Zea, dan mengosongi ruangan basket.
" Yang sabar man, "
" Dia menangis karena gue, hiksss," dia sangat menyesali saat dia mengingat jika Zea menangis karenanya. Rangga tidak mau jika Zea meneteskan air mata karena pria yang bodoh sepertinya.
" Yaudah Rangga, masih ada kesempatan. Nanti gue bantuin, "
"Bantuin dia untuk nangis lagi?, rencana apalagi yang ingin lo buat. Percuma, gue udah nyakitin hatinya, " sambil membanting bola basketnya itu dengan keras dan sedikit berteriak
" Gue akan pastiin kalau lo akan jadian sama dia, ok. Never give up. Man. Yuk ke kelas,"
# Parkiran
" Zea, lo nggak mau nebeng?"
" Nggak, soalnya papa gue mau jemput,"tolak Zea
"Oh.. Gue bentar kerumah lo yah,"
" Ngapain?" tanya Zea heran
" Gue mau Wifi an dirumah lo, gue ada tugas yang penting banget"
" Makanya suruh papah lo dan mama lo pasang wifi dong, percuma rumah gede nggak ada wifi. Uang banyak tapi pasang wifi ajah nggak bisa,"
" Ishh, ini anak hina gue banget. Lo kan tahu orang tua gue kerjanya pulang balik rumah mana ada sempat mikirin tentang itu. Mereka sibuk,"
"Oke deh, gue kasih lo kerumah gue. Tapi tugas apa yang penting banget?, perasaan besok nggak ada tugas tuh?" dengan memasang wajah heran
" Yah penting lah, gue mau stalking bias bro," dengan bergaya swagnya
"Ehhh, pasti korea lagi deh, udah ah. Pulang sana,"
" Ye ngusir lo, oke gue pergi nih. Nggak kangen kan?"
" Najis tralala kali, udah ah sana pergi," akhirnya Riska pun pergi. Tidak dipungkiri jika Riska orang yang enjoy banget kalau diajak bicara, Zea sempat berfikir mungkin itu faktor Rangga suka Riska.
Bunyi klakson menghentikan lamunannya saat dia ingin berfikir lagi mengenai kejadian tadi. Mobil yang menandakan jika mobil itu miliknya, membuat Zea terkejut ternyata dari tadi ayah Zea telah mengklakson. Zea pun pergi tapi suara berat milik Reza yang dikenal sebagai sahabat dari Rangga menghentikan gerakannya.
"Zea!! " teriak reza
" Oh kak Reza kenapa kak? " tanya Zea heran
"Oh, hmm bisa bicara sebentar? "
" Oh tapi gue udah dijemput sama papa kak, "
" Kalau besok gimana bolehkan di cafe? "
" Yaudah bolehkok kak,"
" Boleh minta nomor telfon?" Zea pun mengiyakan pertanyaan dari Reza dan Rangga pun dengan cepat merogoh hand phonenya lalu mengetik nomor yang telah disebutkan Zea.
# Rumah Zea
Terdengar dari luar rumah Zea. Seseorang tengah menekan bel, membuat pemilik rumah menghentikan aktifitasnya. Zea sudah ketahui jika itu adalah Riska.
" Assalamualaikum,"
" Walaikumsalam, "
" Mama lo mana? "
" Lagi tidur, tumben lo nanyain nyokap gue? "Heran Zea
" Soalnya nanti kalau gue teriak karena liat Oppa-oppa ganteng gue bisa kontrolin, takutnya nanti mama lo bangun, "
"Gue kirain kenapa, "
Saat mereka sibuk dengan urusan masing-masing, Zea memberanikan diri untuk bertanya pada Riska menyangkut permasalahannya.
" Ris, gue pengen tanya. Jika ada yah.. seorang gadis suka sama pria yang selama ini dia cintai, tapi pria itu malah suruh gadis ini untuk bantuin dia jadian sama sahabat gadis itu, lo tanggapinya gimana? " dengan penuh penekanan
"Kalau gue jadi gadis itu sih, gue rela-rela ajah. Jika melihat orang yang kita cintai bahagia kita juga ikut serta bahagia. Itu juga suatu pahala, membuat hati seseorang senang, " masih tetap fokus pada laptopnya
" Kenapa lo tanya gitu? " Sambung Riska
" Nggak ko, teman gue mengalami hal kayak gitu, " bohong Zea
" Kasihan banget teman lo, cinta emang gitu. Disatu sisi kita harus berkorban untuk mendapatkan Cintanya dan di satu sisi kita harus mengetahui fakta jika kita harus merelakannya, "
" Wahh, lo banyak pengalaman banget, dari mana lo belajar?"
" Gue belajar merelakan disaat Luhan, Kris, dan Tao keluar dari EXO, walaupun itu berat banget,Ze"
" Aduh ampun deh gue, "
' Gue akan berusaha merelakan lo sama dia kak Rangga. Walaupun melebihi kata berat sangat susah untuk merelakanmu, "
TBC
Vote and comment, yehet ohorat ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Oktober kelabu
Storie breviJika Cinta mengharuskanku berkorban, aku akan berkoban walaupun perasaanku sendiri yang tersakiti Maafkan aku, aku bukanlah pria yang berani untuk jujur padamu, dan maafkan aku juga jika air matamu yang tak berdosa itu harus keluar karenaku Mengap...